Titah, Harmin Sulistiyaning
Departemen Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Isolation and Screening of Diesel Degrading Bacteria from Ship Dismantling Facility at Tanjungjati, Madura, Indonesia Titah, Harmin Sulistiyaning; Pratikno, Herman; Moesriati, Atiek; Imron, Muhammad Fauzul; Putera, Rizky Islami
Journal of Engineering and Technological Sciences Vol 50, No 1 (2018)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.282 KB) | DOI: 10.5614/j.eng.technol.sci.2018.50.1.7

Abstract

The ship dismantling industry is a cause of contamination of the environment by diesel. The objectives of this study were to isolate and screen diesel degrading bacteria from diesel contaminated areas. Diesel contaminated seawater and soil samples were collected from a ship dismantling facility at Tanjungjati, Madura, Indonesia. Isolation was conducted with an aseptic technique and growing the mixture culture was carried out based on the pour plate method. After 24 h of incubation, thirteen bacteria strains were isolated from diesel contaminated seawater and soil samples from the area of study. The isolated bacteria were identified based on morphological characterization. Mostly gram positive bacteria were found. The isolated bacteria were screened by using nutrient agar medium containing various diesel concentrations (0%, 5%, 10%, and 15% (v/v)). The result of the screening test showed that the bacteria coded EL and CT displayed the best resistance and highest growth in diesel polluted medium. It was shown that both of them potentially have a higher capability of utilizing diesel as carbon and energy source than the others.
Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Portable untuk Kegiatan Usaha Pencucian Mobil di Kota Surabaya Dini Novitrianingsih; Harmin Sulistiyaning Titah
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.835 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.16994

Abstract

Pencemaran lingkungan yang terjadi di Kota Surabaya tidak terlepas dari kegiatan industri salah satunya yaitu usaha pencucian mobil. Hal tersebut berdampak pada penurunan kualitas lingkungan dikarenakan usaha pencucian mobil belum memiliki IPAL untuk mengolah limbah yang dihasilkan. Sehingga masih banyaknya usaha pencucian mobil yang membuang air limbah pencucian mobil langsung ke badan air tanpa diolah terlebih dahulu.Dimensi untuk masing-masing unit ­­pre-treatment yang terdiri dari oil trap dan sumur pengumpul sebesar 1,3m x 0,6m x 1 m dan 1 m x 1 m x 1 m. Sedangkan dimensi unit IPAL portable yang terdiri dari tangki septik, aerobik biofilter, dan bak penampung secara berturut-turut sebesar 1,7 m x 0,4 m x 1,2 m; 0,5 m x 0,4 m x 1,2 m sebanyak 2 kompartemen; dan dimensi unit bak penampung yang diperoleh dari lahan IPAL portable yang tersisa sebesar 0,7 m x 0,4 m x 1,2 m. Anggaran biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan unit pre-treatment sebesar Rp 1.590.000,00. Sedangkan untuk unit IPAL portable sebesar Rp 3.900.000,00.
Range Finding Phytotoxicity Test of Lead to Mangrove Plants of Rhizophora mucronata Lina Hanarisanty; Harmin Sulistiyaning Titah
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (409.951 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v8i2.49706

Abstract

Pollution of heavy metals can occurred in river and estuary area. Lead (Pb) was one type of heavy metals that was found in river and estuary area. Pb was one of the conservative heavy metals and Pb can be toxic to human being, animals and plants. The aim of this study was to determine the survival of mangrove of Rhizhophora mucronata against the Pb in range finding phytotoxicity test with various concentration of Pb. Pb in various of concentration were exposured to Rhizhophora mucronata for 7 days. Variations of Pb concentrations were 0 mg/L as control, 50 mg/L, 100 mg/L, 300 mg/L, 500 mg/L, and 700 mg/L. The physical observation was conducted during the range finding phytotoxicity test. The results showed that the Rhizophora mucronata was able to survive with Pb concentration of 100 mg/L. While the concentration of mortality (LC50) was at a concentration of 367.58 mg Pb /L. The death effects can be caused that the plants can absorb/accumulate contaminants in their bodies. In conclusion Rhizophora mucronata can survive at 100 mg/L Pb concentration.
Pengaruh Penambahan Inhibitor Alami terhadap Laju Korosi pada Material Pipa dalam Larutan Air Laut Buatan Ardi Prasetia Yanuar; Herman Pratikno; Harmin Sulistiyaning Titah
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.305 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.18938

Abstract

Korosi merupakan penurunan mutu logam akibat adanya reaksi elektrokimia dengan lingkungannya. Banyak faktor yang dapat menyebabkan korosi suatu material, salah satu diantaranya yakni pengaruh konsentrasi media korosi. Ada banyak metode untuk menghambat proses terjadinya korosi. Salah satu diantara banyak metode yaitu penggunaan inhibitor. Inhibitor organik salah satu jenis inhibitor yang bersifat non-toksik, murah, sudah tersedia di alam, mudah diperbaharui dan tidak merusak lingkungan. Inhibitor organik tersebut diperoleh dengan mengekstrak beberapa bahan yang ada di alam. Dalam penetilitian ini inhibitor yang digunakan antara lain daun jambu biji, daun teh, kedelai dan kopi. Inhibitor tersebut digunakan pada material pipa baja dalam media air laut buatan yang memiliki kadar salinitas 35 ‰. Metode perhitungan laju korosi baja menggunakan metode weight loss dan electroplating. Laju korosi paling kecil yakni sebesar 3.10 mpy untuk API 5L dan 1.94 mpy untuk ASTM A53 dengan inhibitor daun teh. Inhibitor yang kurang maksimal dalam menghambat laju korosi yaitu inhibitor kopi yakni 6.12 mpy untuk API 5L dan 2.66 mpy untuk ASTM A53. Nilai laju korosi spesimen API 5L dan ASTM A53 yang tidak menggunakan inhibitor masing-masing 50.26 mpy dan 3.83 mpy. Inhibitor teh memiliki nilai effisiensi mencapai 93.83%. Sedangkan daun jambu biji memiliki nilai effisiensi mencapai 93.45%. Nilai effisiensi inhibitor kedelai mencapai 91.72% dan inhibitor kopi memiliki nilai effisiensi paling rendah hanya mencapai 87.83%.
Analisis Pengelasan SMAW pada Baja ASTM A36 dengan Variasi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik dan Ketahanan Biokorosi di Lingkungan Laut Muhammad Sultanul Azdkar; Herman Pratikno; Harmin Sulistiyaning Titah
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (790.984 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v7i2.32118

Abstract

Pembangunan atau rekayasa industri maritim khususnya pembuatan bangunan lepas pantai pada saat ini sebagian besar menggunakan teknik pengelasan logam. Sambungan las pada material baja tidak lepas dengan yang namanya korosi. Korosi dapat menyebabkan menurunnya kekuatan material dan kerusakan pada kontruksi. Korosi adalah penurunan mutu logam yang disebabkan oleh reaksi elektrokimia antara logam dengan lingkungan sekitarnya. Salah satu penyebab terjadinya korosi adalah bakteri. Bakteri hidup di lingkungan laut secara luas pada habitatnya dan membentuk koloni lalu menempel pada permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis. Penelitian ini merupakan eksperimen laju korosi terhadap sambungan las tipe SMAW pada baja ASTM A36 dengan variasi elektroda. Varias elektroda yang dipilih adalah AWS E6010, AWS E6013, dan AWS E6019. Material sambungan las dikorosi menggunakan metode immersion corrosion test yaitu di rendam dengan menggunakan air laut buatan dengan salinitas 3,5% yang telah ditambahkan bakteri dan tanpa penambahan bakteri. Metode yang digunakan untuk mengambil data laju korosi sambungan las menggunakan metode weight loss. Laju korosi paling tinggi yaitu pada material sambungan las AWS E6019 dengan penambahan bakteri Thiobacillus ferrooxidans tertinggi sebesar 0,24886 mm/year, sedangkan laju korosi terendah pada jenis elektroda E6013 tanpa penambahan bakteri sebesar 0,19004 mm/year. Hal ini membuktikan bahwa penambahan bakteri dapat mempercepat laju korosi.
Bioremediasi Lumpur Alum menggunakan Aspergillus niger dengan Penambahan Serbuk Gergaji sebagai Bulking Agent Indira Wido Primadipta; Harmin Sulistiyaning Titah
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 1 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.032 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i1.21753

Abstract

Penggunaan koagulan Al2SO4 dalam pengolahan air minum dan menghasilkan produk samping berupa lumpur alum. Dampak yang ditimbulkan dari akumulasi aluminium di badan sungai yakni dapat membahayakan kesehatan manusia dan mengganggu kelangsungan hidup biota sungai. Bioremediasi merupakan salah satu teknologi remediasi yang memanfaatkan mikroorganismen dan dapat digunakan untuk menyisihkan logam aluminium. Salah satu mikroorganisme yang dapat menyisihkan logam aluminium adalah jamur Aspergillus niger. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik awal lumpur alum dari IPAM X meliputi konsentrasi aluminium, pH, suhu, densitas, kadar air serta porositas, efisiensi penyisihan aluminium dengan variasi penambahan serbuk gergaji sebagai bulking agent dan konsentrasi penambahan jamur Aspergillus niger (5 dan 10% (v/v)) serta bioremediasi paling efektif berdasarkan berbagai variasi yang telah disebutkan. Karakteristik lumpur alum dari IPAM X yakni memiliki konsentrasi aluminium 250 mg/L, pH 8,61 dengan suhu 31oC, massa jenis 1240 kg/m3, kadar air 98% serta angka porositasnya 0,0230. Pada penambahan 5 dan 10% (v/v) Aspergillus niger didapatkan efisiensi penyisihan aluminium pada sampel 100% lumpur alum yakni masing-masing 8,45% dan 9,08% sedangkan pada sampel 97% lumpur alum dan 3% serbuk gergaji yakni masing-masing 8,27% dan 10,11%. Didapatkan kesimpulan bahwa bioremediasi yang paling efektif untuk penyisihan aluminium yakni pada penambahan 10% (v/v) Aspergillus niger pada 97% lumpur alum dan 3% serbuk gergaji sebesar 10,11%.
Fito Pengolahan untuk Dekosentrasi Warna Rhodamin B, Metilen Biru dan Metil Violet dengan Tumbuhan Air Eichhornia crassipes Amanda Herrena; Harmin Sulistiyaning Titah
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.353 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.25075

Abstract

Pengolahan air limbah dengan menggunakan tumbuhan air atau phytotreatment telah menjadi salah satu alternatif pengolahan air limbah yang cukup murah dan efisien dalam penerapannya. Tumbuhan air lebih efektif dalam pengolahan air limbah dibandingkan dengan tanaman lainnya karena pertumbuhan mereka lebih cepat dan produksi biomassa yang lebih besar. Kemampuannya relatif lebih tinggi untuk meyerap polutan karena kontak langsung dengan air yang terkontaminasi. Pada penelitian untuk mengetahui efisiensi tumbuhan air yaitu Eceng gondok (Eichhornia crassipes) dalam dekonsentrasi warna. Dilakukan tahapan yaitu propagasi tumbuhan, tahap aklimatisasi, tahap range finding test dan uji phytotreatment selama 30 hari dengan parameter utama uji warna dan parameter pendukung yaitu uji suhu, pH, analisa morfologi, berat basah dan berat kering. Dilakukan juga uji toksisitas pada LC-50 dan uji plant cells analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji toksisitas LC-50 dari ketiga warna tersebut, bahwa tumbuhan eceng gondok memiliki ketahanan respons biologis yang lebih besar. Nilai LC-50 tumbuhan E. crassipes terhadap pewarna rhodamin B 99,5 mg/L > metil violet 83,2 mg/L> metilen biru 74,5 mg/L. Hasil penyisihan warna pada hari ke 30 oleh tumbuhan E.crassipes terhadap warna metilen biru mencapai 59% sedangkan pada kontrol mencapai 59%, warna rhodamin B mencapai 52% dan pada kontrol mencapai 52% dan metil violet sebesar 51% sedangkan pada kontrol mencapai 51%. Berdasarkan hasil persentase penyisihan warna yang dihasilkan maka dapat disimpulkan bahwa penyisihan warna rhodamin B, metilen biru dan metil violet oleh tumbuhan E.crassipes sampai 30 hari pemaparan kurang efektif karena mikroorganime indigenous yang lebih berperan dan terjadinya proses reduksi oksidasi terhada pewarna sintesis.    
Studi Literatur Alternatif Penanganan Tumpahan Minyak Mentah Menggunakan Bacillus subtilis dan Pseudomonas putida (Studi Kasus: Tumpahan Minyak Mentah Sumur YYA-1) Widhowati Kesoema Wardhani; Harmin Sulistiyaning Titah
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.52637

Abstract

Indonesia merupakan negara produsen minyak bumi yang cukup besar, sehingga memiliki banyak kegiatan yang berkaitan dengan penambangan minyak bumi. Kegiatan ini memberikan dampak pada lingkungan sekitar berupa tumpahan minyak. Salah satu kasus tumpahan minyak yang terjadi di Indonesia adalah kasus sumur YYA-1 PT. PHE ONWJ yang terjadi pada tahun 2019. Tumpahan minyak merupakan Bahan Berbahaya dan Beracum (B3) sehingga membutuhkan penanganan yang menyeluruh. Saat ini penanganan yang banyak dilakukan adalah dengan pendekatan fisik dan kimia, sedangkan pendekatan ini memiliki potensi dampak yang lebih lama bagi ekosistem. Bioremediasi memiliki potensi yang yang baik untuk diterapkan sebagai alternatif penanganan tumpahan minyak mentah pada perairan laut. Bioremediasi memanfaatkan metabolisme mikroba sebagai pendegradasi hidrokarbon untuk mengubah polutan menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Beberapa spesies bakteri yang terbukti dapat digunakan untuk bioremediasi adalah Bacillus subtilis dan Pseudomonas putida. Berdasarkan beberapa data hasil penelitian pada laboratorium. Diperkirakan penggunaan kedua bakteri ini dapat efektif menyisihkan tumpahan minyak mentah dengan menerapkan penanganan fisik kimia sebagai penanganan awal, serta beberapa faktor dan prosedur yang harus diperhatikan dengan seksana pada saat penerapan bioremediasi dilakukan.
Potensi Metode Co-Composting pada Bioremediasi Tanah Tercemar Pelumas Bekas Menggunakan Sampah Organik Biodegradable Shafiyah Setianingsih; Harmin Sulistiyaning Titah
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.52699

Abstract

Perawatan mesin khususnya di bengkel menghasilkan pelumas bekas rentan mencemari perairan dan tanah. Metode co-composting dapat diaplikasikan sebagai teknik bioremediasi tanah tercemar pelumas bekas karena cukup murah dan ramah lingkungan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menentukan kemampuan metode co-composting dalam menyisihkan Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) pada tanah tercemar pelumas bekas dengan penambahan sampah organik biodegradable serta menentukan jenis sampah organik biodegradable yang menghasilkan efisiensi penyisihan TPH terbaik pada bioremediasi tanah tercemar pelumas bekas dengan metode co-composting. Proses co-composting berlangsung selama 30 hari dengan penambahan bioaktivator EM4 kecuali reaktor T100 (kontrol) dalam skala laboratorium. Penelitian ini menggunakan reaktor plastik tebal berdimensi 44 cm x 30 cm x 11 cm. Pelumas bekas didapat dari Bengkel Dasyi Surabaya. Tanah tercemar dibuat artifisial konsentrasi 10% (b/b). Variasi penelitian meliputi rasio komposisi campuran tanah tercemar dengan sampah organik (T/S) sebanyak 1 kg berat basah (100/0, 50/50; dan 75/25) dan jenis (sampah daun ranting, rumen sapi, dan campuran keduanya). Hasil analisis menggunakan gravimetri menunjukkan kadar TPH dalam tanah tercemar pelumas bekas mencapai 6,05%. Co-composting berjalan dengan baik ditandai dengan optimalnya faktor-faktor pendukung yaitu suhu, pH, kadar air diukur setiap 3 hari sekali dan C-Organik, N-Nitrat, N-Nitrit, TKN dalam rasio C/N dianalisis setiap 10 hari sekali. Hasil penelitian penyisihan kadar TPH terbaik ditemukan pada reaktor DR/RS50 (T/S: 50/50 dengan jenis sampah campuran sampah daun ranting dan rumen sapi lokal). TPH yang tersisihkan yaitu dari 4,79% sampai 3,06% dengan efisiensi penyisihan sebesar 36,16%. Berdasarkan hasil uji statistik Anova Two-way diketahui tidak ada pengaruh signifikan variasi jenis sampah organik, variasi komposisi tanah dan sampah serta interaksi kedua variasi terhadap tingkat penyisihan TPH (P>0,05).
Studi Fitoremediasi Polutan Minyak Bumi di Wilayah Pesisir Tercemar Menggunakan Tumbuhan Mangrove (Studi Kasus: Tumpahan Minyak Mentah Sumur YYA-1 Pesisir Karawang Jawa Barat) Atmira Dinha Astuti; Harmin Sulistiyaning Titah
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.53046

Abstract

Pesisir Indonesia mengalami pencemaran akibat minyak bumi yang berasal dari berbagai aktivitas industri perminyakan dan kegiatan melaut. Polutan minyak bumi merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) karena membahayakan makhluk hidup dan lingkungannya. Pencemaran dari polutan minyak bumi mengakibatkan ekosistem pesisir terganggu. Polutan minyak bumi mengandung petroleum hidrokarbon yang perlu didegradasi agar tidak menimbulkan dampak negatif. Salah satu metode dalam mendegradasi polutan minyak bumi adalah fitoremediasi. Metode ini dipilih karena dapat mendegradasi polutan secara kontinyu, operasional mudah, murah, dan aman. Tumbuhan yang digunakan adalah mangrove karena merupakan tumbuhan yang kuat salinitas payau pada pesisir. Metode dari penulisan ini yaitu menggunakan studi literatur dengan mengumpulkan serta menganalisis berbagai pustaka. Jenis pustaka antara lain jurnal, buku, laporan, website dengan pokok pembahasan terkait minyak bumi, fitoremediasi, dan mangrove. Tujuan penulisan sebagai referensi dalam membahas metode fitoremediasi menggunakan mangrove terhadap polutan minyak bumi di wilayah pesisir. Studi kasus yang diambil adalah kebocoran minyak di Pesisir Karawang Jawa Barat. Metode dalam mendegradasi polutan minyak bumi dengan fitoremediasi menggunakan skenario penanaman empat jenis mangrove yaitu Avicennia, Rhyzophore, Burguiera, dan Sonneratia. Skenario jenis mangrove yang ditanam menyesuaikan dengan zonasi hutan mangrove. Konsentrasi pencemar minyak bumi di pesisir karawang sebesar 10%. Pertumbuhan mangrove membutuhkan waktu selama dua belas minggu untuk menurunkan hingga sisa TPH% menjadi 1,84%.