Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

PERGESERAN NILAI PADA TRADISI PESTA SYUKUR LAUT DI PANTAI PAMAYANGSARI CIPATUJAH TASIKMALAYA Nurma Latifah; Deni Hermawan; Neneng Yanti Khozanatu Lahpan
Jurnal Budaya Etnika Vol 4, No 1 (2020): Fungsi, Gender, dan Pergeseran Nilai-nilai dalam Tradisi
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v4i1.1562

Abstract

ABSTRAK Tradisi Pesta Syukur Laut merupakan kegiatan kebudayaan dalam masyarakat Pantai Pamayangsari Cipatujah. Kegiatan ini mengandung nilai-nilai, salah satunya nilai tradisi. Namun, seiring berjalannya waktu nilai tersebut tergeser oleh beberapa faktor di antaranya, perubahan sosial dalam masyarakat sehingga hal itu berpengaruh kepada perubahan bentuk ritual dan juga pandangan masyarakat. Adapun yang menjadi latar belakang penulisan ini adalah untuk mengkaji faktor penyebab terjadinya pergeseran nilai pada tradisi Pesta Syukur Laut di Pantai Pamayangsari Cipatujah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomonologi yang mengacu pada hasil riset ke lapangan secara langsung. Teknik analisis data yang digunakan meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori perubahan sosial dan teori simbol. Hasil penelitian menunjukan bahwa Beberapa prosesi dalam kegiatan Pesta Syukur Laut seperti Larung Jempana dan Ruwatan Laut sengaja dihilangkan dan tidak dilakukan kembali karena dipandang tidak sesuai dengan syariat agama Islam. Pergeseran nilai yang terjadi pada Pesta Syukur Laut disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya masuknya nilai- nilai agama Islam yang berpengaruh kepada kepercayaan masyarakat yang semakin memudar mengenai adanya mitos Nyi Roro Kidul yang selama ini menjadi objek utama digelarnya ritual. Perubahan tersebut menyebabkan kegiatan yang semula digelar dengan sakral kini menjadi kegiatan yang dijadikan hiburan semata.Kata Kunci: Pesta Syukur Laut, Pamayangsari, Pergeseran Nilai, Cipatujah ABSTRACT Pesta Syukur Laut Tradition is a public cultural of Pamayangsari’s Beach community. This event containing values and meaning. But, as time goes by these values are displaced by some factor like, social change. So, that thing causing ritual modification and public view. The background of this essay is to study te reason of shifting values in Pesta Syukur Laut in Pamayangsari’s beach Cipatujah Tasikmlaya. This research using qualitative researching method by phenomenologic approaching which referring to result of field research. The analyzing data technique we used like gathering data, reduction data, presentation data, and conclusion drawing. The theories we used in this research are sosial transformation and symbol theory. The research result is showing that some procession in Pesta Syukur Laut like Larung Jempana and Ruwatan Laut are removed and no longer done because those are against Islamic shari’a. The shifting values happened ini Pesta Syukur Laut are caused by the inclusion of Islamic values which causing effect in public believe which getting fading in Nyi Roro Kidul’s myth which previously become ritual’s object. Those changing make the event is become entertaining instead of sacred event.Keywords: Pesta Syukur Laut, Pamayangsari, Values Shifting, Cipatujah
GENDER DALAM KOMUNITAS SUKU DAYAK HINDU BUDHA BUMI SEGANDU INDRAMAYU Hanny Cahyaningrum; Deni Hermawan; Dede Suryamah
Jurnal Budaya Etnika Vol 4, No 1 (2020): Fungsi, Gender, dan Pergeseran Nilai-nilai dalam Tradisi
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v4i1.1563

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan gender dalam komunitas Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. Masyarakat komunitas tersebut begitu menjunjung tinggi kaum perempuan, sehingga peran perempuan yang pada umumnya mempunyai peran domestik dalam rumah tangga. Seperti memasak, menjaga kerapihan dan kebersihan rumah tangga dilakukan oleh kaum laki-laki (suami). Hal ini berkaitan dengan ajaran yang mereka anut, yaitu Alam ngaji rasa. Dimana inti dari ajarannya bahwa hidup harus mendekat dengan alam. Alam adalah Rahim dari bumi yang telah memberikan kehidupan bagi semua makhluk yang tinggal di bumi dan perempuan adalah mahluk yang memiliki organ Rahim, yang mampu melahirkan keturunan, memperikan sumber hidup manusia pertama kali. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kajian gender teori nature dan nurture dengan metode kualitatif.Kata kunci: Gender, Komunitas, Alam Ngaji Rasa. ABSTRACT The purpose of this research is to explain gender in the Suku Dayak Hindu Budha Bumi Segandu Indramayu. The community is so upholding women, so the role of women who generally have a domestic role in the hosehold. Like cooking, maintaining neatness and household hygiene is done by men (husband). This is related to the teaching they profess, namely the Alam ngaji rasa. Where is the core of this teaching that life must be close to nature. Nature is the womb of the earth that has given life to all living things on earth and women are creatures that have the organs of rahim, capeble of giving birth tooffspring, the first source of human life. In this study the authors use the study of gender theory of nature and the nurture with qualitative methods. Keywords: Gender, Community, Alam ngaji rasa.