Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Angklung Sunda Sebagai Wahana Industri Kreatif dan Pembentukan Karakter Bangsa Hermawan, Deni
PANGGUNG Vol 23, No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v23i2.95

Abstract

ABSTRACT The terminology of Angklung has two different meanings: as an instrument and as a form of per- forming arts. As an instrument, Angklung is an instrument made of bamboo and played by shaking it. As a form of performing art, Angklung is a form of performing art which uses instruments called Angklung. Either as an instrument or as a form of performing arts, Angklung is rich of values, such as the values of economic, social, cultural, education, ethics, morality, etc., which are closely related to cretive industries and nation character building. The purpose of this article is to examine the pos- sibility for Angklung to be used as medium for creative industries and nation character education. Key words: Angklung, creative industry, nation character building  ABSTRAK Istilah Angklung memiliki dua pengertian yang berbeda: sebagai alat musik dan sebagai bentuk seni pertunjukan. Sebagai alat musik, Angklung ialah sebuah alat musik yang ter- buat dari bambu dan dimainkan dengan cara digoyangkan. Sebagai bentuk seni pertunjuk- an, Angklung ialah sebuah bentuk seni pertunjukan yang menggunakan alat musik yang disebut Angklung. Baik sebagai alat musik maupun sebagai bentuk seni pertunjukan, Ang- klung kaya akan nilai, seperti nilai ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, etika, moral, dan lain-lain, yang sangat berkaitan dengan industri kreatif dan pembentukan karakter bangsa. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan Angklung sebagai media untuk industri kreatif dan pembentukan karakter bangsa.  Kata kunci: Angklung, industri kreatif, pembentukan karakter bangsa  
Improving The Function of The Prabu Geusan Ulun Museum in Sumedang Regency as A Tourist Attraction for Historical and Cultural Education Hermawan, Deni; Sofian, Maylan; Kuswara, Kuswara
PANGGUNG Vol 27, No 4 (2017): Comparison and Development in Visual Arts, Performing Arts, and Education in C
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v27i4.288

Abstract

The museum of Prabu Geusan Ulun Sumedang has been in existence since 1950. How- ever, its existence has not been recognized widely among members of society, including among Sumedang community. To solve the problem, it is important to do some e?orts for improving the a#raction of the museum by increasing its functions, not only as a place of storing ancient objects, but also as a tourist destination for history and cultural educations. To obtain this goal, a qualitative research has been conducted, in which its collecting data was undertaken directly in the ?eld by observations, interviews, and documentation with a digital camera. From the research, it can be concluded that improving the functions of the Prabu Geusan Ulun museum as a tourist atraction is need to be done by developing the supporting system of the museum. These include providing several media such as booklets and website, making labels for the museum objects, and developing museum activities. All of these activities lead to the ability of the museum as a tourist destination of history and culture educations. Keywords: Prabu Geusan Ulun museum, educational tourism, history, and culture  
Fenomena Gender dalam Dongkari Lagu-Lagu Tembang Sunda Cianjuran Hermawan, Deni
PANGGUNG Vol 24, No 1 (2014): Fenomena dan Estetika Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/panggung.v24i1.102

Abstract

ABSTRACTThis article,“Gender Fenomena in Dongkari of Tembang sunda cianjuran Songs,” is a small part of my dissertation entitled “Gender dalam Tembang sunda cianjuran,” which is then elaborated in accordance with the theme of this article. This article is intended to study gender fenomena in one of a number of aspects of Tembang sunda cianjuran, dongkari. How far gender ideology in social life a?ects the performance of Tembang sunda cianjuran, especially in using dongkari in Tembang sunda cianjuran songs, and vise versa.From this study, it is obtained a conclusion asserting that gender fenomena can be found in dongkari. This are shown by the existence of masculine and feminine or- nament/dongkari which are each usually used by men and women singers in singing the Tembang sunda cianjuran songs. However, this can not be free from cross-gender fenomena which always par- ticipate in it so that in certain cases, masculine ornamnet/dongkari can be used by women singers, and vise versa. The relationship between gender fenomena found in ornament/dongkari and its using by men and women singers in performance of Tembang sunda cianjuran shows mutual relationship and influence between both the gender ideology which is embedded in the Sundanese life and the perfomance of music—Tembang sunda cianjuran.Keywords: gender, Tembang sunda cianjuran, ornamen/dongkariABSTRAKTulisan ini, “Fenomena Gender dalam Dongkari Lagu-lagu Tembang Sunda Cainjuran,” merupakan bagian kecil dari disertasi penulis berjudul “Gender dalam Tembang Sunda Cianjuran,” yang kemudian diolah kembali sesuai dengan tema tulisan ini. Tulisan ini ber- maksud untuk mengkaji fenomena gender dalam salah satu unsur tembang sunda cianjuran tersebut, yaitu dongkari. Sejauh mana ideologi gender dalam kehidupan masyarakat ber- pengaruh terhadap pertunjukan tembang sunda cianjuran, khususnya dalam menggunakan dongkari lagu-lagu tembang sunda cianjuran; dan sebaliknya. Dari kajian tersebut diperoleh kesimpulan yang menyatakan bahwa fenomena gender dapat ditemukan dalam ornamen/ dongkari. Hal ini ditunjukkan oleh adanya ornamen/dongkari yang bersifat maskulin dan feminin yang masing-masing biasa digunakan oleh penembang pria dan wanita dalam menembangkan lagu-lagu tembang sunda cianjuran. Kendatipun demikian, hal tersebut tidak terlepas dari fenomena cross-gender yang senantiasa hadir menyertainya sehingga dalam kasus-kasus tertentu, ornamen/dongkari yang bersifat maskulin bisa pula digunakan oleh penembang wanita; dan demikian pula sebaliknya. Keterkaitan antara fenomena gen- der yang ditemukan dalam ornamen/dongkari dan penggunaannya oleh penembang pria dan wanita dalam praktik pertunjukan tembang sunda cianjuran menunjukkan adanya sa- ling keterkaitan dan saling memengaruhi antara ideologi gender yang melekat dalam ke- hidupan masyarakat Sunda dan pertunjukan musik—tembang sunda cianjuran.Kata kunci: gender, tembang sunda cianjuran, ornamen/dongkari
PEMIKIRAN WAHID HASYIM TENTANG PENDIDIKAN ISLAM DAN RELEVANSINYA DENGAN DUNIA MODERN Septialana, Chairul Wahid; Hermawan, Deni
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 14 No 1 (2020): Januari-Juni
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33592/islamika.v14i1.639

Abstract

Penelitian ini bertujuan agar pembaca dapat mengetahui, memahami, dan terlebih dapat mengimplementasikan pemikiran dari Wahid Hasyim tentang pendidikan Islam dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Wahid Hasyim sebagai tokoh revolusi pengajaran dalam pesantren tetapi tidak melupakan cara kuno dan menambahkan mata pelajaran yang bersifat umum agar para santrinya tidak ketinggalan zaman dan bisa bersaing dengan dunia luar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis kepustakaan. Sehingga sumber data berasal dari buku, jurnal, dan artikel dan referensi lainnya seperti kajian kepada seorang dosen yang mahir di bidangnya. Data-data penelitian dikumpulkan dengan teknik dokumentasi dan dianalisis kemudian ditarik kesimpulan. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa pemikiran Wahid Hasyim tentang pendidikan Islam di zaman modern ini masih tetap bisa terpakai dalam segala usia berapapun
PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN DIGITAL DALAM MENINGKATKAN DAYA BACA INTELEKTUAL MAHASISWA Irawan, Irawan; Hermawan, Deni; Nasrudin, Nasrudin
Islamika : Jurnal Agama, Pendidikan dan Sosial Budaya Vol 14 No 2 (2020): Juli-Desember
Publisher : Universitas Islam Syekh Yusuf

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33592/islamika.v14i2.1084

Abstract

Berdasarkan dari hasil penelitian yang peneliti lakukan di Fakultas Agama Islam Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang maka terdapat pengaruh yang kuat antara Pemanfaatan Perpustakaan Digital terhadap daya baca intelektual mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi yaitu rxy = 0,84 merupakan korelasi yang besarnya berkisar antara 0,80 – 1,000. Antara variabel Pemanfaatan Perpustakaan Digital dan variabel daya baca intelektual mahasiswa terdapat korelasi yang kuat dan diperkuat dengan didapatnya hasil tingkat signifikan yang dilakukan pengujian hipotesis yang menggunakan ( uji t) antara Pemanfaatan Perpustakaan Digital dengan daya baca intelektual mahasiswa, yaitu dengan membandingkan hasil perhitungan thitung dengan ttable  distribusi nilai pada taraf signifikan 5%. Hasil yang didapat dari thitung adalah 10,04 dan dari ttable adalah 1,682. Jadi dapat diketahui nilai thitung lebih besar dari pada ttable (10,04 > 1,682). Dengan demikian Ha yang menyatakan bahwa Pemanfaatan Perpustakaan Digital memiliki pengaruh terhadap daya baca intelektual mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam diterima dan hipotesis Ho ditolak. Demikian juga dengan perhitungan koefisien determinasi dengan kontribusi sebesar 71% daya baca intelektual mahasiswa terpengaruh karena adanya Pemanfaatan Perpustakaan Digital dan 29% daya baca intelektual mahasiswa dipengaruhi oleh faktor lainnya yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
STUDI ANALITIK KEKAKUAN ELASTIS PADA METALLIC STEEL DAMPER BERBENTUK X DENGAN SISI LENGKUNG Deni Hermawan
Jurnal Teknik Sipil USU Vol 3, No 3 (2014): Volume 3 No. 3 Jurnal Teknik Sipil USU Volume 3 Nomor 3 Tahun 2014
Publisher : Jurnal Teknik Sipil USU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (720.358 KB)

Abstract

ABSTRACT Amount of energy subjected to the structure during the earthquake damages the building. Since the last 20 years, a new protection system has been developed to increase safety and reduce the damage in the structure when earthquake occured, it known as seismic device, equipped by active and passive control system. The most practical and suitable method in reducing seismic response in the structure is by using a passive control system. Passive control system based on the procedure of installation consist of viscous damper, viscoelastic damper, friction damper and yielding damper. Yielding Metallic Device is usually known as Metallic Steel Damper. The shape of this device which is often used was damper with X-shaped (ADAS) or V-Shaped (TADAS). Metallic Yielding Damper can be classified into 2 types in restraining shear force from earthquake, those are bending towards strong axis and weak axis. If the installation is towards strong axis, damper will reduce energy of the earthquake through bending mechanism and inelastic shearing. Analytical structure calculation in strong axis for approximately elastic stiffness which will be used without doing an experiment in the laboratory. To determine the elastic stiffness, deflection at damper will be defined by using strain energy method. Both deflection contributed by bending and shear deformation were considered in the analysis. The result of the deflection by using analytical of strain energy method will be compared with experimental results in the laboratory.   Keywords : metallic yielding damper, energy method, Stiffness, deflection
Angklung Sunda Sebagai Wahana Industri Kreatif dan Pembentukan Karakter Bangsa Deni Hermawan
PANGGUNG Vol 23, No 2 (2013): Eksplorasi Gagasan, Identitas, dam Keberdayaan Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.134 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v23i2.95

Abstract

ABSTRACT The terminology of Angklung has two different meanings: as an instrument and as a form of per- forming arts. As an instrument, Angklung is an instrument made of bamboo and played by shaking it. As a form of performing art, Angklung is a form of performing art which uses instruments called Angklung. Either as an instrument or as a form of performing arts, Angklung is rich of values, such as the values of economic, social, cultural, education, ethics, morality, etc., which are closely related to cretive industries and nation character building. The purpose of this article is to examine the pos- sibility for Angklung to be used as medium for creative industries and nation character education. Key words: Angklung, creative industry, nation character building  ABSTRAK Istilah Angklung memiliki dua pengertian yang berbeda: sebagai alat musik dan sebagai bentuk seni pertunjukan. Sebagai alat musik, Angklung ialah sebuah alat musik yang ter- buat dari bambu dan dimainkan dengan cara digoyangkan. Sebagai bentuk seni pertunjuk- an, Angklung ialah sebuah bentuk seni pertunjukan yang menggunakan alat musik yang disebut Angklung. Baik sebagai alat musik maupun sebagai bentuk seni pertunjukan, Ang- klung kaya akan nilai, seperti nilai ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, etika, moral, dan lain-lain, yang sangat berkaitan dengan industri kreatif dan pembentukan karakter bangsa. Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui kemungkinan pemanfaatan Angklung sebagai media untuk industri kreatif dan pembentukan karakter bangsa.  Kata kunci: Angklung, industri kreatif, pembentukan karakter bangsa  
Improving The Function of The Prabu Geusan Ulun Museum in Sumedang Regency as A Tourist Attraction for Historical and Cultural Education Deni Hermawan; Maylan Sofian; Kuswara Kuswara
PANGGUNG Vol 27, No 4 (2017): Comparison and Development in Visual Arts, Performing Arts, and Education in Co
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.263 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v27i4.288

Abstract

The museum of Prabu Geusan Ulun Sumedang has been in existence since 1950. How- ever, its existence has not been recognized widely among members of society, including among Sumedang community. To solve the problem, it is important to do some e?orts for improving the a#raction of the museum by increasing its functions, not only as a place of storing ancient objects, but also as a tourist destination for history and cultural educations. To obtain this goal, a qualitative research has been conducted, in which its collecting data was undertaken directly in the ?eld by observations, interviews, and documentation with a digital camera. From the research, it can be concluded that improving the functions of the Prabu Geusan Ulun museum as a tourist atraction is need to be done by developing the supporting system of the museum. These include providing several media such as booklets and website, making labels for the museum objects, and developing museum activities. All of these activities lead to the ability of the museum as a tourist destination of history and culture educations. Keywords: Prabu Geusan Ulun museum, educational tourism, history, and culture  
Fenomena Gender dalam Dongkari Lagu-Lagu Tembang Sunda Cianjuran Deni Hermawan
PANGGUNG Vol 24, No 1 (2014): Fenomena dan Estetika Seni
Publisher : LP2M ISBI Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (682.132 KB) | DOI: 10.26742/panggung.v24i1.102

Abstract

ABSTRACTThis article,“Gender Fenomena in Dongkari of Tembang sunda cianjuran Songs,” is a small part of my dissertation entitled “Gender dalam Tembang sunda cianjuran,” which is then elaborated in accordance with the theme of this article. This article is intended to study gender fenomena in one of a number of aspects of Tembang sunda cianjuran, dongkari. How far gender ideology in social life a?ects the performance of Tembang sunda cianjuran, especially in using dongkari in Tembang sunda cianjuran songs, and vise versa.From this study, it is obtained a conclusion asserting that gender fenomena can be found in dongkari. This are shown by the existence of masculine and feminine or- nament/dongkari which are each usually used by men and women singers in singing the Tembang sunda cianjuran songs. However, this can not be free from cross-gender fenomena which always par- ticipate in it so that in certain cases, masculine ornamnet/dongkari can be used by women singers, and vise versa. The relationship between gender fenomena found in ornament/dongkari and its using by men and women singers in performance of Tembang sunda cianjuran shows mutual relationship and influence between both the gender ideology which is embedded in the Sundanese life and the perfomance of music—Tembang sunda cianjuran.Keywords: gender, Tembang sunda cianjuran, ornamen/dongkariABSTRAKTulisan ini, “Fenomena Gender dalam Dongkari Lagu-lagu Tembang Sunda Cainjuran,” merupakan bagian kecil dari disertasi penulis berjudul “Gender dalam Tembang Sunda Cianjuran,” yang kemudian diolah kembali sesuai dengan tema tulisan ini. Tulisan ini ber- maksud untuk mengkaji fenomena gender dalam salah satu unsur tembang sunda cianjuran tersebut, yaitu dongkari. Sejauh mana ideologi gender dalam kehidupan masyarakat ber- pengaruh terhadap pertunjukan tembang sunda cianjuran, khususnya dalam menggunakan dongkari lagu-lagu tembang sunda cianjuran; dan sebaliknya. Dari kajian tersebut diperoleh kesimpulan yang menyatakan bahwa fenomena gender dapat ditemukan dalam ornamen/ dongkari. Hal ini ditunjukkan oleh adanya ornamen/dongkari yang bersifat maskulin dan feminin yang masing-masing biasa digunakan oleh penembang pria dan wanita dalam menembangkan lagu-lagu tembang sunda cianjuran. Kendatipun demikian, hal tersebut tidak terlepas dari fenomena cross-gender yang senantiasa hadir menyertainya sehingga dalam kasus-kasus tertentu, ornamen/dongkari yang bersifat maskulin bisa pula digunakan oleh penembang wanita; dan demikian pula sebaliknya. Keterkaitan antara fenomena gen- der yang ditemukan dalam ornamen/dongkari dan penggunaannya oleh penembang pria dan wanita dalam praktik pertunjukan tembang sunda cianjuran menunjukkan adanya sa- ling keterkaitan dan saling memengaruhi antara ideologi gender yang melekat dalam ke- hidupan masyarakat Sunda dan pertunjukan musik—tembang sunda cianjuran.Kata kunci: gender, tembang sunda cianjuran, ornamen/dongkari
TRADISI MAPAG MENAK DI KAMPUNG NAGRAK KECAMATAN PACET KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT Neng Sheila Nuary Saputri; Deni Hermawan; Sriati Dwiatmini
Jurnal Budaya Etnika Vol 4, No 1 (2020): Fungsi, Gender, dan Pergeseran Nilai-nilai dalam Tradisi
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/be.v4i1.1561

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini berjudul “Tradisi Mapag Menak di Kampung Nagrak Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung Jawa Barat”. Dalam penelitian ini penulis melibatkan beberapa narasumber seperti ketua padepokan Saunglangit Pancanitis, masyarakat setempat, kepala bagian kebudayaan kabupaten Bandung. Tradisi masih menjadi salah satu warisan turun temurun yang masih bertahan dan berkembang hingga saat ini. Salah satu tradisi yang masih bertahan yaitu tradisi Mapag Menak adalah tradisi penyambutan tamu. Tradisi Mapag Menak menjadi salah satu warisan non benda yang hingga kini masih bertahan. Tujuan dari hasil penelitian yaitu, membahas stuktur pelaksanaan tradisi Mapag Menak Dengan menggunakan teori Fenomenologi dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Adapun temuan yang ditemukan oleh penulis bahwa stuktur pelaksanaan tradisi mapag menak terdiri dari 3 tahap, yaitu prapelaksanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan. Hasil penelitian ini diajukan saran kepada para peneliti selanjutnya untuk tetap melestarikan tradisi mapag menak hingga keunikannya menjadi informasi tentang lokal genius nenek moyang pada masa lalu untuk dipahami nilai esensialnya.Kata kunci: Tradisi, Fenomenologi, Tradisi Mapag Menak ABSTRACTThis study is titled "The tradition of Mapag Menak in Kampung Panca, Pacet Subdistrict, Bandung West Java Regency (A Phenomenology Study)". In this study the authors involved several speakers such as the head of the Saunglangit Pancanitis padepokan, the local community, the head of the Bandung district's culture section. Tradition is still one of the hereditary legacies that still survive and develop to this day. One of the traditions that still survive is the Mapag Menak tradition is the tradition of welcoming in Pacet Village. The Mapag Menak tradition has been one of the non-inherited legacies which still survives. The purpose of this research is to discuss the implementation structure of the Mapag Menak tradition by using the phenomenology theory by using qualitative research methods. The findings found by the author that the structure of the implementation of the traditional mapag tradition consists of 3 stages, namely the implementation, implementation, and post-implementation. The results of this study are suggested by the next researchers to continue to preserve the traditional mapag tradition until its uniqueness becomes information about the local genius of the ancestors in the past to understand its essential value. Keywords: Tradition, Phenomenology, Menag Mapak Tradition