Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Biota: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati

Komposisi Jenis dan Struktur Tumbuhan Bawah pada Hutan Tanaman Jati Bertumbuhan Ketela Pohon di KPH Ngawi, Jawa Timur Hasanbahri, Soewarno; Marsono, Djoko; Hardiwinoto, Suryo; Sadono, Ronggo
Biota Biota Volume 13 Nomor 2 Tahun 2014
Publisher : PBI Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.972 KB)

Abstract

AbstractThe existence of Cassava under the Teak stand, in Ngawi Forest District, have change the undergrowth species composition and their ecological structure. Based on the research results of the different age class of teak plantation forest (II – V) could be concluded that the species composition of undergrowth tend to decrease either species number or individual number of each species. Only 4 species from 21 species of undergrowth that were found in all of the research compartments those are Hoplismenus burmani, Clitoria ternatea, Eupatorium odoratum and Synedrela nudiflora; and their distribution were horizontally aggregated. For vertical structure of the undergrowth community were not different for each compartment with Cassava. The nutrients rate information of the soil under teak stand with cassava showed low enough.Key words: Undergrowth, cassava, ecological structure, teak standAbstrakKeberadaan tanaman Ketela pohon di bawah tegakan hutan tanaman Jati di KPH Ngawi telah mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi jenis tumbuhan bawah dan struktur ekologisnya. Berdasarkan hasil penelitian pada petak hutan tanaman Jati dengan kelas umur yang berbeda (KU II-V) dapat disimpulkan bahwa komposisi jenis tumbuhan bawah cenderung menurun baik dalam jumlah jenis maupun jumlah individu setiap jenis. Hanya ada 4 jenis dari 21 jenis tumbuhan bawah yang dijumpai dari seluruh petak hutan tanaman Jati yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Hoplismenus burmani, Clitoria ternatea, Eupatorium odoratum dan Synedrela nudiflora; dan sebaran horizontalnya mengelompok. Untuk struktur vertikal komunitas tumbuhan bawah pada petak hutan tanaman Jati bertumbuhan Ketela pohon ternyata tidak jauh berbeda antara satu petak dengan petak yang lainnya dari kelas umur yang berbeda. Kandungan hara dalam tanah dibawah tegakan hutan tanaman Jati bertumbuhan Ketela pohon berada pada tingkat yang rendah.Kata kunci: Tumbuhan bawah, ketela pohon, struktur ekologis, tegakan Jati  
Komposisi Jenis dan Struktur Tumbuhan Bawah pada Hutan Tanaman Jati Bertumbuhan Ketela Pohon di KPH Ngawi, Jawa Timur Hasanbahri, Soewarno; Marsono, Djoko; Hardiwinoto, Suryo; Sadono, Ronggo
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 18, No 2 (2013): June 2013
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.972 KB) | DOI: 10.24002/biota.v18i2.395

Abstract

AbstractThe existence of Cassava under the Teak stand, in Ngawi Forest District, have change the undergrowth species composition and their ecological structure. Based on the research results of the different age class of teak plantation forest (II – V) could be concluded that the species composition of undergrowth tend to decrease either species number or individual number of each species. Only 4 species from 21 species of undergrowth that were found in all of the research compartments those are Hoplismenus burmani, Clitoria ternatea, Eupatorium odoratum and Synedrela nudiflora; and their distribution were horizontally aggregated. For vertical structure of the undergrowth community were not different for each compartment with Cassava. The nutrients rate information of the soil under teak stand with cassava showed low enough.Key words: Undergrowth, cassava, ecological structure, teak standAbstrakKeberadaan tanaman Ketela pohon di bawah tegakan hutan tanaman Jati di KPH Ngawi telah mengakibatkan terjadinya perubahan komposisi jenis tumbuhan bawah dan struktur ekologisnya. Berdasarkan hasil penelitian pada petak hutan tanaman Jati dengan kelas umur yang berbeda (KU II-V) dapat disimpulkan bahwa komposisi jenis tumbuhan bawah cenderung menurun baik dalam jumlah jenis maupun jumlah individu setiap jenis. Hanya ada 4 jenis dari 21 jenis tumbuhan bawah yang dijumpai dari seluruh petak hutan tanaman Jati yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Hoplismenus burmani, Clitoria ternatea, Eupatorium odoratum dan Synedrela nudiflora; dan sebaran horizontalnya mengelompok. Untuk struktur vertikal komunitas tumbuhan bawah pada petak hutan tanaman Jati bertumbuhan Ketela pohon ternyata tidak jauh berbeda antara satu petak dengan petak yang lainnya dari kelas umur yang berbeda. Kandungan hara dalam tanah dibawah tegakan hutan tanaman Jati bertumbuhan Ketela pohon berada pada tingkat yang rendah.Kata kunci: Tumbuhan bawah, ketela pohon, struktur ekologis, tegakan Jati  
Diversity and Abundance of Ant (Formicidae) Functional Groups in Range of Land Use Systems in Jambi, Sumatra Susilo, F. X.; Hazairin, M.; Hardiwinoto, Suryo
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 15, No 1 (2010): February 2010
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.751 KB) | DOI: 10.24002/biota.v15i1.2640

Abstract

Kerusakan hutan tropika basah dapat menimbulkan dampak lingkungan berupa penurunan keanekaragaman hayati dan terganggunya fungsi serta stabilitas ekosistem. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti apakah perubahan hutan tropika basah menjadi bentuk penggunaan lahan lain berakibat pada penurunan keragaman dan kelimpahan semut, dan untuk menunjukkan apakah semut dapat dijadikan sebagai bio-indikator perubahan sistem penggunaan lahan (SPL). Penelitian ini dilakukan di Jambi Sumatra pada akhir musim penghujan (Mei−Juni) 2004 pada berbagai taraf intensifikasi SPL. Inventarisasi dan koleksi semut dilakukan dengan menggunakan metode “Winkler” pada enam SPL, yaitu: hutan primer, hutan sekunder, perkebunan karet, perkebunan kelapa sawit, ladang ketela pohon, dan padang alang-alang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 50 genus semut pada 6 SPL tersebut. SPL tidak berpengaruh secara nyata terhadap keragaman dan kelimpahan seluruh semut tetapi berpengaruh secara nyata terhadap kelompok semut pesaba dan semut predator. Keragaman jenis dan kelimpahan yang tinggi dari semut predator ditemukan pada SPL hutan primer dan hutan sekunder. Keragaman jenis dan kelimpahan menjadi rendah apabila SPL hutan diubah menjadi SPL ladang ketela pohon. Kelimpahan semut pesaba tertinggi diketemukan pada SPL perkebunan kelapa sawit. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa semut dapat digunakan sebagai bio-indikator dalam perubahan SPL di kawasan Jambi, Sumatra.