Fathinah Ranggauni Hardy
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

DETERMINAN KUALITAS TIDUR SELAMA PEMBELAJARAN JARAK JAUH PADA MAHASISWA KESEHATAN Siska Rizki Annisa; Fathinah Ranggauni Hardy; Terry Y.R. Pristya; Rafiah Maharani Pulungan
Jurnal Kesmas (Kesehatan Masyarakat) Khatulistiwa Vol 8, No 4 (2021): JURNAL KESMAS (KESEHATAN MASYARAKAT) KHATULISTIWA
Publisher : Universitas Muhammadiyah Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29406/jkmk.v8i4.3043

Abstract

ABSTRAKPrevalensi kualitas tidur menjadi lebih buruk selama pembelajaran jarak jauh saat pandemi COVID-19 karena mahasiswa harus beradaptasi dengan perubahan proses pembelajaran dan tuntutan akademik. Penelitian ini merupakan kuantitatif analitik dengan desain cross-sectional untuk mengetahui determinan kualitas tidur selama pembelajaran jarak jauh pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UPN Veteran Jakarta sejak Juni – Juli 2021. Teknik sampling dengan proportionate stratified random sampling (n = 355). Variabel yang diteliti adalah faktor internal (jenis kelamin, stres, gangguan kecemasan) dan faktor eksternal (perilaku merokok, penggunaan smartphone, aktivitas fisik, dan pola makan). Instrumen penelitian yang digunakan yaitu PSQI, PSS-10, ZRAS, SAS-SV, IPAQ-sf, dan AFHC. Analisis bivariat digunakan uji chi-square, fisher exact dan analisis multivariat digunakan uji regresi logistik berganda. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa stres (p = 0,000; POR = 0,17), gangguan kecemasan (p = 0,000; POR = 9,66), dan penggunaan smartphone (p = 0,001; POR = 2,52) berhubungan dengan kualitas tidur. Analisis multivariat menunjukkan variabel yang memiliki pengaruh paling besar terhadap kualitas tidur adalah gangguan kecemasan. Mahasiswa dengan gangguan kecemasan berisiko 5,55 kali memiliki kualitas tidur buruk dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak mengalami gangguan kecemasan setelah dikontrol variabel stres dan penggunaan smartphone (95% CI 1,28 – 24,16). Diharapkan mahasiswa mencegah gangguan kecemasan dengan melakukan meningkatkan rasa percaya diri dan berolahraga secara rutin. Kata Kunci: Determinan, kualitas tidur, pembelajaan jarak jauh, mahasiswa kesehatanv
Determinants of Covid-19 Vaccination Uptake Among the Elderly in Jagakarsa Sub-District, South-Jakarta Amelia Savitri; Rafiah Maharani Pulungan; Fathinah Ranggauni Hardy; Terry Y.R. Pristya
Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education Vol. 10 No. 1 (2022): Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Educatio
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpk.V10.I1.2022.8-15

Abstract

Background: COVID-19 is considered to be responsible for the emergence of a new dangerous outbreak. Therefore, it is expected that the interest in receiving vaccines will be very high. However, the lowest vaccination uptake rate comes from the elderly population. Objective: To investigate determinants of COVID-19 vaccination uptake among the elderly. Methods: Cross-sectional design study. This research was conducted in Jagakarsa Sub-district from March to July 2021 with an online interview. The sample size was 393 from the total population study of 21,903. The sampling method was purposive sampling with independent variables namely gender, education level, knowledge, attitudes, government policy, health worker’s recommendations, family support, access to COVID-19 vaccination service facilities, perceptions of COVID-19, and perceptions of COVID-19 vaccines. The dependent variable was COVID-19 vaccine uptake. Sample inclusion criteria included the elderly aged ≥ 60 years old and who lived in the Jagakarsa Sub-district. The exclusion criteria were those who were not willing to be respondents. This study conducted a univariate analysis to determine the frequency distribution of variables. Bivariate data analysis that was used were Chi-Square and multivariate data analysis with multiple logistic regression (α=0.05). Results: The results of the bivariate analysis showed that education, knowledge, perceptions of COVID-19 and COVID-19 vaccines, attitudes, government policies, access to COVID-19 vaccination service facilities, health worker’s recommendations, and family support had a significant relationship with COVID-19 vaccine uptake. The results of multivariate analysis showed that the most associated factor was the perception of COVID-19 vaccine with AOR= 9,928 (95% CI: 5,386-18,302). Conclusion: Respondents had a high acceptance of COVID-19 vaccines, whereas most of the respondents were worried about the side effects at the same time. As our findings suggest, informing the elderly about forthcoming vaccines would help to build their trust in the COVID-19 vaccines.
EDUKASI “SADARI” (PERIKSA PAYUDARA SENDIRI) UNTUK DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI KELURAHAN CIPAYUNG KOTA DEPOK Rafiah Maharani PULUNGAN; Fathinah Ranggauni HARDY
Diseminasi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2020)
Publisher : Pusat Pengabdian kepada Masyarakat- LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.128 KB) | DOI: 10.33830/diseminasiabdimas.v2i1.756

Abstract

The problem of breast cancer and the impact it has created will require public health interventions in the form of a national countermeasure program regulated in Permenkes No. 34 of 2015 concerning Management of Breast Cancer and Cervical Cancer. One of the prevention of breast cancer is case finding with early detection which is done through Breast Self-Examination (BSE) which can be done easily which aims to determine the presence or absence of a lump that can develop into breast cancer. One of the prevention of breast cancer is case finding with early detection which is done through Breast Self-Examination (BSE) which can be done easily which aims to determine the presence or absence of a lump that can develop into breast cancer. The purpose of this activity is to increase knowledge, and change behavior about early detection of breast cancer through Breast Self-Examination (BSE) in Cipayung Village, Depok City. The target audience for this service is the Health Officers and Cadres in the Puskesmas, and especially the mothers in Cipayung Village. The method of implementation of this community service includes the preparation, implementation and evaluation stages. In the preparation stage it was shown that all participants had never received education about BSE before, even 95% of the 32 participants had just heard about BSE. Low initial knowledge can be seen from the results of pre-tests conducted in which the majority of mothers' level of knowledge is still low about breast self-examination and breast cancer after education and training there is an increase in maternal knowledge about breast self-examination. It is recommended that health workers regularly provide education about breast self-awareness to women, especially mothers.
INOVASI BERBASIS MASYARAKAT DESA TANGGUH BENCANA (DESTANA) Fathinah Ranggauni HARDY; Rafiah Maharani PULUNGAN; Putri PERMATASARI
Diseminasi: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 2 No. 2 (2020)
Publisher : Pusat Pengabdian kepada Masyarakat- LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33830/diseminasiabdimas.v2i2.1037

Abstract

Kabupaten Lebak, Provinsi Banten merupakan salah satu daerah di Indonesia yang masif terjadi gempa bumi selama 1 tahun terakhir. BNPB telah melaporkan terjadinya gempa bumi tektonik dengan kekuatan M=6.1 SR pada tanggal 23 Januari 2018 berlokasi di laut pada jarak 43 km arah selatan Kabupaten Lebakpada kedalaman 61 km. Kecamatan Cikulur salah satu kecamatan di Kabupaten Lebak memiliki kerusakan yang parah dan mengalami kerugian secara fisik yaitu 291 rumah rusak berat (RB), 575 rusak sedang RS), dan 1.894 rusak ringan (RR) (BNPB, 2018) dan secara non fisik banyak warga yang mengalami trauma akibat kejadian gempa tersebut. Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Lebak belum memiliki upaya manajemen bencana berbasis masyarakat yang optimal, misalnya belum ada Desa Tangguh Bencana sesuai 20 Indikator Desa Tangguh Bencana. Berdasarkan dari permasalahan tersebut, tim pengabdian kepada masyarakat bergerak untuk membentuk inovasi berbasis masyarakat berupa Desa Tangguh Bencana di Kabupaten Lebak yang inisiasi awal di Desa Anggalan, Kecamatan Cikulur. Tujuan dari kegiatan adalah untuk membentuk Desa Tangguh Bencana di Kabupaten Lebak berbasis masyarakat agar siap dalam menghadapi bencana.Kegiatan yang dilakukan adalah pembentukan Desa Tangguh Bencana adalah Penilaian Risiko, Perencanaan Penanggulangan Bencana (PB) di Desa, Pembentukan Forum PB di Peningkatan Kapasitas Warga dan Aparat dalam PB melalui Pelatihan Kebencanaan pada warga dan perangkat desa, Pemaduan PB ke dalam Rencana Pembangunan Desa dan Legalisasi Desa Tangguh Bencana. Target Luaran dari PKM ini adalah terbentuknya Desa Tangguh Bencana.
Faktor yang Memengaruhi Kejadian Tuberkulosis Paru pada Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit X Michel Kezia Yosephine; Fathinah Ranggauni Hardy; Dwi Mutia Wenny; Rahmah Hida Nurrizka; Rafiah Maharani Pulungan
Jurnal Kesehatan Vol 12, No 3 (2021): Jurnal Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Tanjung Karang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26630/jk.v12i3.2542

Abstract

People with diabetes mellitus are at higher risk for developing active tuberculosis. The diabetes mellitus epidemic has increased the incidence of lung tuberculosis. The purpose of this study is to determine factors that affect the incidence of lung tuberculosis in diabetic patients at “X” hospital in 2020. The method used analytic with case-control research design. The sampling technique is purposive sampling and involved 110 respondents using a sample ratio of 1:1 for the case and control groups. The data source in this study is secondary data from the patient’s medical record. The analysis used is chi-square and logistic regression. The variables studied are age, sex, employment, nutritional status, HbA1C levels, and duration of having diabetes mellitus. The result show factors associated with tuberculosis patients are age (p-value=0,038; OR=3,068), sex (p-value=0,022; OR=2,625), nutritional status (p-value=0,013; OR=0,352), and HbA1c level (p-value=0,046; OR= 2,440). Based on the results of the multivariate analyses factor that has more effects is the HbA1C level (Adjusted OR= 3,141; 95%CI= 1,299-7,594). Recommended for diabetic patients to do a healthy diet, regular exercise, comply with diabetes mellitus treatment, and regularly check blood glucose to maintain normal blood glucose levels. 
Advokasi Dan Intervensi Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan Terhadap Penanggulangan COVID-19 Rafiah Maharani Pulungan; Fathinah Ranggauni Hardy; Nanang Nasrullah; Anifa Dhiya Rifqiya
IKRA-ITH ABDIMAS Vol 4 No 3 (2021): IKRAITH-ABDIMAS No 3 Vol 4 November 2021
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (688.354 KB)

Abstract

Pandemi COVID-19 diakibatkan oleh virus SARS-CoV-2 saat ini masih menjadi masalah global khususnya di Indonesia. Penanggulangan yang dapat dilakukan adalah menurunkan risiko penularan COVID-19 salah satunya adalah dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui program advokasi dan intervensi mengenai pencegahan COVID-19. Kegiatan ini memberikan informasi melalui advokasi dan intervensi mengenai pencegahan COVID-19 kepada masyarakat Kelurahan Jakasetia, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat. Tujuan promosi kesehatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pencegahan COVID-19 agar masyarakat dapat meminimalisir risiko penularan COVID-19. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara. Wawancara dilakukan menggunakan metode focus group discussion (FGD) bersama pemangku kepentingan. Tujuan menggunakan metode focus group discussion (FDG) adalah untuk mendapatkan informasi terkait masalah kesehatan yang ada di Kelurahan Jakasetia, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi, Jawa Barat.Berdasarkan hasil intervensi tersebut dapat disimpulkan, bahwa terdapat peningkatanpengetahuan peserta tentang pencegahan COVID-19.
Pembentukan Tim Siaga Bencana Berbasis Masyarakat pada Masa Pandemi Covid-19 di Puskesmas Cikulur Fathinah Ranggauni Hardy; Rafiah Maharani Pulungan; Putri Permatasari
IKRA-ITH ABDIMAS Vol 4 No 3 (2021): IKRAITH-ABDIMAS No 3 Vol 4 November 2021
Publisher : Universitas Persada Indonesia YAI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (659.92 KB)

Abstract

Kabupaten Lebak, Provinsi Banten merupakan salah satu daerah di Indonesia yang telah masif terjadi gempa bumi selama 1 tahun terakhir. BNPB telah melaporkan terjadinya gempa bumi tektonik dengan kekuatan M=6.1 SR yang paling besar terjadi pada hari Selasa, 23 Januari 2018. Gempa tersebut terjadi tepatnya berlokasi di laut pada jarak 43 km arah selatan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten pada kedalaman 61 km. Pusat gempa yang berada di daratatau dekat pantai menyebabkan guncangan keras dirasakan oleh masyarakat dan sampai saat ini disertai banyak gempa susulan (BNPB, 2018). Kecamatan Cikulur salah satu kecamatan di Kabupaten Lebak yang memiliki kerusakan yang parah dan mengalami kerugian secara fisik yaitu Sebanyak 2.760 unit rumah rusak itu rinciannya 291 rumah rusak berat (RB), 575 rusak sedang RS), dan 1.894 rusak ringan (RR) (BNPB, 2018) dan secara non fisik banyak wargayang mengalami trauma akibat kejadian gempa tersebut. Kecamatan di Kabupaten Lebak juga belum memiliki upaya manajemen bencana berbasis masyarakat yang optimal, misalnya belum ada terbentuk Tim Siaga Bencana Pada Masa Pandemi Covid 19 sesuai 20 Indikator Tim Siaga Bencana Pada Masa Pandemi Covid19. Berdasarkan dari permasalahan tersebut, tim pengusul tertarik untuk membentuk inovasi berbasis masyarakat berupa Tim Siaga Bencana Pada Masa Pandemi Covid 19 di Kabupaten Lebak yang inisiasi awal di Kecamatan Cikulur. Tujuan dari kegiatan adalah untuk membentuk Tim Siaga Bencana Pada Masa Pandemi Covid 19 di Kabupaten Lebak berbasis masyarakat agar siap dala menghadapi bencana. Kegiatan yang akan dilakukan dalam pembentukan Tim Siaga Bencana Pada Masa Pandemi Covid 19 dan Simulasi di Wilayah Kerja Puskesmas Cikulur. Target Luaran dari PKM ini adalah terbentuknya Tim Siaga Bencana Pada Masa Pandemi Covid 19. Kegiatan menghasilkan pembentukan Tim Siaga Bencana Pada Masa Pandemi Covid 19 dan Simulasi di Wilayah Kerja Puskesmas Cikulur.
Tingkat Kelelahan Pekerja pada Masa Pandemi Covid-19 di Proyek Pembangunan Ruas Jalan Tol Serpong-Cinere Adinda Kania Prameswari; Dyah Utari; Fathinah Ranggauni Hardy; Azizah Musliha Fitri
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 8 No 3 (2022): Jurnal Kesehatan Komunitas
Publisher : LPPM Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25311/keskom.Vol8.Iss3.858

Abstract

The construction service sector is one of the sectors that has a high risk of both work accidents and occupational diseases, especially during the current Covid-19 pandemic. The implementation of development activities are still carried out by implementing the Covid-19 prevention protocol. The purpose of this study was to determine the relationship between internal factors (age, nutritional status, and work period) and external factors (length of work and workload) with work fatigue to workers in the Serpong-Cinere Toll Road Development Project. This study used a quantitative analytical method with cross sectional design. The population of this study were 100 workers and sampling in this study using total sampling technique. Chi square test results obtained age was variable with p value 0.031 (p <0.05), workload with p value 0.001 (p <0.05), length of work with p value 0.001 (p <0.05), nutritional status with p value 0.964 (p> 0.05) and working period with p value 0.471 (p> 0.05). The conclusion is that age, workload and length of work are related to work fatigue. Nutritional status and period of work were not related to work fatigue. Suggestion for companies is to evaluate working hours and provide appropriate rest areas in the project area.
Pembentukan Puskesmas Percontohan untuk Pelayanan Kesehatan yang Lebih Baik di Era JKN Ganda Raja Partogi Sinaga; Fathinah Ranggauni Hardy
Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat : Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat Vol 11 No 1 (2019): JIKM Vol. 11, Edisi 1, Februari 2019
Publisher : Public Health Undergraduate Program, Faculty of Health Science, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (587.898 KB) | DOI: 10.52022/jikm.v11i1.12

Abstract

Latar Belakang: Pembentukan satu Puskesmas percontohan di setiap Kabupaten/Kota. Dalam mewujudkan hal tersebut diatas perlu didukung dengan keberadaan Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang ideal untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Puskesmas ideal tersebut akan digunakan sebagai percontohan untuk pengembangan Puskesmas lainnya dalam upaya mewujudkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan tetap mengedepankan upaya promotif dan preventif. Metode: Metode yang digunakan dalam pembentukan Puskesmas Percontohan ini adalah riset implementatif. Instrumen yang dibangun untuk monev Puskesmas Percontohan akan dibuat secara elektronik berbasis aplikasi web. Hasil: Dalam membentuk Puskesmas Percontohan ini didukung oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) terkait. Peran dinas kesehatan kabupaten/kota dalam membentuk Puskesmas Percontohan akan di monitoring dan evaluasi secara elektronik, agar proses dapat mudah dipantau, sehingga kendala/hambatan yang ada nantinya dapat didiskusikan atau diatasi bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi dan atau Kementerian Kesehatan. Kesimpulan: Proses pembentukan Puskesmas percontohan di kabupaten/kota dilaksanakan melalui pembinaan secara berjenjang. Peran dinas kesehatan kabupaten/kota sangat penting, karena Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan (UPTD). Background: Establishment of a pilot health center in each district / city. In realizing the above, it is necessary to support the existence of Puskesmas as a first-rate health care facility that is ideal for providing better health services in the era of National Health Insurance (JKN). The ideal Puskesmas will be used as a pilot for the development of other Puskesmas in an effort to realize quality health services while promoting promotive and preventive efforts. Method: The method used in forming the Pilot Health Center is implementative research. The instrument built for monitoring and evaluation Puskesmas Pilot will be made electronically based on web applications. Results: In forming the Pilot Health Center, it was supported by relevant stakeholders. The role of district / city health offices in forming Pilot Health Centers will be electronically monitored and evaluated so that the process can be easily monitored, so that existing constraints / obstacles can be discussed or addressed together with the Provincial Health Office and or the Ministry of Health. Conclusion: The process of forming a pilot health center in the district / city is carried out through tiered guidance. The role of the district / city health office is very important, because the Puskesmas is the technical service unit for the health department (UPTD).
Herd Immunity Tantangan New Normal Era Pandemi Covid 19 Fathinah Ranggauni Hardy
Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat : Media Komunikasi Komunitas Kesehatan Masyarakat Vol 12 No 2 (2020): JIKM Vol. 12, Edisi 2, Mei 2020
Publisher : Public Health Undergraduate Program, Faculty of Health Science, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52022/jikm.v12i2.70

Abstract

Penyebaran virus corona Covid-19 semakin berkembang secara pesat di seluruh dunia. Kondisi ini menyebabkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan wabah ini menjadi pandemi global. Di samping status wabah Covid-19 ini, muncul istilah Herd Immunity dalam dunia kesehatan sebagai upaya perlindungan diri atau imunitas tubuh dan tantangan pada era new normal saat ini. Herd immunity bisa muncul dengan cara membiarkan virus terus menyebar sehingga banyak orang terinfeksi dan apabila mereka sembuh, banyak orang akan kebal sehingga wabah akan hilang dengan sendirinya karena virus sulit menemukan host atau inang untuk membuatnya tetap hidup dan berkembang. Semakin banyak orang yang mengalami Herd Immunity akan berdampak bagi lingkungan sosialnya yaitu melindungi kelompok masyarakat yang bukan merupakan sasaran imunisasi dari penyakit atau virus yang menyerang. Herd Immunity bisa tercipta dengan menggunakan dua cara: Dengan cara menyuntikkan vaksinasi atau obat untuk penangkalan penyebaran virus tersebut. Kekebalan tersebut akan muncul dari vaksin yang disuntikkan dan tidak membuat virus dari orang yang terjangkit menular pada orang lain. Herd Immunity bisa tercipta tidak dengan suntik vaksin, yaitu dengan cara alami. Herd Immunity akan tercipta apabila dalam satu kelompok sudah banyak yang terpapar virus, maka orang lain dalam masyarakat tersebut akan memiliki tingkat kekebalan yang baik dengan sendirinya dan bisa menangkal penyebaran virus. Pada kasus virus Covid-19, sampai saat ini memang belum ditemukan vaksin atau obat yang dapat menangkal penyebarannya. Maka Herd Immunity hanya dapat dijalankan dengan cara alami yaitu dengan cara pemulihan pasien yang sudah terinfeksi. Cara alamiah yang dimaksud yaitu dengan membiarkan Covid-19 menginfeksi sebagian besar orang di beberapa wilayah. Banyaknya yang terinfeksi kemudian akan menciptakan Herd Immunity. Memilih menggunakan cara alami penciptaan Herd Immunity pada penanganan virus Covid-19 sebenarnya tidak disarankan untuk menjadi pilihan utama. Hal itu dikarenakan tingkat infeksi yang sangat cepat di seluruh dunia hingga dapat mengakibatkan kematian maka cara tersebut justru membahayakan lingkungan. Ada upaya lain yang bisa diterapkan untuk menahan penyebaran virus Covid-19, yaitu dengan membatasi kontak orang-ke-orang dan mendesak masyarakat untuk mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain atau yang dikenal dengan istilah Social Distancing atau Physical Distancing.