zailani zailani
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

REINTERPRETASI TERHADAP PEMAHAMAN HADITS-HADITS TENTANG GENDER DALAM PERSPEKTIF FIQH AL-HADITS zailani zailani; Kaizal Bay; Sri Chalida
Jurnal Ushuluddin Vol 24, No 1 (2016): January - June
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/jush.v24i1.1516

Abstract

There are a lot of hadiths that influenced certain circumstances, especially those “degrading” degrees of women. If the hadiths are textually practiced, there would certainly be an impact on human-right violations. If broken, it will also affect the person’s faith in applying the traditions of Prophet SAW in his life. This issue certainly needs the best solution in understanding these hadiths. It is unneglectable to avoid that women harassment are still happening today. Everyone witnesses that so many women lost their rights, both as a human being, such as subordinated to its shortcomings, but also as citizens, such as loss of right to be a leader. The women with this particular plight are the result of men’s behavior who stand on religious arguments (especially hadith) that put women as “humbled” and even simply as the creature that confined to live in walls of house, which is just back and forth between the kitchen, wells and mattresses. Reinterpretation of Islamic concepts on the position of women should be provided in order to give opportunity to the present women as highly dynamic, courteous, and beneficial for religion and society. We all believe that Prophet Muhammad SAW was the great personal who respected and uphold the honor of women. This is the gap between the will of the Prophet SAW with the understanding of Muslim believers about the hadiths of the Prophet SAW
Analisis Hadis-Hadis ‘Ashâbah dalam Konteks Kewarisan Islam (Studi Terhadap Pemaknaan dan Implementasi) Zikri Darussamin; Adynata Adynata; Zailani Zailani; Armansyah Armansyah; Ahmad Zikri
AL QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis Vol 7, No 2 (2023)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29240/alquds.v7i2.6652

Abstract

Analysis of 'Ashâbah Hadiths in the Context of Islamic Inheritance (A Study of Interpretation and ImplementationThe concept of 'asabah which is based on hadith “give the inheritance to the rightful people” (zāwul furϋd) and give the rest to the more primal of the male relatives” is considered discriminatory by many parties as well as it’s reducing the percentage of women's inheritance rights as heirs of dzawul furûdh which have been determined in absolute terms (qaht'i). This paper aims to analyze the hadith about 'ashabah through the ma'anil hadith approach using the takhrîj method as well as textual, contextual and intertextual interpretations. The results of the study concluded that the hadiths of 'ashabah are categorized as valid (sahih) hadiths and can be used as evidence (hujjah) regarding the legitimacy of the 'ashabah system in Islamic inheritance. The application of the ‘asabah inheritance system does not have discriminatory implications. On the contrary, it actually contains the value of distributive justice, because justice in inheritance is not always measured by the similarity of designation between heirs, but is also determined by proportionality based on the size of the burden of responsibility assigned to each heir, the balance between rights and obligations and the balance between what is obtained with needs and uses. In order to measure the aspect of justice, the 'ashabah inheritance system must be understood integrally by placing the position of inheritance as a sub-system of the overall family law system within the Islamic legal system which is intact and comprehensive.
Penyakit ‘Ain dari Perspektif Hadits dan Relevansinya dengan Media Sosial (Kajian Hadits Tematik) Amelia Kemala Sari; Zailani Zailani; Usman Usman
Jurnal An-Nur Vol 10, No 2 (2021): Jurnal An-Nur Desember 2021
Publisher : UIN SUSKA RIAU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nur.v10i2.15554

Abstract

Penelitian ini berjudul “Penyakit ‘Ain dari Perspektif Hadits dan Relevansinya dengan Media Sosial (Kajian Hadits Tematik)”. Dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam banyak terdapat hadits-hadits mengenai penyakit ‘ain. Penyakit ‘ain berasal dari tatapan yang dilontarkan dengan hati yang hasad dan juga berasal dari kekaguman seseorang yang melihat sesuatu. Penyakit ‘ain dapat merugikan orang-orang yang berada disekeliling kita dan diri sendiri, bahkan penyakit ‘ain dapat terjadi melalui media sosial. Penyakit ‘ain dapat mempengaruhi perasaan dan pikiran yang berdampak negatif bagi kesehatan, dan ‘ain dapat menyebabkan gangguan fisik yang berbahaya hingga mengancam nyawa. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini yaitu, bagaimana hakikat penyakit ‘ain perspektif  hadits Nabi dan bagaimana relevansi penyakit ‘ain dengan media sosial. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dalam bentuk penelitian perpustakaan (library research). Hasil dari penelitian ini adalah hadits tentang hakikat dari penyakit ‘ain yang diteliti berkualitas shahih. Hakikat dari penyakit ‘ain yaitu, bahwa penyakit ’ain itu benar adanya dan para ulama melarang untuk mengingkarinya, penyakit ‘ain datang dari pandangan dengki dan juga datang dari rasa kagum terhadap seseorang. Hakikat lainnya, penyakit ‘ain dapat mendahului takdir dengan atas izin Allah ta’ala. Relevansi penyakit ‘ain dengan media sosial yaitu, ‘ain dapat timbul dari jiwa seseorang meskipun tanpa melihat langsung, bahkan Ibnu Qayyim mengatakan orang buta pun dapat menimbulkan penyakit ’ain. Jadi penyakit ‘ain dapat terjadi hanya melihat melalui foto atau video tanpa melihat orangnya secara langsung.
Studi Tematik Hadis-hadis Konservasi Alam Perspektif Ilmu Ma’anil Hadis Taufiqurrahman Taufiqurrahman; Zailani Zailani; Wilaela Wilaela
Jurnal An-Nur Vol 11, No 2 (2022): Jurnal An-Nur Desember 2022
Publisher : UIN SUSKA RIAU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/an-nur.v11i2.19977

Abstract

Penelitian ini berawal dari kegelisahan penulis terhadap eksploitasi secara berlebihan terhadap sumber daya alam, penebangan liar, perburuan terhadap satwa langka yang dilindungi dan yang lainnya mengakibatkan berbagai permasalahan terhadap lingkungan. Hal ini akan menjadi penyebab terjadinya rentetan bencana alam seperti; banjir, tanah longsor, pemanasan global, kekeringan yang berkepanjangan, dan menjadi faktor utama punahnya satwa langka yang dilidungi. Persoalan ini tentu membutuhkan sebuah solusi, Dalam hadis Rasulullah SAW terdapat hadits di mana Rasulullah pernah membuat suatu daerah larangan yang mana di dalamnya hewannya tidak boleh diburu dan tumbuhannya tidak boleh diambil, yang mana konsep ini terdapat kemiripan dengan konservasi alam yang ada sekarang. Masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana konsep konservasi alam dalam hadis? Dan bagaimana relevansi konsep himaa pada masa Nabi dengan konsep konservasi alam yang ada seakarang? Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dalam bentuk kegiatan penelitian perpustakaan (Library Research). Data di kumpulkan menggunakan metode kajian hadits tematik, atau dikenal dengan metode maudhu‟i. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian dengan mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh langsung dari observasi dan literatur yang berkaitan dengan masalah yang dikaji. Hasil penelitian ini yaitu konservasi alam dalam perspektif hadis adalah himaa yang mana Nabi pernah membuat suatu kawasan lindung di Naqi yang di dalamnya dilarang untuk berburu dan menebang pepohonan dan mengelola kawasan tersebut untuk kepentingan kaum muslimin secara umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Dan konsep himaa dapat dikatakan relevan dengan Konservasi Alam yang ada sekarang baik itu berupa kawasan konservasi, taman nasional, suaka alam, hutan lindung dan suaka margasatwa. Alasannya karena keduanya sama-sama berbentuk kawasan lindung yang ditetapkan oleh khalifah/pemerintah untuk kepentingan umum dan menimbulkan maslahat jangka panjang, termasuk mencegah bencana seperti kekeringan pada musim kemarau atau banjir dan longsor pada musim hujan.