Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DI DUSUN DEMPEL DESA PLOSOGADEN KECAMATAN CANDIROTO KABUPATEN TEMANGGUNG Retno Mayasari; Widiyanto Widiyanto; Azzah Balqis Sabbah; Isna Pratiwi
Civilla : Jurnal Teknik Sipil Universitas Islam Lamongan Vol 6, No 1 (2021): March
Publisher : Litbang Pemas - Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/cvl.v6i1.528

Abstract

Water is one of the basic human needs. The benefits of water resources include the provision of water for the needs of clean water, irrigation, agriculture, fisheries, etc. To know the availability of water and water needs and plan facilities that can meet these needs to know the amount, quality, provision time, location that requires water and water sources. Hamlet Dempel is located in the village of Plosogaden District Candiroto Temanggung district with a population of 770 (data 2003) with an area of 775 ha. Although the source of water comes from direct water sources the construction of clean water facilities in rural areas often experiences post-construction constraints and sustainability, thus the need to hold clean water network planning. The planning of this clean water network includes an analysis of the needs of clean water and planning a network of clean water piping gravity systems. The results of this study are; (1) The result of this analysis of clean water needs in the form of Proyeksi increase of ploso garden villagers, namely by geometric calculation model until 2030 is 2.773 people and Kneads clean water until 2030 based on the projected population of 2.773 is 1,2 liters / second.; (2) Planning the clean water piping network of this system by measuring the elevation of the spring with service area is 35,07 meters with the elevation of the spring area of 721,14 MDPL and the elevation of the service area of 686,07 MDPL so that the planning of clean water network system in Plosogaden village using gravity system, then broncaptering planning to meet the needs of clean water in Plosogaden village is 2x2x1.5 meters with a reinforced concrete structure. And reservoir planning to meet clean water needs in the village of Plosogaden is 3x3x2.5m with reinforced concrete structures.
Landscape Layout in Taman Tugu Suharto Semarang by Implementing Green City Development (P2KH) Isna Pratiwi; Dimas Wicaksono; Retno Mayasari; Azzah Balqis Sabbah
Civilla : Jurnal Teknik Sipil Universitas Islam Lamongan Vol 6, No 1 (2021): March
Publisher : Litbang Pemas - Universitas Islam Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30736/cvl.v6i1.527

Abstract

City Parks as open spaces in urban areas should function as spaces for the interaction of city residents for various useful activities, functions, and interests. The existence of open space is an important element that can maintain the ecological sustainability of a city. Taman Tugu Suharto is located in Kelurahan Bendan Duwur, Semarang, a place marked by an 8- meter high monument, which is the meeting point between Kaligarang and Kali Kreo. At the turn of the Javanese New Year (1 sura), people perform kungkum rituals (is a kind of rituals for local people to bathe in the river) they believe, with the kungkum ritual on the night of 1 Sura, they will always get blessings and safety in the future and their wishes will be granted. Taman Tugu Suharto is one of the parks in Semarang that is unique and has the potential to be developed into a tourist attraction, especially to support the Green City in Semarang. This study aims at designing Taman Tugu Suharto. This park is belonging to the City Government has several obstacles, such as the unorganized park area, the absence of adequate facilities, difficult access from the riverbank to the Tugu Suharto, the limitate of the parking area, and little attention of the government to develop this area. So far, people rarely visit and use the park for purpose of recreation. Taman Tugu Suharto using 8 (eight) attributes the Green City such as green planning, green design, green community, green space, green building, green energy, green transportation, green water, and green waste. These attributes, are used as a reference in planning or developing city parks and developing more comfortable city parks that fulfill the Green Space standards in Semarang. Therefore, it is necessary to develop a landscape layout design appropriately so that it can be utilized optimally and sustainably by Semarang citizens.
ALTERNATIF STABILITAS TIMBUNAN DENGAN BATASAN KORELASI PARAMETER TANAH SEPANJANG TOL SERANG-PANIMBANG MENGGUNAKAN SLOPE-W Azzah Balqis Sabbah; Retno Mayasari; Isna Pratiwi
Konstruksia Vol 12, No 1 (2020): Jurnal Konstruksia Vol 12 No. 1 Tahun 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.487 KB) | DOI: 10.24853/jk.12.1.53-60

Abstract

Penelitian ini mengkaji mengenai variasi batas tinggi timbunan jalan yang dapat dibangun pada proyek Tol Serang - Panimbang umumnya berada pada tanah kohesif. untuk lokasi yang berada pada tanah khusus seperti tanah organik tidak dibahas dalam artikel ini. Hasil parameter tanah diambil melalui dua tahap yaitu site investigation dan pengujian laboratorium. Parameter yang digunakan sebagai dasar perhitungan yaitu NSPT, c, ϕ, dan ϒ. Untuk menyederhanakan analisa dibuat korelasi  parameter-parameter tanah dasar dari kombinasi antara hasil data pengujian lapangan dan data laboratorium yaitu berat jenis tanah, kohesi dan sudut geser menghasilkan 5 layer tanah yaitu layer 1 (Nspt: 0 - 4, c:4 kPa, ϕ:10o, ϒ:15 kN/m³), layer 2 (Nspt: 5 - 8, c:10 kPa, ϕ:10 o, ϒ:16 kN/m³), layer 3 (Nspt: 9 - 12, c:18 kPa, ϕ:10 o , ϒ:16 kN/m³), layer 4 (Nspt: 13 - 15, c:26 kPa, ϕ:10 o , ϒ:17 kN/m³), layer 5 (Nspt: 16 - 20, c:30 kPa, ϕ:10 o , ϒ:17 kN/m³). Pemodelan tinggi timbunan sepanjang 50 km berkisar pada 0 - 15 m dari permukaan tanah dasar dengan slope 1:2 menggunakan Slope-W 2012. Tiap layer dimodelkan dengan variasi tinggi timbunan 0 - 15 m. Apabila faktor keamanan slope sudah lebih dari 1.5 maka variasi tersebut yang menjadi batas minimum tinggi timbunan dan minimum nilai Nspt tanah dasar timbunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa slope dengan ketinggian maksimum 7 m harus berada di tanah dasar Nspt minimum 5 - 8, ketinggian 8 - 11 m harus berada di tanah dasar Nspt minimum 9 - 12, ketinggian 12 - 15 m harus berada di tanah dasar Nspt minimum 13 - 15.
Analisis Kerawanan Longsor Berdasarkan Tingkat Kelerengan di Kecamatan Gunungpati Menggunakan Analisis Spasial SIG Alfita Ilfiyaningrum; Azzah Balqis Sabbah; Rini Kusumawardani
Aptek Jurnal Apliksai Teknologi (APTEK): Volume 14, No. 02, Juli 2022
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30606/aptek.v14i2.1338

Abstract

Tanah Longsor merupakan salah satu bencana yang terjadi di Indonesia. Ada beberapa factor penyebab terjadinya tanah longsor antara lain curah hujan tinggi, jenis tanah, bencana alam pemicu dan kondisi kemiringan tanah. Untuk melakukan analisis dalam ruang lingkup sempit penyebab yang paling berpengaruh adalah kemiringan tanah. Hal ini disebabkan untuk ruang lingkup local curah hujan dan jenis tanah relatif sama, sehingga dapat disamakan pengaruhnya. Kecamatan Gunungpati merupakan salah satu kecamatan di Kota Semarang. Secara topografi Kecamatan Gunungpati 18.92 % di Ketinggian 19–150 meter, 30.11% di Ketinggian 150–240 meter, 27.78% di ketinggian 240–320 meter, 18% di ketinggian 320 – 440 meter, dan 5.2% di ketinggian 440-610 meter. Analisis spasial dilakukan terhadap data citra DEMNAS BIG untuk mendapatkan peta ketinggian dan peta tingkat kelerengan. Analisis spasial yang dilakukan dengan menghitung tingkat kelerengan pada setiap ruas area. Perhitungan kelerengan dilakukan dengan menghitung persentase perbandingan beda tinggi dan beda jarak datar. Hasil perhitungan kelerengan digunakan untuk pengelompokan tingkat kelerengan yaitu datar, landai, agak curam, curam, dan sangat curam. Analisis dilakukan tiap desa untuk mengetahui persentase masing-masing ketinggian dan tingkat kelerengan. Berdasarkan analisis spasial intersect didapatkan hasil daerah di Kecamatan Gunungpati yang rawan terjadinya longsor terletak pada kondisi kelerengan agak curam, curam, dan sangat curam. Total kawasan rawan tanah longsor berdasarkan skema tersebut adalah 2067.83 Ha atau 38.40 % dari total luas daerah Kecamatan Gunungpati yaitu 5834.47 Ha
Analisa kebutuhan Tipikal Fondasi untuk Rumah 1-2 Lantai di Wilayah Tegal Bagian Utara Tanah Di Wilayah Tegal Bagian Utara Azzah Balqis Sabbah; Retno Mayasari; Alfita Ilfiyaningrum; Rizki Kurniadhi
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 20, No 1 (2022)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1044.505 KB) | DOI: 10.12962/j2579-891X.v20i1.10818

Abstract

Potensi bahaya penurunan tanah lunak yang terjadi pada daerah utara Tegal akibat beban pemukiman dengan mengkaji data uji lapangan dan laboratorium tanah di utara Tegal. Kajian penurunan tanah dan kecepatan penurunan tanah dilakukan dengan kombinasi program Plaxis yang menggunakan prinsip elemen hingga dan metode manual konsolidasi pada beban pemukiman. Analisis menghasilkan bahwa rumah tinggal 1 lantai di daerah utara Tegal  dengan pondasi telapak mengalami penurunan sebesar 43 mm dan daya dukung 70 kPa sehingga masih dalam batas range persyaratan yaitu maksimum 75 mm dan minimum 65 kPa. Rumah tinggal 2 lantai di daerah utara Tegal  tidak disarankan untuk menggunakan pondasi telapak dan geotekstile karena masih belum dapat memenuhi syarat batas.  Rumah 2 lantai disarankan menggunakan pondasi dalam minipile 0.2x0.2 m dengan kedalaman 15 m. Desain tersebut sudah masuk dalam range batas yaitu 170 kPa dan 20 mm sehingga masih dalam batas persyaratan yaitu maksimum 75 mm dan minimum 65 kPa.