Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Pra Desain Pabrik Pemanfaatan Gas Alam Natuna Menjadi Dietil Karbonat Melalui Proses Direct Synthesis Yesaya Reuben Natanael; Lukas Rudy Paembong; Annas Wiguno; Gede Wibawa
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.16 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.24747

Abstract

Konsumsi bahan bakar minyak yang terus meningkat menyebabkan polusi CO2. Eksplorasi dan pemanfaatan gas alam, seperti pada Natuan Gas field, akan menghasilkan banyak emisi CO2. Pada penelitian ini telah dilakukan perancangan pabrik Dietil Karbonat dengan bahan baku CO2 dimana kapasitas produk DEC sebesar 10.565.449 ton/tahun dan sales gas sebesar 45.299.932 MMBtu/tahun, dengan umur pabrik 20 tahun yang berjalan kontinyu selama 330 hari / tahun. Tujuan perancangan pabrik dietil karbonat adalah untuk memanfaatkan CO2 dari hasil gas alam pada Natuna gas field. Pabrik dietil karbonat direncanakan didirkan pada Kepulauan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Tempat ini dipilih karena tersedia akses terhadap bahan baku utama berupa gas alam pada perairan Natuna, sarana transportasi darat dan laut, ketersediaan listrik, air dan pemasaran produk dapat dilakukan pada daerah Balikpapan, dan luar negeri melalui Singapura. Pada pabrik ini digunakan proses direct synthesis menggunakan bahan baku CO2, etanol, dan etilen oksida dimana katalis KI dan sodium etoksida digunakan dalam proses sintesa. Produk samping dari proses ini ialah etilen karbonat (4.319.760 ton/tahun), etilen gilkol (5.501.320 ton / tahun) dan cellosolve (846.776,7 ton/tahun) yang memiliki nilai jual yang baik. Secara analisa ekonomi didapatkan total investment cost : 25.047,69 Juta USD, net pressent value : 148,121 juta USD, IRR : 35,84%, dan POT : 3,611 tahun sehingga pabrik pemanfaatan gas alam pada Natuna gas field perlu dipertimbangkan.
Pra Desain Pabrik Minyak Kayu Putih dari Daun Kayu Putih Muhammad Ridlo Mumtazy; Sekar Tri Wulan Amelia; Annas Wiguno; Kuswandi Kuswandi
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.57406

Abstract

Defisit produksi minyak kayu putih Indonesia selama ini dicukupi dengan melakukan impor dari negara lain dimana seharusnya Indonesia mampu memproduksi sendiri dengan potensi kekayaan alam yang dimilikinya. Diperkirakan pada tahun 2019 Indonesia memiliki permintaan minyak kayu putih sebesar 4500 ton dan harus melakukan impor sebesar 2000 ton. Dilatarbelakangi hal tersebut, dibuat rancangan pra desain pabrik minyak kayu putih dengan kapasitas produksi sebesar 150 ton/tahun. Menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang meninjau ketersediaan bahan baku, pemasaran, sumber energi listrik dan air, sumber tenaga kerja, aksesabilitas dan fasilitas transportasi, hukum dan peraturan, iklim dan topografi, dipilih Kutawaru, Cilacap, Jawa Tengah sebagai lokasi pendirian pabrik. Bahan baku yang digunakan pada pabrik minyak kayu putih adalah daun kayu putih. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI), spesifikasi produk minyak kayu putih yang dihasilkan diharapkan memiliki kandungan 1,8-cineole sebesar 50-60%. Proses produksi minyak kayu putih meliputi proses steam distillation, condensation, decantation, dan vacuum distillation. Dibuat sistem utilitas steam generation untuk memenuhi kebutuhan steam pada proses berupa superheated steam. Steam dihasilkan 4 dari Boiler Feed Water (BFW) dengan bahan bakar berupa briket yang berasal dari limbah daun dari proses steam distilation. Analisis ekonomi dibuat dengan asumsi pemenuhan modal yang terdiri dari 60% modal sendiri dan 40% modal pinjaman, laju inflasi 3% per tahun, masa konstruksi dua tahun. Diperoleh hasil perhitungan Total Capital Investment (TCI) sebesar Rp 69.473.773.953, Working Capital Investment (WCI) Rp 46.046.229.261; Fixed Capital Investment (FCI) Rp 23.427.544.692; Total Production Cost (TPC) Rp 92.582.033.198; Internal Rate of Return (IRR) 32,2%; Pay Out Time (POT) 4,68 tahun; dan Break Even Point (BEP) 67,84%.
Pra Desain Pabrik Dietil Karbonat dari CO2, Etanol, dan Etilen Oksida Ayyub Choirul Annas; Anisa Fatma Aulia; Annas Wiguno; Kuswandi Kuswandi
Jurnal Teknik ITS Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v9i2.58532

Abstract

Bahan bakar fosil merupakan salah satu energi yang kebutuhannya terus meningkat setiap tahun. Kebutuhan bahan bakar minyak mengikuti perkembangan sektor pembangunan khususnya sektor transportasi dan industri yang saat ini semakin pesat. Tidak dipungkiri bahwa konsumsi bahan bakar fosil mempunyai dampak kepada lingkungan akibat emisi gas buang yang dihasilkan, salah satu akibat dari emisi gas buang tersebut adalah efek rumah kaca. Salah satu upaya untuk mengurangi emisi yang dihasilkan dari konsumsi bahan bakar tersebut adalah dengan penambahan zat aditif, salah satunya adalah DEC (Diethyl Carbonate). Pada penelitian ini dilakukan perancangan pabrik dietil karbonat (DEC) dari gas karbon dioksida (CO2), etanol, dan etilen oksida dengan kapasitas produksi sebesar 220.000 ton per tahun. Selain DEC, pabrik tersebut juga memiliki by-product yang mempunyai nilai jual yaitu etilen glikol dengan kapasitas 130.000 ton per tahun, etilen karbonat dengan kapasitas 1.000.000 ton per tahun, dan cellosolve dengan kapasitas 13.000 ton per tahun. Perancangan pabrik ini dimaksudkan untuk memenuhi 50% kebutuhan zat aditif gasolin yang diperkirakan akan meningkat sebesar 423.496 ton pada tahun 2023, dengan catatan penambahan zat aditif (DEC) pada gasolin mencapai performa optimum pada pencampuran sebesar 10% DEC. Direncanakan pabrik DEC ini akan didirikan di Kabupaten Bontang, Kalimantan Timur, dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan baku CO2 yang didapat dari gas buang pabrik PT. Badak NGL dan etanol yang dibeli dari PT. Celanese yang terletak dekat dengan pabrik DEC yang akan didirikan. Dalam proses pembuatan DEC tersebut, terdapat empat unit proses utama: Pre-Treatment, Sintesis, Separasi, dan Pemurnian Produk. Dari perhitungan analisa ekonomi, didapatkan IRR sebesar 35 % per tahun, POT selama 4,75 tahun, dan BEP sebesar 32%. Dengan investasi berasal dari modal sendiri sebesar 20% dan pinjaman sebesar 80% dengan total investasi senilai Rp 1.161.779.753.500. Secara keseluruhan dari segi teknis dan ekonomis, pabrik DEC dari CO2, etanol, dan etilen oksida layak untuk didirikan.
Desain Pabrik Ethylene dari Sales Gas di Sumatera Selatan dengan Proses OCM Anik Andayani; Maudina Alfira Adzany; Annas Wiguno; Kuswandi Kuswandi
Jurnal Teknik ITS Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v10i2.68941

Abstract

Ethylene (ethene), H2C––CH2, adalah bahan penyusun terbesar petrokimia. Ethylene disebut pula hidrokarbon tak jenuh atau olefin digunakan untuk menghasilkan banyak produk akhir seperti plastik, resin, serat, dll. Berdasarkan rencana induk pembangunan industri nasional, Ethylene sendiri termasuk dalam 10 industri prioritas dalam penggerak utama pembangunan ekonomi nasional. Menurut laporan tahunan PT. Chandra Asri (2019), 50% kebutuhan olefin di Indonesia berasal dari Chandra Asri, 23% Pertamina dan 27% masih impor. Pabrik Ethylene ini dibangun guna memenuhi kebutuhan dalam negeri dan rencananya akan didirikan di Kawasan Ekonomi Terpadu (KEK) Sumatera Selatan dengan kapasitas produksi sebesar 330 KTA. Metode yang digunakan dalam pembuatan Ethylene pada pabrik ini yaitu Oxidative Coupling Methane dengan bahan baku sales gas. Proses ini dibagi menjadi beberapa tahap yaitu tahap reaksi, tahap separasi dan tahap purifikasi. Pabrik Etilena ini akan berlangsung secara kontinu 24 jam selama 330 hari per tahun. Berdasarkan perhitungan analisa ekonomi, diperoleh biaya investasi total (CAPEX) USD 138.614.588 dan total biaya produksi (OPEX) sebesar USD 227.872.433; laju pengembalian modal atau Internal Rate of Return (IRR) sebesar 69%; laju inflasi sebesar 3% per tahun; waktu pengembalian modal atau Pay Out Time (POT) sebesar 2,9 tahun; dan titik impas atau Break Even Point (BEP) sebesar 13%. Sehingga, berdasarkan analisa BEP, POT, dan IRR, pabrik etilena ini layak untuk didirikan.
Isobaric Vapor-Liquid Equilibria for Binary System of Ethanol (1) + Eugenol (2) at 400 and 760 mmHg Irwan Hidayatullah; Annas Wiguno; Kuswandi Kuswandi
IPTEK The Journal of Engineering Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23378557.v5i2.a5237

Abstract

Eugenol is the main component of clove oil, while the main impuritis of it is β-caryophyllene. Eugenol with a purity higher than 98% has a higher price than low purity eugenol. Thus, further eugenol purification process is needed. Common purification processes are extraction and distillation. In the design and simulation of the distillation process it requires a knowledge of Vapor-Liquid Equilibrium (VLE) data from a mixture of components to be separated (eugenol and ethanol) as the result of extraction process. In this work, the experimental VLE data were measured for binary mixtures of ethanol(1) + eugenol(2) at 400 and 760 mmHg. The apparatus used for this experiment is an othmer still equipped with a vacuum pump and a manometer. The experiments were performed to obtain equilibrium data (T), component concentrations in liquid phase (x), and in vapor phase (y). The binary VLE data were correlated with the Wilson, NRTL and UNIQUAC models to obtain the binary parameters. The reliability of these models were tested by comparing with experimental results using Root Mean Square Deviation (RMSD). For the system and the operation condition studied, the Wilson, NRTL and UNIQUAC models suited well and give satisfactory results based on the RMSD values.
Isothermal Vapor-Liquid Equilibrium of Methanol + Glycerol and 1-Propanol + Glycerol Annas Wiguno; Asalil Mustain; Wahyu Fazar Eka Irwansyah; Gede Wibawa
Indonesian Journal of Chemistry Vol 16, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.677 KB) | DOI: 10.22146/ijc.21186

Abstract

Isothermal vapor-liquid equilibrium (VLE) data for two binary mixtures of methanol + glycerol and 1-propanol + glycerol were determined at the temperature range from (313.15 to 363.15) K using a simple quasi-static ebulliometer. All systems showed that the vapor pressures increased with increasing alcohols (methanol or 1-propanol) concentrations at corresponding system. The Wilson, Non-Random Two-Liquid (NRTL) and Universal Quasi-Chemical (UNIQUAC) activity coefficient models were used to correlate the experimental data. Both systems showed slightly deviations from the ideal liquid phase behavior.
The Addition of N-Butanol in Ethanol-Isooctane Mixture to Reduce Vapor Pressure of Oxygenated-Gasoline Blend Rendra Panca Anugraha; Zul Akbar Andi Picunang; Annas Wiguno; Rizky Tetrisyanda; Kuswandi Kuswandi; Gede Wibawa
Indonesian Journal of Chemistry Vol 17, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (505.552 KB) | DOI: 10.22146/ijc.26613

Abstract

In this work, vapor pressure of binary systems for isooctane + ethanol, isooctane + n-butanol and ethanol + n-butanol and ternary system for isooctane + ethanol + n-butanol were measured in the temperature range from 313.15 to 318.15 K using the inclined ebulliometer. The experimental results showed that the existence of n-butanol in isooctane decreases the vapor pressure of mixture, while increasing n-butanol fraction in ternary isooctane-ethanol-n-butanol mixture decreased vapor pressure of mixture. Experimental data for binary systems studied were correlated with Wilson, NRTL and UNIQUAC models with average relative deviation (ARD) of 3.5%. The optimized binary parameter pairs obtained in this work were used to estimate the ternary system. The Wilson model gave the best performance for estimation of ternary system with ARD of 5.4%. All systems studied showed non-ideal solution with positive deviation from Raoult’s law.
Residue Oil Desulfurization Using Oxidation and Extraction Method Rizky Tetrisyanda; Annas Wiguno; Rizqy Romadhona Ginting; M. Chadiq Dzikrillah; Gede Wibawa
Indonesian Journal of Chemistry Vol 18, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.863 KB) | DOI: 10.22146/ijc.26722

Abstract

This study successfully improved the performance of oxidative desulfurization method to reduce sulfur content from residue oil (condensate) with modifications of oxidation and extraction steps which was repeated for several stages. Residue oil used in this study contain 386.2 ppm of initial sulfur content. In oxidation process, H2O2 as oxidizer and acid as catalyst were used within temperature range of 30–60 °C and time interval from 30 to 120 min. In extraction process, various alcohol solvents (methanol, ethanol, and propanol) were used with the temperature of 30 °C in 30 min for every residue oil ratio to solvent (v/v). The best reducing sulfur result achieved was 35.9 ppm or 90.7% desulfurization. This result was achieved after 4 recursively extractions using ethanol as solvent. This study successfully reduced sulfur content in residue oil to meet the international standard (< 50 ppm).
Pra Desain Pabrik Metanol dari Gas Alam Pratama Tegar Parderio; Angga Dwi Dharmawan; Gede Wibawa; Annas Wiguno
Jurnal Teknik ITS Vol 11, No 3 (2022)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j23373539.v11i3.98722

Abstract

Metanol merupakan suatu senyawa yang saat ini memiliki peran penting pada ekonomi global sebagai bahan baku yang banyak dibutuhkan di industri kimia. Pada tahun 2020, permintaan metanol global mencatatkan pertumbuhan yang positif yaitu mencapai 102,162 juta. Adapun di Indonesia, melalui Peraturan Menteri ESDM No. 12 tahun 2015 yang menetapkan intensifikasi pemanfaatan Bahan Bakar Nabati sebagai bahan bakar lain juga turut membuka peluang besar untuk industri metanol dalam pemenuhan bahan bakunya. Pabrik ini direncanakan beroperasi dengan kapasitas produksi sebesar 850.000 ton/tahun Methanol Grade AA dan berlokasi di Teluk Bintuni, Papua Barat, yang didukung dengan program pemerintah yaitu pembangunan kawasan industri di Teluk Bintuni. Pabrik metanol direncanakan didirikan di atas lahan seluas 50 ha, mulai beroperasi pada tahun 2026 dengan masa konstruksi selama 2 tahun dan beroperasi selama 15 tahun. Adapun proses produksi metanol ini terbagi menjadi tiga tahapan utama yaitu proses produksi syngas dengan combined reforming SMR-ATR, proses sintesis metanol dengan licensor dari Mitsubishi, dan proses pemurnian produk metanol dengan sistem distilasi 2 tahap. Bahan baku utama yang digunakan dalam produksi metanol ini antara lain gas alam, steam, dan oksigen. Modal yang digunakan diasumsikan berasal dari modal sendiri sebesar 20% dan modal dari pinjaman bank sebesar 80%. Pabrik metanol ini memerlukan nilai (Capital Expenditures) sebesar Rp 5.965.780.276.477 dan nilai OPEX (Operating Expenditures) sebesar Rp 4.663.728.797.936. Berdasarkan analisis ekonomi yang dilakukan, diperoleh BEP sebesar 38,26%, nilai NPV sebesar Rp 5.460.221.976.667. Selain itu, diperoleh nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 15,2% dengan bunga bank sebesar 4,75%, dan Pay Out Time (POT) yang dibutuhkan adalah selama 5 tahun 5 bulan. Sehingga berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa Pabrik Metanol dari Gas Alam layak untuk didirikan.
Pendampingan Pembuatan Pupuk Cair Berbasis Organik dan Aplikasinya Terhadap Tanaman Uji secara Hidroponik Raden Darmawan; Sri Rachmania Juliastuti; Nuniek Hendrianie; Lailatul Qadariyah; Annas Wiguno; Ayu Paramita Firdaus; Imro’atus Nur Mufidah Dimyati Putri; Ina Nurfia; Renita Nurul Fitria; Ridha Agustina Kholifatun Nisa; Achmad Fajrul Akbar
Sewagati Vol 6 No 2 (2022)
Publisher : Pusat Publikasi ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2295.139 KB) | DOI: 10.12962/j26139960.v6i2.24

Abstract

Limbah merupakan sisa hasil dari sebuah proses atau usaha yang tidak dapat digunakan kembali serta memberikan efek negative terhadap lingkungan. Dalam keseharian, UMKM Jenang Murni di Ponorogo, menghasilkan limbah air kelapa sebanyak 30–40 liter dan limbah cair tersebut hanya hanya dibuang ke lingkungan. Hal ini, tentu akan menyebabkan permasalahan lingkungan. Di sisi lain, kebutuhan dan harga pupuk yang semakin meningkat dan mahal, dan sebagai upaya untuk mencegah kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk anorganik. Tuntutan untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan merespon kebutuhan serta mahalnya harga pupuk, melatarbelakangi pengabdian tentang pemanfaatan limbah menjadi lebih bermanfaat dan bernilai ekonomis. Permasalahan tersebut, dapat diatasi dengan mengolah limbah air kelapa menjadi pupuk organik cair. Metode yang digunakan adalah dengan melakukan pendampingan eksperimen pembuatan pupuk cair, dimana limbah air kelapa diolah mejadi pupuk organik yang kemudian diaplikasikan ke tanaman uji secara hidroponik. Kegiatan yang dilakukan bertujuan untuk memberikan pemahaman serta mengedukasi kepada UMKM yang berada di Ponorogo serta Pondok Pesantren Al Ahsan melalui pendampingan langsung dan kegiatan webinar secara khusus sehingga bisa meningkatkan pemahaman dalam produktifitas pupuk limbah organik dari limbah air kelapa yang diharapkan mampu meningkatkan perekonomian.