Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

KISTA ARACHNOID EKSTRADURAL Shinta Qorina; Roni Eka Sahputra
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7 (2018): Supplement 2
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i0.832

Abstract

Kista arachnoid ekstradural di tulang belakang merupakan kista yang langka dan jarang sebagai penyebab kompresi sumsum tulang belakang dan kista ini paling sering terjadi pada bagian tengah dan bawah dari tulang belakang. Kista arachnoid paling sering terjadi pada bagian tengah dan bawah tulang belakang 65%, di lumbar dan lumbosakral sebanyak 13 %, torakolumbalis 12%, dan sacrum 7%.Penyebabnya belum ditentukan secara definitif, kemungkinan besar karena kongenital dan beberapa penelitian mengatakan bahwa kista ini dapat disebabkan oleh trauma, infeksi, atau peradangan.Kista arachnoid dikategorikan menjadi tiga tipe, tipe I (IA dan IB), tipe II dan tipe III. Terapi yang disarankan pada pasien asimptomatik adalah observasi sebagai terapi konservatif. Sedangkan terapi pembedahan eksisi kista secara utuh direkomendasikan untuk pasien dengan kerusakan neurologis yang berat, serta dilanjutkan dengan obliterasi pedikel komunikan dan repair watertight defek dural untuk menghambat mekanisme ball-valve. Dilaporkan satu kasus Seorang pasien perempuan berumur 46 tahun dengan keluhan utama nyeri punggung sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit, dan dari hasil pemeriksaan penunjang berupa MRI didapatkan adanya Kista Subarachnoid Thorakal 12, dan pada pasien ini dilakukan tindakan operasi berupa unilateral laminectomy dan foraminectomy.
Hubungan Tingkat Osteoporosis Berdasarkan Indeks Singh dan Fraktur Leher Femur Akibat Low Energy Trauma di Beberapa Rumah Sakit di Padang Tahun 2016-2018 Wulandari Taradita; Rizki Rahmadian; Roni Eka Sahputra
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v7i2.806

Abstract

Osteoporosis merupakan penurunan kepadatan tulang dan kerusakan mikro-arsitektur tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga seringkali baru disadari apabila telah terjadi perubahan bentuk tulang ataupun fraktur, terutama fraktur leher femur dan panggul karena trauma.Indeks Singh adalah suatu metode untuk menilai osteoporosis menggunakan pola trabekula tulang di femur proksimal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan tingkat osteoporosis berdasarkan Indeks Singh dan fraktur leher femur akibat low energy trauma di beberapa Rumah Sakit di Padang tahun 2016-2018. Penelitian ini merupakan analitik dengan desain cross sectional. Sampel berupa 22 foto polos pelvis (x-ray) pasien dari bagian rekam medis Poliklinik RSUP Dr. M. Djamil Padang dan RST Dr. Reksodiwiryo Padang dari Januari 2016 sampai April 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraktur leher femur karena low energy trauma didominasi oleh perempuan (72,7%) dan usia diatas 70 tahun (45,5%). Tingkat osteoporosis berdasarkan indeks Singh terbanyak pada grade A (40,9%) dan mayoritas fraktur leher femur pada klasifikasi Garden tipe 4 (77,3%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat osteoporosis berdasarkan indeks Singh dengan fraktur leher femur akibat low energy trauma (p = 0,483).
A Case of Tuberculous Spondylitis in Child with Undernourish Erli Meichory Viorika; Finny Fitry Yani; Roni Eka Sahputra
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 10, No 1 (2021): Online March 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v10i1.1709

Abstract

Tuberculous spondylitis accounts for around 2% of all cases of Tuberculosis (TB) and around 15% of extrapulmonary TB cases. It has been reported that a 17 years old boy with a complaint of a bump on the lumbar region and felt low back pain since two years before admission with a history of back trauma. There was a decrease of body weight. There was no paraesthesia nor paralysis. Defecation and micturition were normal. Basic immunization was incomplete. On physical examination found palpable lymph nodes 0,5x0,5x0,5 cm, multiple et regio colli. There was no BCG scar. Impression nutritional status was undernourished. There was fixed palpable mass at back size about 5x4x5 cm, hard, no fluctuations, no rebound tenderness. Lung examination was normal. Tuberculin test showed induration sized 20 mm. Gene Xpert result Micobacterium Tuberculosis (MTB) not detected. On chest X-ray examination found L1-2 corpus destruction. MRI Spine was suggestive of compressive fractures and suggestive of a bilateral psoas abscess. Decompression and lumbar stabilization surgery were performed. The histopathology examination results were consistent to spondylitis TB characteristics. The patient was discharged on 6th hospitalization and given anti-tuberculous drug.Keywords:  bump, extrapulmonary, fracture, spondylitis, tuberculosis
Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Personal Hygiene dengan Gejala Vaginitis pada Siswi SMPN 1 Kota Padang dan SMPN 23 Padang Aulia Khatib; Syahredi S Adnani; Roni Eka Sahputra
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 1 (2019): Online Maret 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i1.966

Abstract

Ada 75% wanita di dunia menderita vaginitis sekali dalam seumur hidup dan 10% hingga 55% diantaranya tidak mengetahui bahwa mereka mengalami vaginitis. Pembentukan pengetahuan, sikap, dan perilaku personal hygiene yang baik dapat mencegah vaginitis. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku personal hygiene terhadap gejala vaginitis pada siswi SMPN 1 dan SMPN 23 Padang. Penelitian dilakukan terhadap siswi kelas VII, VIII, dan IX di SMPN tersebut pada bulan September 2018. Desain penelitian adalah cross sectional dengan teknik pengambilan sampel systematic random sampling. Kuisioner digunakan sebagai instrumen penelitian untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, perilaku personal hygiene, dan gejala vaginitis pada responden. Penelitian menggunakan uji bivariat Chi-square untuk menganalisis data. Jumlah responden yang dikumpulkan adalah sebanyak 242 orang. Tingkat pengetahuan siswi mayoritas sedang, sedangkan sikap dan perilaku responden mayoritas baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan antara pengetahuan dengan gejala vaginitis adalah p=0,011 di SMPN 23 dan p=0,558 di SMPN 1, hubungan sikap dengan gejala adalah p=0,013 di SMPN 23 dan p=0,458 di SMPN 1, dan hubungan perilaku dengan gejala adalah p=0,615 di SMPN 23 dan p=0,138 di SMPN 1. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan gejala vaginitis di SMPN 23 namun tidak didapatkan hubungan yang signifikan pengetahuan dan sikap terhadap gejala di SMPN 1. Tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara perilaku dengan gejala vaginitis pada kedua populasi.
Comparison of Interleukin-1β Levels In Open and Closed Fracture Patients of The Long Bone In Padang Iqbal Arnif; Roni Eka Sahputra; Hendra Maska
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 5 No. 12 (2021): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine & Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/bsm.v5i4.383

Abstract

Background and Purpose. Trauma is a significant burden on causes of death, disability, and financing in least developed or "third world" countries. Fracture healing, especially in wounds and tissues, begins with a hemostatic and inflammatory phase triggered by inflammatory mediators such as cytokines, particularly IL-1β and TNF-. The purpose of this study was to determine the difference in levels of interleukin-1β in open and closed fractures of long bones in PadangMethod. This type of research is analytic observational with cross sectional design with primary data. The data were taken from the examination of IL-1β levels in long bone fracture patients at RSUP Dr. M. Djamil, RSKB Ropanasuro and RST Reksodiwiryo Padang for 4 months starting from March 2021 to July 2021. The sampling technique in this study used non-probability sampling with the consecutive sampling method. The analysis was carried out using the Independent sample T-Test to see the difference in mean IL-1 which would be calculated for open fractures and closed fractures of long bones.Results. The results showed that most (92.9%) of the patients were male, 50% had open fractures, and 50% closed fractures. The mean value of the patient's age was 34 years and the mean level of IL-1β was 555,951 pq/L. Most of the fracture sites in patients were tibia and fibula (35.7%) and femur (35.7%) and 28.6% were radius and ulna. The results showed that there was a significant difference in the mean levels of IL-1β in patients with open and closed fractures of long bones (p-value = 0.007)Conclusion. There are differences in the levels of interleukin-1β in open and closed fractures of long bones in Padang. This research is expected to provide consideration to support examinations in health services, in this case in fracture patients
SIMULASI DAN ANALISIS LOCKING COMPRESSION PLATE IMPLAN TULANG PAHA MENGGUNAKAN METODA FINITE ELEMENT ANALYSIS M. Nasyarudin Latif; Syahril Syahril; Is Prima Nanda; Roni Eka Sahputra; Rizki Rahmadian; Andril Arafat
Jurnal Sains dan Teknologi: Jurnal Keilmuan dan Aplikasi Teknologi Industri Vol 19, No 1 (2019): JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.216 KB) | DOI: 10.36275/stsp.v19i1.157

Abstract

Penggunaan implan pada kasus patah tulang (atau secara umum disebut pemasangan pen), bertujuan untuk menyangga atau menyambung bagian tulang yang patah. Implan ini secara ilmiah dinamakan Locking Compression Plate (LCP) yang terdiri dari pelat dan sekrup. Berdasarkan fungsinya sebagai penyambung, maka LCP dirancang untuk dapat menanggung beban tubuh dan beban lainnya sampai tulang itu sembuh dan menyatu kembali.  Namun, ada kasus tulang paha patah (femur fracture) yang telah disambung menggunakan LCP mengalami patah pada pelat sebelum tulang sembuh sehingga harus dilakukan kembali operasi kedua untuk pemasangan pelat yang baru. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan kekuatan bahan pelat LCP apakah patah akibat pembebanan yang melebihi kekuatan bahannya atau tidak. Rekonstruksi menggunakan software berbasis 3D Computer Aided Design (CAD) dengan metoda simulasi Finite Element Analysis (FEA). Beban yang diberikan tidak hanya secara vertikal mengikuti beban tubuh diatas tulang paha, namun juga dianalisis beban secara horizontal dan torsional. Disamping itu, juga dikembangkan rancangan pelat dalam 5 bentuk lainnya sebagai alternatif rancangan (prototipe). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan pelat LCP yang digunakan adalah Stainless Steel 316L medical grade yang sesuai dengan standar bahan implan. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi desain dan informasi tentang penggunaan pelat LCP yang baik sehingga kasus-kasus yang mengalami pelat patah dapat dihindari.
Spondilitis tuberkulosis relap pasca debridemant dan fusi Roni Eka Sahputra
Majalah Kedokteran Andalas Vol 42, No 2 (2019): Published in May 2019
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/mka.v42.i2.p91-96.2019

Abstract

Spondilitis tuberkulosis merupakan penyakit tuberkulosis ekstrapulmonar yang sering terjadi. Insiden kasus mencapai setengah dari angka kejadian tuberkulosis muskuloskeletal. Kebanyakan spondilitis TB terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Angka kejadian cenderung meningkat pada negara berkembang.  Vertebrae lumbal merupakan area yang sering terjadi. Gambaran destruksi diskus intervertebralis  dan meluas ke korpus, kompresi medula spinalis dan anterior wedging menyebabkan deformitas kiposis dan terbentuknya gibbus. Tujuan: Melaporkan kasus spondilitis relap pasca tindakan pembedahan. Kasus: Sebuah kasus spondilitis tuberkulosis thoracolumbal junction yang relap setelah dilakukan debridement dan fusi sebelumnya pada pasien laki-laki  berusia 31 tahun. Keluhan saat ini kembali merasakan nyeri di punggung bawah yang menjalar ke paha kiri disertai kelemahan kedua tungkai sejak 6 bulan terakhir. Pada pemeriksaan penunjang X-Ray dan MRI thoracolumbal ditemukan fusi corpus thoracal (Th) 10 - lumbal 1, stabilisasi dengan pedicel screw pada Th10-11, lumbal 1-2, terlihat destruksi corpus intervertebralis Th7-8. Dilakukan implant removal, circumferential debridement, dan dekompresi pada Th7-8 dan dilakukan stabilisasi di Th5, 6, 9, dan 10. Intra operatif ditemukan terbentuknya sinus yang menghasilkan pus dan masa perkejuan sepanjang Th7-9. Simpulan: Kekambuhan dipengaruhi oleh multifaktorial seperti usia, kepatuhan pengobatan, efektivitas debridement, dan status gizi.
ANTROPOMETRI SENDI PERGELANGAN TANGAN PADA ETNIS MINANGKABAU Daldy Arianda; Roni Eka Sahputra; Sylvia Rachman; Erkadius Erkadius
Majalah Kedokteran Andalas Vol 38, No 2 (2015): Published in September 2015
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.195 KB) | DOI: 10.22338/mka.v38.i2.p89-98.2015

Abstract

AbstrakPenatalaksanaan fraktur distal radius adalah mengembalikan kekuatan menggenggam serta mempertahankan biomekanik sendi pergelangan tangan, sehingga pasien dapat mengerjakan aktifitas seperti sediakala, serta mengurangi resiko penyakit degeneratif di kemudian hari. Rentang gerak sendi juga merupakan bagian dari penilaian keselarasan anatomi, namun sedikit didiskusikan dalam kepustakaan. Penelitian ini bertujuan menilai antropometri sendi pergelangan tangan etnis Minangkabau. Survey analitik cross sectional dilakukan pada 50 mahasiswa kedokteran pria dan wanita beretnis Minangkabau, usia 21- 25 tahun. Data dianálisis untuk mengetahui nilai mean, standar deviasi serta menguji perbedaan antropometri pria dan wanita menggunakan t- test independen dengan derajat kepercayaan 95%. Nilai mean dan simpang deviasi ukuran ROM palmarfleksi 79,22 + 9,58; dorsofleksi 72,22 + 10,54; ulnar deviasi 40,74 + 9,43; radial deviasi 24,68 + 4,92; radial inclination 24,02 + 3,49; Radial length 11,35 + 1,56; Palmar Tilt 12,27 + 6,12. Terdapat perbedaan nilai radial inclination antara pria dan wanita (p=0,001). Penelitian ini menyimpulkan terdapat perbedaan bermakna secara statistik radial inclination pria dan wanita mahasiswa kedokteran yang beretnis Minangkabau. Selain itu terdapat perbedaan antropometri antara penelitian ini dengan kepustakaan yang lazim.AbstractAs it is known that the treatment of distal radius fractures is to restore the biomechanical strength of grip and maintain joint movement of the wrist so that the patient can do normal activities, and reduce the risk of degenerative diseases of the joints of the wrist in the future. From various journals and literature more votes just only on morphometry, while the range of motion is also part of conformity assessment anatomy as well. This study aimed to measure anthropometric of wrist joint of Minangkabau ethnic group. This study used cross sectional analytical survey on medical students, men and women, with Minangkabau ethnic group, age 21- 25 years , with a sample size of 50 people. Data was analysed to determine the mean and standard deviation, and to examine difference in male and female anthropometric measurement by using an independent t-test with a 95% degree of confidence. Result : Mean and standar deviation value ROM palmarfleksi 79.22 + 9.58; dorsiflexion 72.22 + 10.54; ulnar deviation of 40.74 + 9.43; radial deviation of 24.68 + 4.92. The size of the radial inclination was 24.02 + 3.49. Radial length was 11.35 + 1.56. Tilt Palmar size was 12.27 + 6.12. Statistically there was significant difference of radial inclination between women and men (p=0.001). Conclusion: There were significant differences in the average value of the radial inclination between men and women of Minangkabau ethnic group. Besides, there were some differences in anthropometric measurement in this study compared to figure commonly reported in literature.
Hubungan pemeriksaan LED dan CRP pada penegakkan diagnosis Spondilitis Tb di RSUP dr. M. Djamil Padang tahun 2014-2016 Bayu Fajar Wibowo; Menkher Manjas; Roni Eka Sahputra; Erkadius Erkadius
Majalah Kedokteran Andalas Vol 41, No 2 (2018): Published in May 2018
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/mka.v41.i2.p69-77.2018

Abstract

Spondilitis Tuberkulosis (Tb) merupakan manifestasi Tb tulang yang paling berbahaya dan paling sering ditemukan. Perubahan nilai hematologi berupa pengukuran nilai Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP) digunakan dalam penegakkan diagnosa, penilaian prognosis dan efektivitas pengobatan Spondilitis Tb. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan dan akurasi diagnostik LED dan CRP pada pasien spondilitis Tb. Metode: Penelitian ini menggunakan desain retrospective cohort study pada 53 penderita diduga Spondilitis Tb yang belum pernah mendapatkan terapi OAT, tetapi telah menjalani operasi dan pemeriksaan histopatologi pada periode Januari 2014 hingga Desember 2016, di RSUP dr. M. Djamil Padang dan diolah dengan analisis Fisher’s Exact Test. Hasil: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian Spondilitis Tb dan nilai LED dengan p-value 0,280 (p>0,05). Tidak terdapat hubungan yang  bermakna antara kejadian Spondilitis Tb dengan nilai kualitatif CRP dengan p-value 0,886 (p>0,05). Simpulan: Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan LED dan CRP tidak spesifik untuk diagnosis Spondilitis Tb, kecuali CRP memiliki sensitivitas yang tinggi.
Comparison of Interleukin-1β Levels In Open and Closed Fracture Patients of The Long Bone In Padang Iqbal Arnif; Roni Eka Sahputra; Hendra Maska
Bioscientia Medicina : Journal of Biomedicine and Translational Research Vol. 5 No. 12 (2021): Bioscientia Medicina: Journal of Biomedicine & Translational Research
Publisher : HM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32539/bsm.v5i4.383

Abstract

Background and Purpose. Trauma is a significant burden on causes of death, disability, and financing in least developed or "third world" countries. Fracture healing, especially in wounds and tissues, begins with a hemostatic and inflammatory phase triggered by inflammatory mediators such as cytokines, particularly IL-1β and TNF-. The purpose of this study was to determine the difference in levels of interleukin-1β in open and closed fractures of long bones in PadangMethod. This type of research is analytic observational with cross sectional design with primary data. The data were taken from the examination of IL-1β levels in long bone fracture patients at RSUP Dr. M. Djamil, RSKB Ropanasuro and RST Reksodiwiryo Padang for 4 months starting from March 2021 to July 2021. The sampling technique in this study used non-probability sampling with the consecutive sampling method. The analysis was carried out using the Independent sample T-Test to see the difference in mean IL-1 which would be calculated for open fractures and closed fractures of long bones.Results. The results showed that most (92.9%) of the patients were male, 50% had open fractures, and 50% closed fractures. The mean value of the patient's age was 34 years and the mean level of IL-1β was 555,951 pq/L. Most of the fracture sites in patients were tibia and fibula (35.7%) and femur (35.7%) and 28.6% were radius and ulna. The results showed that there was a significant difference in the mean levels of IL-1β in patients with open and closed fractures of long bones (p-value = 0.007)Conclusion. There are differences in the levels of interleukin-1β in open and closed fractures of long bones in Padang. This research is expected to provide consideration to support examinations in health services, in this case in fracture patients