Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Ekstraksi Minyak Nilam dengan Menggunakan Metode Microwave Hydrodistillation dan Soxlet Extraction Mahmud Erfandi Syahputra; Defina Parasandi; Mahfud Mahfud
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.616 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.24555

Abstract

Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman menghasil minyak atsiri yang cukup penting sebagai komoditi ekspor Indonesia dan menyumbang devisa sekitar 60% dari total ekspor minyak atsiri nasional. Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar dunia dengan kontribusi 90%. Meskipun Indonesia merupakan penghasil minyak nilam terbesar, namun kualitasnya masih fluktuasi bahkan cenderung rendah. Hal ini terjadi karena kualitas bahan baku yang kurang bagus atau penggunaan alat ekstraksi dan teknologi proses yang kurang optimal. Dalam memperoleh minyak nilam metode soxhlet extraction menghasilkan yield yang tinggi, namun membutuhkan waktu lama dan pelarut n-Hexane. Oleh karena itu dikembangkan metode microwave hydrodistillation dengan kelebihan yaitu waktu ekstraksi yang singkat dan tidak menggunakan pelarut n-Hexane. Pada metode soxhlet ini digunakan variabel daun nilam kering cacah dengan pelarut n-Hexane. Sedangkan pada metode MHD digunakan variabel bahan daun nilam kering cacah daya 450 W dan pelarut air. Berdasarkan hasil penelitian diperolah yield minyak nilam dari metode soxhlet extraction mencapai 7,4741% dengan waktu ekstraksi 8 jam, sedangkan dengan metode microwave hydrodistillation diperoleh yield 5,8252% dengan waktu ekstraksi selama 3 jam. Selain itu, diketahui recovery dari metode microwave hydrodistillation sebesar 77,64%.
Pengambilan Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Serai Wangi (Cymbopogon winterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap dan Air dengan Pemanasan Microwave Yuni Eko Feriyanto; Patar Jonathan Sipahutar; Mahfud Mahfud; Pantjawarni Prihatini
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.385 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i1.2347

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pengambilan minyak serai wangi (Citronella oil) dari daun dan batang serai wangi dengan metode distilasi uap dan air dengan pemanasan microwave dan membandingkan hasil yang didapatkan dengan penelitian terdahulu yaitu hydro distillation dan steam distillation kemudian mempelajari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap rendemen dan mutu  minyak serai wangi yang dihasilkan seperti pengaruh kondisi bahan (segar dan layu) dari daun dan batang serai wangi, pengaruh perlakuan bahan (utuh dan dicacah ± 2 cm), pengaruh bagian dari serai wangi (daun dan batang) serta pengaruh suhu operasi (100 °C, 105 °C dan 110 °C). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode distilasi uap dan air (steam and hydro distillation) dengan pemanasan microwave. Dalam pemanfaatan microwave akan ditambahkan pelarut berupa air untuk mengambil minyak di dalam daun dan batang serai wangi serta dilakukan pengambilan distilat tiap 20 menit. Kondisi operasi untuk metode ini adalah pada massa 200 gram dan tekanan atmosferik. Dari hasil penelitian didapatkan % rendemen minyak serai wangi yang tinggi pada variabel daun adalah pada daun layu cacah pada suhu 110 ℃ dengan % rendemen sebesar 1,52 % dan untuk batang adalah pada batang layu cacah pada suhu operasi 110 ℃ dengan % rendemen sebesar 1,03 %. Kandungan Citronella yang tinggi pada daun adalah saat kondisi daun segar sebesar 67,36 % dan pada batang saat kondisi batang layu sebesar 85,73 %. Densitas minyak serai wangi untuk daun pada range 0,872 – 0,882  gram/cm3 dan untuk batang pada range 0,862 – 0,877 gram/cm3. Nilai indeks bias untuk daun pada range 1,415 – 1,472 dan pada batang pada range 1,415 – 1,438. Nilai bilangan asam untuk daun pada range 2,805 – 3,366 dan pada batang pada range 3,086 – 3,647.
Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat Pentahidrat (CuSO4.5H2O) dari Tembaga Bekas Kumparan Fitrony Fitrony; Rizqy Fauzi; Lailatul Qadariyah; Mahfud Mahfud
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (756.514 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i1.2349

Abstract

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mempelajari proses pembuatan kristal CuSO4.5H2O dari bahan baku Cu bekas kumparan; mempelajari pengaruh suhu reaksi, pengadukan, dan seeding terhadap kristal CuSO4.5H2O yang dihasilkan; dan membuktikan kristal hasil percobaan berupa kristal CuSO4.5H2O yang dihasilkan. Bahan baku yang dipakai yaitu berupa kawat tembaga bekas kumparan dinamo. Penelitian ini mencakup penanganan produk dan persiapan bahan baku. Sebelum digunakan, bahan baku logam dibersihkan dari pengotor lalu dipotong kecil-kecil yang bertujuan agar mempermudah dan mempercepat proses pelarutan tembaga dengan HNO3. Setelah pelarutan, larutan direaksikan dengan H2SO4 pekat yang sudah diencerkan pada suhu tertentu. Kemudian dilakukan kristalisasi disertai dengan pengadukan. Dari data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kristal CuSO4.5H2O dengan 99% yield dan ukuran kristal rata-rata 0,7 mm dapat dibuat dari tembaga bekas kumparan dengan suhu reaksi 90ºC, penambahan seed, dan pengadukan kristalisasi 500 rpm. Semakin tinggi suhu reaksi maka kelarutan CuSO4 dalam air semakin besar sehingga semakin banyak yield kristal yang dihasilkan. Kecepatan pengadukan cenderung tidak mempengaruhi yield kristal yang dihasilkan, namun berpengaruh terhadap ukuran kristal. Pengadukan akan membuat ukuran kristal lebih kecil daripada tanpa pengadukan. Pengondisian seeding dapat menaikkan yield kristal sekitar 10,72 – 27,13 % jika dibandingkan dengan non seeding dikarenakan terjadinya heterogeneous nucleation. Berdasarkan analisa XRD, kristal CuSO4.5H2O hasil percobaan sesuai dengan data standard XRD kode referensi 01-072-2355.
Pengambilan Minyak Atsiri dari Kulit Jeruk Segar dan Kering dengan Menggunakan Metode Steam Distillation Ahmad Fathur Muhtadin; Ricky Wijaya; Pantjawarni Prihatini; Mahfud Mahfud
Jurnal Teknik ITS Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.998 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v2i1.2351

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah membandingkan rendemen dan mutu citrus oil yang didapat dari bahan baku kulit jeruk manis dan kulit jeruk purut yang segar dan kering dengan metode steam distillation. Kulit jeruk yang digunakan jenisnya adalah kulit jeruk manis dan kulit jeruk purut. Massa kulit yang digunakan adalah 200, 300, 400, dan 500 gram.  Untuk steam distillation dilakukan proses ekstraksi selama 7 jam (pengambilan destilat tiap 1 jam). Kondisi operasi metode ini adalah pada temperatur 100oC dan tekanan 1 atm. Untuk kulit jeruk segar MC (Moisture Content) > 66%. Kulit jeruk yang dikeringkan dalam oven (400C) selama 12 jam (43%<MC<66%) dan selama 24 jam (MC < 43%). Analisa yang dilakukan yaitu analisa %limonene dan %β-pinene dengan GCMS serta analisa SEM. Dari data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pre-treatment pengeringan dapat meningkatkan hasil rendemen citrus oil yang didapat. Untuk minyak kulit jeruk manis yang segar, dikeringkan 12 jam, dan dikeringkan 24 jam didapat rendemen sebesar 0,58 sampai dengan 0,62%; 0,59 sampai dengan 1,05%; 0,65 sampai dengan 0,88%. Kualitas minyak kulit jeruk yang didapat mengalami peningkatan seiring dengan adanya pre-treatment dengan pengeringan oven. Kadar limonene pada minyak kulit jeruk manis yang segar, dikeringkan 12 jam, dan dikeringkan 24 jam didapatkan dengan nilai 93,39%; 97,57%; 95,32%.
Perbandingan Antara Metode Hydro-Distillation dan Steam-Hydro Distillation dengan pemanfaatan Microwave Terhadap Jumlah Rendemenserta Mutu Minyak Daun Cengkeh Fatina Anesya Listyoarti; Lidya Linda Nilatari; Pantjawarni Prihatini; Mahfud Mahfud
Jurnal Teknik ITS Vol 3, No 1 (2014)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.545 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v3i1.5561

Abstract

Tanaman Cengkeh merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang cukup penting sebagai komoditas ekspor Indonesia. Namun daun cengkeh cenderung dibuang karena dianggap sebagai sampah padahal dapat menghasilkan nilai lebih ekonomis. Dalam menghasilkan minyak daun cengkeh, diperlukan upaya untuk memperbaiki metode dan kondisi operasi agar proses penyulingan dapat menghasilkan minyak daun cengkeh sesuai dengan standar mutu SNI. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbandingan proses pengambilan minyak daun cengkeh dengan metode hydro distillation dan steam-hydro distillation dengan pemanasan microwave serta mempelajari pengaruh faktor daya (264 dan 400 watt) yang digunakan dan massa bahan baku (50, 70, 90, 110 dan 130 gram) terhadap rendemen dan mutu  minyak daun cengkeh. Pada penelitian yang dilakukan, digunakan pelarut air untuk mengambil minyak dalam daun cengkeh serta dilakukan pengambilan distilat setiap 15 menit. Uap yang dihasilkan dikondensasi dan distilat yang berupa campuran minyak dan air dipisahkan dengan menggunakan corong pemisah. Perolehan minyak dimurnikan dengan sodium sulfat anhidrat (Na2SO4) untuk memisahkan minyak dari sisa air yang masih tertinggal.Dari hasil penelitian didapatkan hasil terbaik pada metode hydro distillation dengan pemanfaatan microwave pada daya 400 watt dan massa 90 gram dengan % rendemen sebesar 2,8349% dan kandungan eugenol 79,31%.  Densitas minyak daun cengkeh didapat 1,0420-1,0217 (g/ml) untuk metode hydro-distillation dan 1,0435-1,0204(g/ml) untuk metode steam-hydro distillation. Nilai indeks bias untuk metode hydro-distillation berada pada range 1,5331-1,5326 dan metode steam-hydro distillation berada pada range 1,5327-1,5312.
Ekstraksi Kayu Nangka (Artocarpus heterophyllus lam) dengan Pelarut Etanol sebagai Pewarna Tekstil Menggunakan Metode Microwave-Assisted Extraction Dhaniar Rulandri Widoretno; Delita Kunhermanti; Mahfud Mahfud; Lailatul Qadariyah
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.877 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.16761

Abstract

Seiring berkembangnya teknologi menyebabkan kebanyakan industri tekstil di Indonesia lebih memilih menggunakan pewarna sintetis pada proses pewarnaan kain. Pada kenyataannya pewarna sintetis dapat berdampak negatif karena bersifat toxic bagi kesehatan pekerja dan lingkungan. Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan zat warna alami. Salah satu potensi yang belum termanfaatkan di Indonesia adalah limbah kayu nangka dari industri meubel, kayu nangka sendiri mengandung zat warna yang memberikan pigmen warna kuning sehingga dapat dimanfaatkan sebagai alternatif sumber bahan pewarna alami. Dalam penelitian ini bahan yang akan diekstraksi adalah kayu nangka (Artocarpus heterophyllus lam) dengan ukuran serbuk antara 35 mesh – 60 mesh. Proses ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 200 mL. Ekstraksi dengan menggunakan metode Microwave-Assisted Extraction dilakukan pada kondisi operasi yang berbeda, yakni meliputi perbandingan rasio bahan terhadap pelarut (0,02; 0,04; 0,06; 0,08; 0,1 g/mL), daya microwave (100; 264; 400; 600: 800 watt), serta waktu ekstraksi (10; 20; 30; 40; 50; 60; 70: 80; 90 menit). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh yield optimum sebesar 3,39% pada daya 400 watt, 3,67% pada rasio bahan terhadap pelarut 0,02 g/mL, dan 3,49% pada waktu ekstraksi 30 menit dengan daya microwave 600 watt. Hasil pengujian pewarnaan pada tekstil menunjukkan bahwa pewarna alami kayu nangka dapat digunakan sebagai pewarna pewarna tekstil karena dapat memberikan hasil pewarnaan yang permanen.
Evaluation and Optimization for Extraction Parameters of Allium sativum Extract using Microwave Hydrodistillation (MHD) Yeni Variyana; Mahfud Mahfud
CHEMICA: Jurnal Teknik Kimia Vol 8, No 2 (2021): December 2021
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26555/chemica.v8i2.20844

Abstract

Allium sativum L extraction using microwave hydrodistillation (MHD) was chosen as one of the techniques for becoming a safer and greener technology. The yield of garlic oil obtained by MHD using water as solvent. The optimization was designed by response surface methodology (RSM) to evaluate and analyze the effect parameters of raw material mass, microwave power, and extraction time. The highest yield was found in 100 g, 450 W, and 90 min of 0.1392% based on experimental data. In addition, RSM using the quadratic model predicted that optimal condition at 88.09 g, 474.94 W, and 99.53 min was 0.1430%, respectively. An ANOVA analysis resulted in a p-value of less than 0.05 with a high determination coefficient (R2 = 0.9971). It indicates that this model gives a significant response and has good accuracy. Furthermore, the error rates between experimental data and the predicted model were less than 5%. The model obtained from optimization is close to the reability runs and could be explained for correlating the yield of garlic oil with parameter conditions using optimization.
Produksi Biofuel Berbantuan Ultrasonik dari Minyak Kelapa Terkatalisis Ca/γ-Al2O3 dan K/γ-Al2O3 Eko Supriadi; Rahmat Basuki; Danawati Hadi Prajitno; Mahfud Mahfud
Walisongo Journal of Chemistry Vol 4, No 1 (2021): Walisongo Journal of Chemistry
Publisher : Department of Chemistry Faculty of Science and Technology Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/wjc.v4i1.7861

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan doping Kalium (K) dan Kalsium (Ca) pada support γ-Al2O3 dalam produksi biofuel yang berbentuk fatty acid methyl ester (FAME) melalui reaksi transesterifikasi minyak kelapa berbantuan ultrasonik. Reaksi dilakukan dalam tipe reaktor batch dengan perbandingan mol minyak kelapa:etanol = 1:9, dan variasi konsentrasi berat katalis untuk masing-masing katalis K/γ-Al2O­3 dan Ca/γ-Al2O3 terhadap minyak kelapa (0,5%; 1,0%; 1,5%; 2% dan 2,5%), waktu reaksi (30, 60, 90, 120 dan 150 detik), dan frekuensi ultrasonik (20 dan 40 KHz). Keberhasilan doping ditunjukkan pada hasil karakterisasi K/g-Al2O3 ­dan Ca/g-Al2O3 menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) yang menghasilkan puncak 2θ karakteristik K (29,70° dan 32,65°) dan Ca (25,35°, 26,77°, dan 27,17°) pada support g-Al2O3 (37,66°, 45,82° dan 67,22°). Karakterisasi menggunakan Surface Area Analyzer (SAA) menunjukkan bahwa katalis K/g-Al2O3 memiliki luas permukaan yang lebih kecil (34,03 m2/g) dibanding Ca/g-Al2O3 (83,77 m2/g), namun diameter pori yang lebih besar (66,12 Å) dibanding Ca/g-Al2O3 (35,22 Å). Katalis K/g-Al2O3 menghasilkan yield FAME yang lebih besar (93,19%) dibanding Ca/γ-Al2O3 (29,76%) pada konsentrasi katalis 2,5%, waktu reaksi 150 detik dan frekuensi ultrasonik 40 kHz. Kualitas FAME terkatalisis K/g-Al2O3 yang dihasilkan memenuhi empat parameter uji: densitas, viskositas kinematic, titik nyala, dan titik tuang sesuai dengan standar SNI 04-7182-2006.
Kinetics study of oil extraction from Citrus auranticum L. by solvent-free microwave extraction Heri Septya Kusuma; Prilia Dwi Amelia; Cininta Admiralia; Mahfud Mahfud
Communications in Science and Technology Vol 1 No 1 (2016)
Publisher : Komunitas Ilmuwan dan Profesional Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21924/cst.1.1.2016.3

Abstract

Citrus and its oil are of high economic and medicinal value because of their multiple uses, such as in the food industry, cosmetics and folk medicine. The aim of this study is to investigate the potential of solvent-free microwave extraction for the extraction of essential oils from Citrus auranticum L. peels. Specifically, this study verifies the kinetics based on second-order model and mechanism of solvent-free microwave extraction of Citrus auranticum L. peels. Solvent-free microwave extraction is used to extract essential oils from Citrus auranticum L. peels. The initial extraction rate, the extraction capacity and the second-order extraction rate constant were calculated using the model. Using a three-step experimental design of the kinetics of oil extraction from Citrus auranticum L. peels by solvent-free microwave extraction, this study showed that the extraction process was based on the second-order extraction model. The initial extraction rate (h), the extraction capacity (CS), the second-order extraction rate constant (k), and coefficient of determination (R2) was 0.7483 g L-1 min-1, 0.7291 g L-1, 1.4075 L g-1 min-1 and 0.9992, respectively.
Study of Activated Carbon from Coconut Shell Waste to Adsorb Cu and Mn Metals in Acid Mine Drainage Lailan Ni`mah; Mahfud Mahfud; Sri Rachmania Juliastuti
Journal of Fibers and Polymer Composites Vol. 1 No. 1 (2022): Journal of Fibers and Polymer Composites
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.069 KB) | DOI: 10.55043/jfpc.v1i1.35

Abstract

Abstract. The purpose of this research is to make activated carbon from coconut shell carbon and examine its use in adsorbing metals in acid mine drainage; to study the types of activators; to determine the optimum mass for the efficiency of reducing the concentration of Cu2+ metal and Mn2+ metal (percent removal) using the activated carbon from coconut shell carbon; and to determine the adsorption of isothermal model. Based on the results of the study, it is concluded that activated carbon could be made from coconut shell carbon with 20% H3PO4 chemical activation. Before being activated, it was made by heating at a temperature of 300°C for 2 hours. The best activated carbon in terms of metals adsorption in acid mine drainage was in a mass of 4 grams with each percent removal of 57.62% for Cu metal and 91.37% for Mn metal. Data analysis of the effect of concentration on adsorption capacity used the Langmuir and Freundlich isotherm equations. The Langmuir equation for the adsorption of Mn metal obtained the maximum adsorption capacity (qmax) of 15.16 mg/g; KL=73.09 mol/L and R2=0.9568. Meanwhile, the adsorption of Cu metal obtained the maximum adsorption capacity (qmax)=4.73 mg/g; KL=73.14 mol/L and R2= 0.9304. In Freundlich's equation, on the adsorption of Mn metal, the resulting KF=15.14 mol/L; R2=0.9129, while on the adsorption of Cu metal, the resulting KF=.72 mol/L; R2= 0.9092. Based on the data, the adsorption isotherm curve more closely follows the Langmuir isotherm model (adsorption takes place in one layer (monolayer).