Hery Suhartoyo
Faculty Of Agriculture, University Of Bengkulu, Kandang Limun, Bengkulu

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Accuracy of The Level of Critical Water Catchment Area for Flood Mitigation Around Bengkulu City, Indonesia Bambang Sulistyo; Hery Suhartoyo; Teguh Adiprasetyo; Kanang Setyo Hindarto; Noviyanti Listyaningrum
Indonesian Journal of Geography Vol 53, No 2 (2021): Indonesian Journal of Geography
Publisher : Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/ijg.62037

Abstract

Disaster mitigation activities require the availability of a potentially flooded area (PFA) map. One of the causes of flooding is the criticality of water catchment areas; the higher the criticality level, the higher the flooding potential. This study aims to determine the accuracy of the model for determining the PFA around Bengkulu City, which was derived from the Level of Critical Water Catchment Area (LCWCA) model developed by the Ministry of Forestry. After obtaining the LCWCA Map, another analysis was performed in order to obtain the PFA Map. Furthermore, the overlaying was carried out with the Existing Flood Map in such a way that the level of accuracy is known. The threshold values from Justice are used to justify the level of accuracy in three categories, namely Good (> 85%), Moderate (70 - 85%), and Poor (<70%). The results showed that in the eight sub-watersheds around the city of Bengkulu, there were two sub-watersheds with reasonable accuracy (> 85%), which means that there was > 85% overlap between areas on the Potentially Flooded Area Map as a result of the analysis of The LCWCA with the area on the Existing Flood Map. There are three sub-watersheds with Moderate accuracy (70 - 85%) and three sub-watersheds with Poor accuracy (<70%)
Litter Production and Decomposition Rate in the Reclaimed Mined Land under Albizia and Sesbania Stands and Their Effects on some Soil Chemical Properties Ali Munawar; . Indarmawan; Hery Suhartoyo
JOURNAL OF TROPICAL SOILS Vol 16, No 1: January 2011
Publisher : UNIVERSITY OF LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5400/jts.2011.v16i1.1-6

Abstract

Vegetation establishment is considered as a critical step of mined land rehabilitation. The growing plants do not only prevent soil erosion, but also play important roles in soil ecosystem development. Their litterfall is the main process of transferring organic matter and nutrients from aboveground tree biomass to soil. Thus, its quantification would aid in understanding biomass and nutrient dynamics of the ecosystem. This study was aimed to investigate the litter production and its decomposition rate in a reclaimed mined land using albizia and sesbania, and theireffects on some soil properties. The litter under each stand was biweekly collected for four months. At the same time litter samples were decomposed in mesh nylon bags in soils and the remaining litters were biweekly measured. Soil samples were taken from 0-15 cm depths from each stand for analyses of soil organic C, total N, and cation exchange capacity (CEC). The results demonstrated that total litter production under albizia (10.58 t ha-1 yr-1) was almost twice as much as that under sesbania stands (5.43 t ha-1 yr-1). Albizia litter was dominated by leaf litter (49.26%) and least as understory vegetation (23.31%), whereas sesbania litter was more evenly distributed among litter types. Decomposition rates of all litters were fastest in the initial stage and then gradually decreased. Sesbania leaf litters decomposed fastest, while albizia twigs slowest. Differences in the litter production and decomposition rates of the two species had not sufficiently caused significant effects on organic-C, total N, and CEC of the soilsafter one year of revegetation.Keywords: Albizia (Paraserianthes falcataria), decomposition rates, litter, mined land, Sesbania grandiflora
PERSEPSI PEKERJA TAMBANG BATUBARA PT. FIRMAN KETAUN Windi Mayasari; Hery Suhartoyo; Zainal Muktamar
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 8 No. 1 (2019)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.8.1.9157

Abstract

Perusahaan pertambangan batubara yang memiliki ijin beroperasi di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara adalah PT.  Firman Ketaun (FK) berada di Desa Tanjung Dalam Kecamatan Ulok Kupai,  Kabupaten Bengkulu Utara. Luas wilayah  PT.  Firman Ketaun (FK) adalah 1259,6 ha, dengan besarnya luas wilayah tersebut, maka PT. Firman Ketaun memiliki aktivitas penambangan yang besar. Aktivitas kegiatan penambangan yang besar  menjadi dasar berpengaruhnya terhadap kondisi sosial ekonomi para pekerja, baik itu secara positif maupun negatif. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka pokok permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: (a) Bagaimana persepsi pekerja terhadap kondisi sosial ekonomi pekerja tambang batubara PT. Firman Ketaun , (b) Bagaimana hubungan persepsi pekerja akibat keberadaan pertambangan batubara terhadap kondisi sosial ekonomi PT. Firman Ketaun. Tujuan dari penelitian ini  adalah: (a) Menentukan faktor yang mempengaruhi persepsi pekerja terhadap kondisi sosial ekonomi pekerja tambang batubara PT. Firman Ketaun, (b) Menentukan rata-rata penilaian persepsi pekerja terhadap kondisi sosial ekonomi pekerja tambang batubara PT. Firman Ketaun. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif. Sebagai alat pengumpul data primer, instrumen atau alat ukur yang digunnakan dalam penelitian ini sebagian besar adalah kuisioner dengan pertanyaan tertutup dan alternatif jawaban menggunakan 5 point Skala Likert. Hasil dari penelitian ini adalah faktor yang mempengaruhi persepsi pekerja terhadap kondisi sosial ekonomi pekerja tambang batubara PT. Firman Ketaun adalah: (a)  Bidang pekerjaan, (b) Status pekerja, (c) Lokasi  bekerja. Rata-rata penilaian persepsi pekerja terhadap kondisi ekonomi pekerja tambang batubara PT. Firman Ketaun sebesar 84%  dan rata-rata penilaian persepsi pekerja terhadap kondisi sosial pekerja tambang batubara PT. Firman Ketaun sebesar 76,47%.
Optimalisasi Lahan Pesisir Melalui Penanaman Sorgum Dengan Perlakuan Pupuk Kandang Dan Arang Bio Sri Mulyanti; Puji Harsono; Hery Suhartoyo
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 1 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.7.1.9269

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pertumbuhan sorgum pada lahan pesisir, membandingkan kombinasi pupuk kandang dan arang bio dalam budidaya Sorgum dan mengetahui pengaruh interaksi antara kombinasi pupuk kandang dan arang bio pada 3 (tiga) varietas sorgum yaitu Kawali, Keller dan Pahat.Berbagai langkah rekayasa agronomis perlu diambil dalam rangka optimalisasi lahan suboptimal diantaranya adalah dengan pemanfaatan pupuk organik dan arang bio dalam sistem budidaya sorgum.Upaya optimalisasi lahan pesisir dengan pupuk kandang dan arang bio pada sorgum bertujuan untuk mengkaji pemberian formulasi antara pupuk kandang dengan biocharcoal terhadap karakter lingkungan tanah dengan indikator tanaman sorgum. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap faktorial dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah 3 varietas sorgum; Kawali (V1), Keller (V2) dan Pahat(V3). Faktor kedua berupa aplikasi pupuk kandang sapi 10ton/ha + arang bio1 ton/ha (B2), pupuk kandang sapi 5 ton/ha + arang bio 0,5 ton/ha (B1) dan tanpa pupuk kandang + arang bio sebagai pembanding (B0). Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Keller menghasilkan BKT dan Berat 1000 biji yang berbeda nyata dengan varietas Kawali dan Pahat. Pemberian campuran pupuk kandang dan arang bio mampu meningkatkan kualitas tanah terbukti dengan meningkatnya tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tanaman,  bobot kering tanaman,jumlah ruas.Kata kunci; arang bio, optimalisasi lahan, sorgum
Studi Evaluasi Pascatambang Pt. Ratu Samban Mining Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu Arief Huzeini; Hery Suhartoyo; Agus Susatya
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 8 No. 2 (2019)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.8.2.9207

Abstract

PT. Ratu Samban Mining adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan Batubara dengan luas izin Operasi Produksi seluas 1.955.06 Ha, secara administratif terletak di desa Renah Kandis Kecamatan Pagar Jati, daerah Sekayun Kecamatan Bang Haji, Desa Air Kotok dan Desa Batu Beriang Kecamatan Pematang Tiga Kabupaten Bengkulu Tengah, Provinsi Bengkulu. Pada suatu saat industri pertambangan akan berakhir atau ditutup, baik dikarenakan sumber daya alam habis maupun hal-hal yang menyebabkan industri pertambangan tersebut berhenti sehingga pada saat kegiatan pertambangan tersebut berhenti atau ditutup, maka akan timbul permasalahan-permasalahan, antara lain terganggunya fungsi lingkungan hidup. Oleh sebab itu tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran kondisi akhir pasca operasional penambangan, melakukan evaluasi kinerja PT. Ratu Samban Mining serta memberikan rekomendasi pascatambang. Metode analisis data yang digunakan adalah metode desk study dengan data-data utamanya adalah Permen ESDM Nomor 7 Tahun 2014. Hasil evaluasi pascatambang  PT. Ratu Samban Mining Berdasarkan  Permen ESDM Nomor 7 Tahun 2014 didapatkan bahwa pelaksanaan pascatambang yang telah direalisasikan mendapatkan nilai 28,57 %. Hal ini berarti bernilai Jelek. Untuk pengembalian Izin usaha Pertambangan (IUP) ke Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan berlaku, maka program pascatambang dapat dilaksanakan kembali masa perbaikannya selama 5 tahun, sehingga program pascatambang dapat mencapai nilai yang memadai yaitu > 80.Kata Kunci : ratu samban mining, pascatambang, reklamai
Kajian Penambangan Emas Tanpa Izin (Peti) Di Kecamatan Lebong Utara Kabupaten Lebong Lesta Trimiska; Wiryono Wiryono; Hery Suhartoyo
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 7 No. 1 (2018)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.7.1.9259

Abstract

Penambangan emas primer telah berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda dan masih berlangsung hingga sekarang.Kurangnya kesadaran keluarga penambang emas tradisional tentang arti pentingnya pelestarian lingkungan, menyebabkan mereka kurang peduli terhadap lingkungan sekitarnya. Limbah proses pengolahan ditampung dalam bak penampung yang tidak permanen, sehingga limbah cair dialirkan langsung ke selokan, parit, kolam atau sungai yang akhirnya digunakan sebagai air irigasi lahan pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji kegiatan PETI dan dampak PETI terhadap sosial ekonomi dan kesehatan di Kecamatan Lebong Utara Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu.Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling dengan pertimbangan banyak masyarakat yang menambang emas illegal sehingga memungkinkan peneliti mencari informasi dan data peneliti perlukan.Metode dan instrument penelitian yang digunakan adalah dengan observasi, wawancara dan dokumentasi.Pada penelitian ini dapat disimpulkan  bahwa Kegiatan Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kecamatan Lebong Utara Kabupaten Lebong Provinsi Bengkulu dilakukan secara turun temurun, jumlah bongkahan batu yang digunakan sebanyak 1-2 karung/hari yang menghasilkan emas sebanyak 1-1,5 gram setiap 1 gelundung. Kegiatan penggelundungan dimulai dari jam 07.00 pagi hingga jam 16.00 selama 9 jam. Karakteristik PETI di Kecamatan Lebong Utara rata-rata berumur  antara 26 – 30 Tahundengan tingkat pendidikan tamatan SMA yang memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak 3-5 orang yang didominasi dengan suku jawa sebesar 43,33%.Pekerjaan sebagai penambang emas merupakan pekerjaan pokok (96,66%). Masyarakat merasakan bahwa akibat penambangan menyebabkan hampir 57% mengalami gangguan kesehatan seperti batuk, gangguan paru-paru, TBC.Selanjutnya gangguan ISPA lebih banyak dibandingkan penyakit kulit.Kata kunci: PETI, Evaluasi
ANALISA SPASIAL KEKERINGAN DENGAN MENGUNAKAN METODE STANDARDIZED PRECIPITATION INDEKS (SPI) DI BENGKULU Rudi Wahyu Hidayat; Agus Susatya; Hery Suhartoyo
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 9 No. 2 (2020)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.9.2.13511

Abstract

Masalah kekeringan merupakan masalah rutin yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia namun dengan waktu awal kekeringan yang tidak tetap maka dari itu perlu dilakukan analisis indeks kekeringan untuk mengetahui tingkat dan durasi kekeringannya sehingga bisa dijadikan sebagai peringatan awal akan adanya kekeringan yang lebih jauh agar dampak dari kekeringan dapat dikurangi. Standardized Precipitation Index (SPI) adalah salah satu cara dalam menganalisis indeks kekeringan pada suatu daerah yang di kembangkan oleh McKee dkk pada tahun SPI didesain untuk mengetahui secara kuantitatif defisit hujan dengan berbagai skala waktu. Data yang digunakan adalah data hujan b ulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2019 pada 112 stasiun hujan kemudian data di blending terlebih dahulu dengan dengan data satelit GSMaP untuk mengisi data data yang kosong dengan bantuan program aplikasi Alltools GSMaP. Data hasil blending nanti yang digunakan sebagai data olah. Data tersebut kemudian dilakukan pengolahan untuk mendapatkan nilai nilai SPI dengan program aplikasi Scopics. Dengan masukan data 3 bulan hujan sebagai nilai predictant dan data SOI (South Osilasi Indeks) sebagai nilai Predicto r untuk mendapatkan nilai indeks SPI3. Setelah dilakukan analisa indeks kekeringan kemudian dilakukan pemetaan menggunakan Software Arc Gis dengan tools IDW. Hasil Studi menunjukkan pada semua periode defisit kekeringan terparah terjadi pada tahun 2007 dengan nilai indeks kekeringan SPI3 ( -3,5) di wilayah Kabupaten Mukomuko yang mengartikan sangat kering. Selanjutnya, periode ulang untuk waktu 5, 10, 20, 50 dan 100 tahun juga dihitung dengan tujuan untuk merancang durasi dan besarnya kekuatan kekeringan yang dapat terjadi. Hasil perhitungan periode ulang 5 , 10, 20 dan 50 tahun menunjukan pos hujan Agrisinal yang tertinggi. Sedangkan periode ulang 50 tertinggi pada pos hujan Air Nipis serta periode ulang tertinggi 100 tahun pada pos Sulau.
Evaluasi Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (Hkm) Dan Perubahan Tutupan Lahan Pada Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan (Iuphkm) Desa Ujan Mas Atas Kabupaten Kepahiang Weli Sulastri; Hery Suhartoyo; yansen yansen
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 8 No. 1 (2019)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.8.1.9169

Abstract

Indikator keberhasilan program HKm adalah adanya perbaikan tutupan hutan. HKm dapat dikatakan berhasil apabila secara umum kondisi hutan semakin baik sesuai fungsinya dan secara ekonomi kesejahteraan petani HKm juga membaik. Beberapa kendala yang menyebabkan belum berhasilnya pelaksanaan HKm untuk mensejahterakan masyarakat di sekitar hutan diantaranya adalah luas garapan yang tidak sesuai dengan jumlah peserta, sistem usaha tani yang masih sederhana, kemampuan swadaya masyarakat yang relatif kecil sehingga lebih cenderung ke tanaman semusim, serta pengelolaan masih on farm dan belum memperhatikan input, pascapanen dan pemasaran. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi aspek kelembagaan, teknis, sosial ekonomi dan ekologi serta membandingkan perubahan tutupan lahan pada IUPHKm Desa Ujan Mas Atas, Kecamatan Kepahiang, Kabupaten Kepahiang pada tahun 2005, 2010 dan tahun 2015. Penelitian ini dilaksanakan di IUPHKm Desa Ujan Mas Atas, Kecamatan Ujan Mas, Kabupaten Kepahiang. Metode penelitian dilakukan dengan metode observasi dan wawancara dan data untuk perubahan tutupan lahan dikumpulkan dengan cara analisis spasial. Batasan penelitian meliputi aspek kelembagaan, aspek teknik, aspek sosial, ekonomi, ekologi serta batasan perubahan tutupan lahan. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa evaluasi HKm menunjukkan indikator baik dengan total skor yang diperoleh antara 67,25–67,50. Berdasarkan ketiga aspek yang dievaluasi semua mempunyai kisaran nilai baik dari aspek kelembagaan dengan skor 28,25–28,50 (baik), aspek teknis dengan skor 24 (sedang), serta aspek sosial, ekonomi dan ekologi dengan skor 15 (baik). Untuk tipe penutupan lahan yang diperoleh yaitu kebun campuran dan tegalan, dimana dalam kebun campuran ditanami tanaman keras lebih dari satu jenis atau tidak seragam yang menghasilkan bunga, buah, serta getah dan cara pengambilan hasilnya bukan dengan cara menebang pohon dan tegalan digunakan untuk kegiatan pertanian dengan jenis tanaman semusim.Kata Kunci : evaluasi pengelolaan hutan kemasyarakatan, perubahan tutupan lahan, izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakat
Efektivitas Program Perhutanan Sosial Dalam Bentuk Hutan Kemasyarakatan (Hkm) Di Desa Tanjung Alam Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu Yopita Sari; Gunggung Senoaji; Hery Suhartoyo
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 8 No. 1 (2019)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.8.1.9170

Abstract

Program hutan kemasyarakatan (HKm) adalah salah satu program yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan kerusakan hutan dan perambahan kawasan hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Program Hutan Kemasyarakatan (HKm) dalam menjaga kelestarian kawasan hutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan hutan. Penelitian menggunakan metode observasi untuk mengetahui jenis tanaman, stratifikasi tajuk dan pola tanam, wawancara dan analisis good services ratio (GSR) untuk karakteristik sosial ekonomi masyarakat, untuk laju perubahan tutupan lahan menggunakan analisis spasial (Sistem Informasi Geografis). Hasil penelitian menunjukan bahwa Program Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Desa Tanjung Alam Kabupaten Kepahiang berjalan efektif dalam hal melestarikan kawasan hutan, hal ini ditunjukan dengan perubahan kondisi tutupan lahannya. Pada tahun 2000 kebun campuran 121,530 ha dan lahan pertanian 43,470 ha, pada tahun 2010 terlihat bahwa terjadi peningkatan penutupan lahan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, penggunaan lahan untuk lahan pertanian cenderung berkurang yaitu 18,056 Ha, dan kebun campuran meningkat menjadi 146,944 Ha. Lahan didominasi oleh kebun campuran dimana pohon-pohonnya rapat dengan kanopi menutupi areal. Pengamatan pada tahun 2017, untuk kebun campuran sedikit berkurang menjadi 141,460 ha, sementara lahan pertanian bertambah menjadi 23,540. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Desa Tanjung Alam Kabupaten Kepahiang termasuk dalam stratifikasi tajuk dengan 4 stratum yaitu stratum A, stratum B, stratum C dan stratum D. Hutan kemasyarakatan (HKm) memberikan kotribusi besar dalam pendapatan peserta yaitu sebesar 93% dengan rata-rata penghasilan peserta sebesar Rp 28.758.829,- per tahun. Artinya peserta sangat bergantung terhadap keberadaan Hutan Kemasyarakatan (HKm) sebagai sumber pendapatan mereka. Sebagian besar peserta hutan kemasyarakatan Desa Tanjung Alam Kabupaten Kepahiang masih tergolong kurang sejahtera yaitu 24 responden dari 41 responden penelitian, 13 responden tergolong sejahtera dan 4 responden tergolong lebih sejahtera.Kata Kunci : hutan lindung, hutan kemasyarakatan, kesejahteraan peserta HKm
Induksi Tunas Sengon (Falcataria Moluccana) Bebas Karat Puru Secara In Vitro Untuk Mendukung Pembangunan Hutan Rakyat Secara Berkelanjutan Novi Syatria; Hery Suhartoyo; Enggar Apriyanto
Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vol. 8 No. 2 (2019)
Publisher : Badan Penerbitan Fakultas Pertanian (BPFP), Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/naturalis.8.2.9218

Abstract

Salah satu jenis yang direkomendasikan untuk industri kayu adalah Falcataria moluccana (sengon). Saat ini pertanaman sengon banyak diserang oleh penyakit karat puru. Penyakit ini menyebabkan daun mengeriting, melengkung,  tidak normal dan menyebabkan kematian tanaman. Salah satu solusi mengatasi penyakit karat puru adalah mengembangkan bibit sengon yang bebas karat puru secara in vitro. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh  Benzyl Amino Purine BAP) dan Naphtalene Acetic Acid (NAA) terhadap pertumbuhan eksplan  tunas sengon, dan mencari media terbaik untuk memacu pertumbuhan eksplan sengon. Penelitian menggunakan media MS dengan perlakuan  BAP  pada dosis 0, 1, 2, dan 3 ppm. Konsentrasi NAA sebesar 0, 0.25,  dan 0,5 ppm. Total ada 4 x 3 = 12 kombinasi  perlakuan dengan 5 ulangan. Setiap ulangan terdiri atas 1 eksplan.  Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah persentase tumbuh eksplan dan jumlah tunas yang terbentuk per eksplan. Peubah tambahan seperti eksplan yang berkalus dan warna kalus. Pengukuran dilakukan setiap dua minggu selama tiga  bulan. Data dianalisis varian kemudian diuji lanjut DMRT pada taraf 5% dan 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemberian BAP mampu merangsang pembentukan tunas sengon in vitro pada konsentrasi 1 ppm BAP/l. Peningkatan konsentrasi BAP akan menurunkan induksi tunas. Sementara itu, perlakuan NAA pada berbagai konsentrasi tidak mempengaruhi induksi tunas. Secara umum BAP   lebih berpengaruh terhadap pembentukan tunas daripada NAA. Interaksi anatara BAP dan NAA berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah tunas. Media terbaik untuk multipikasi tunas sengon secara in vitro adalah media MS dengan konsentrasi 1 ppm BAP/l media baik kombinasi dengan NAA atau tidak.Kata Kunci : sengon, BAP, NAA,  karat puru, in vitro