Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search
Journal : Journal Industrial Servicess

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KONDISI KERJA DENGAN PENDEKATAN 8 ASPEK ERGONOMI (Studi Kasus di Industri manufaktur Logam) Susihono, Wahyu; Adiatmika, I Putu Gede; Parwata, I Made Yoga; Sudiarsa, I Wayan
Journal Industrial Servicess Vol 3, No 1c (2017): Oktober 2017
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (20.123 KB) | DOI: 10.36055/jiss.v3i1c.2130

Abstract

Terdapat berbagai rancangan produk yang baru mempertimbangkan optimalisasi fungsinya, sehingga banyak mesin atau alat ketika dioperasikan justru memperburuk kondisi fisiologis pekerja, seperti adanya bising diatas ambang batas, saat pengoperasian alat menggunakan otot berlebih sehingga menjadikan beban tambahan pengguna, terjadi sikap paksa tubuh atau gerakan tidak alamiah saat pemindahan bahan dan alat, adanya alat baru yang tidak mempertimbangkan nilai budaya lokal sehingga setiap tidak ada pengawasan akan beralih pada pola kerja lama, kurangnya perhatian dalam interaksi manusia-mesin. Perlu adanya analisis menggunakan pertimbangan 8 aspek ergonomi sebelum melakukan perbaikan kerja, sehingga permasalahan dapat dilihat secara holistik. Manusia mempunyai kemampuan, kebolehan dan keterbatasan, sehingga kajian partisipatori menjadi sangat perlu untuk memperoleh berbagai keinginan pengguna. Penelitian ini menggunakan metode observasional deskriptif melalui partisipatori ergonomi dengan mengambil subjek penelitian pada 6 industri manufaktur logam. Kesimpulan pada penelitian ini adalah diperlukan asupan gizi atau nutrisi untuk memulihkan tenaga, diperlukannya desain fasilitas berupa alat bantu untuk mengurangi penggunaan otot berlebih, perlu memasukkan sistem nilai budaya dalam adopsi perancangan alat bantu kerJa. Perlu perbaikan pada tata letak fasilitas kerja agar lebih nyaman, seperti pengurangan intensitas cahaya agar tidak terlalu tinggi diterima oleh pekerja yang sedang beraktivitas, diperlukan mengatur suhu lingkungan agar dapat diterima oleh tubuh sesuai dengan kondisi fisiologis pekerja dan diperlukan rancangan jalur atau lalu lintas pekerja secara aman. Diperlukan alat atau mesin yang dapat difungsikan untuk mengurangi debu terhirup ole pekerja secara langsung dan terbang di udara secara bebas. Pendekatan deapan aspek ergonomi mampu mengidentifikasi permasalahan secara holistik sehingga dapat menemu kenali permasalahan secara sistematis untuk dicarikan solusinya mealui sumbang saran dari pekerja secara langsung.
Identifikasi 8 Aspek Ergonomi di Industri Konstruksi dan Service Mesin Susihono, Wahyu
Journal Industrial Servicess Vol 2, No 2 (2017): Maret 2017
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jiss.v2i2.1530

Abstract

PT AWW merupakan salah satu perusahaan yang berada di kota Cilegon dan salah satu perusahaan yang bergerak di industri konstruksi dan service mesin. Aktivitas yang ada di lantai produksi, aktivitas kerja yang dilakukan oleh pekerja satu dengan yang lainnya mempunyai task yang berbeda-beda. Terjadi  interaksi manusia-mesin pada pekerjaan di mesin bubut, mesin las, mesin milling dan mesin frais. Pada saat ini PT AWW akan meningkatkan kemampun untuk melayani bermacam-macam produk dengan kualitas yang lebih baik sebagaimana tuntutan dan keinginan atau dorongan dari pelanggan. Secara umum sejalan dengan peningkatan target perusahaan, diperlukan juga peningkatan dari aspek kinerja manusia (human factor). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran usulan perbaikan berbasis kinerja manusia,sehingga diperlukan identifikasi terhadap 8 aspek ergonomi meliputi kebutuhan nutrisi (energy), tenaga otot, sikap tubuh, lingkungan kerja, kondisi waktu, kondisi sosial, kondisi informasi, dan interaksi manusia mesin. Rancangan pada penelitian ini menggunakan pendekatan metode observasional deskriptif yaitu pengamatan tanpa adanya intervensi untuk mengungkap fakta suatu sebab-akibat yang diuraikan secara deskriptif. Simpulan pada penelitian ini adalah diperlukan asupan gizi atau nutrisi untuk memulihkan tenaga, diperlukannya desain fasilitas berupa alat bantu untuk mengurangi penggunaan otot berlebih, perlu memperhatikan sistem nilai budaya dalam adopsi penggunaan alat pelindung (APD) saat bekerja. Perlu perbaikan pada tata letak fasilitas kerja agar lebih nyaman, seperti pengurangan intensitas cahaya agar tidak terlalu tinggi diterima oleh pekerja yang sedang beraktivitas, diperlukan mengatur suhu lingkungan agar dapat diterima oleh tubuh sesuai dengan kondisi fisiologis pekerja dan diperlukan rancangan jalur atau lalu lintas pekerja secara aman.
PENURUNAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN RANCANG ULANG FASILITAS KERJA Susihono, Wahyu; ., kulsum
Journal Industrial Servicess Vol 2, No 1 (2016): Oktober 2016
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jiss.v2i1.1517

Abstract

Rancangan fasilitas kerja dengan mempertimbangkan kriteria human factor dapat menurunkan kelelahan pekerja. Kelelahan kerja dapat diakibatkan oleh adanya fasilitas kerja yang tidak mengindahkan kenyamanan dan keamanan pengguna. Banyak fasilitas yang dibuat baru mempertimbangkan fungsinya, belum memperhatikan berbagai dampak yang terjadi pada saat menggunakannya seperti kelelahan fisik, kelelahan aktivitas dan kelelahan motivasi.                Penelitian ini masuk pada kategori penelitian eksperimental menggunakan rancangan sama subjek (treatment by subject design). Subjek dipilih secara rundom (Random Sampling). Sampel berjumlah 14 orang yang telah dipilih dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kelelahan subjektif diukur dengan menggunakan kuesioner 30 Items Of Rating Scale.                Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan kelelahan secara bermakna antara rerata skor kelelahan kerja subjek pada P1 dengan P2, nilai (p < 0,05). Rerata skor kelelahan kerja secara umum sebelum intervensi sebesar 112,61 ± 3,84 dan setelah intervensi 89,07 ± 1,70. Kelelahan Aktivitas turun 11,53%, kelelahan motivasi turun 10,69%, kelelahan fisik turun 16,35%
Identifikasi 8 Aspek Ergonomi di Industri Konstruksi dan Service Mesin Wahyu Susihono
Journal Industrial Servicess Vol 2, No 2 (2017): Maret 2017
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.617 KB) | DOI: 10.36055/jiss.v2i2.1842

Abstract

PT AWW merupakan salah satu perusahaan yang berada di kota Cilegon dan salah satu perusahaanyang bergerak di industri konstruksi dan service mesin. Aktivitas yang ada di lantai produksi, aktivitas kerjayang dilakukan oleh pekerja satu dengan yang lainnya mempunyai task yang berbeda-beda. Terjadi interaksimanusia-mesin pada pekerjaan di mesin bubut, mesin las, mesin milling dan mesin frais. Pada saat ini PT AWWakan meningkatkan kemampun untuk melayani bermacam-macam produk dengan kualitas yang lebih baiksebagaimana tuntutan dan keinginan atau dorongan dari pelanggan. Secara umum sejalan dengan peningkatantarget perusahaan, diperlukan juga peningkatan dari aspek kinerja manusia (human factor). Tujuan daripenelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran usulan perbaikan berbasis kinerja manusia,sehinggadiperlukan identifikasi terhadap 8 aspek ergonomi meliputi kebutuhan nutrisi (energy), tenaga otot, sikap tubuh,lingkungan kerja, kondisi waktu, kondisi sosial, kondisi informasi, dan interaksi manusia mesin. Rancanganpada penelitian ini menggunakan pendekatan metode observasional deskriptif yaitu pengamatan tanpa adanyaintervensi untuk mengungkap fakta suatu sebab-akibat yang diuraikan secara deskriptif. Simpulan padapenelitian ini adalah diperlukan asupan gizi atau nutrisi untuk memulihkan tenaga, diperlukannya desainfasilitas berupa alat bantu untuk mengurangi penggunaan otot berlebih, perlu memperhatikan sistem nilaibudaya dalam adopsi penggunaan alat pelindung (APD) saat bekerja. Perlu perbaikan pada tata letak fasilitaskerja agar lebih nyaman, seperti pengurangan intensitas cahaya agar tidak terlalu tinggi diterima oleh pekerjayang sedang beraktivitas, diperlukan mengatur suhu lingkungan agar dapat diterima oleh tubuh sesuai dengankondisi fisiologis pekerja dan diperlukan rancangan jalur atau lalu lintas pekerja secara aman
Pengukuran Tingkat Kelelahan Kerja Karyawan pada Departemen Operation Director PT. XYZ Ani Umyati; Ekana Kusumaningrum; Wahyu Susihono; Akbar Gunawan
Journal Industrial Servicess Vol 6, No 1 (2020): Oktober 2020
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jiss.v6i1.9477

Abstract

PT. XYZ merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi energi listrik. Energi listrik yang dihasilkan oleh PT. XYZ memasok kebutuhan listrik di kawasan Industri yang berada di Kota Cilegon. Perusahaan tersebut memiliki tiga Departemen, yaitu Operation Director, Planning & Commerce Director, dan Finance & Adm Director. Sekitar 80% proses pembuatan energi listrik dilakukan oleh Departemen Operation Director. Besarnya peranan Departemen Operation Director mengakibatkan besar pula tanggung jawab dan peranan dari semua yang terlibat pada Departemen ini. Hal tersebut dapat meningkatkan potensi kelelahan yang dialami oleh para pekerja di Operation Director Departemen. Gejala kelelahan seperti mengantuk, haus, tidak fokus, pegal pada punggung, pusing, dan lelah pada mata sering kali dialami oleh para pekerja pada saat beraktivitas. Namun sampai saat ini belum ada pengukuran tingkat kelelahan para pekerja, sehingga belum ada ukuran yang terkuantifikasi terkait besaran tingkat kelelahan yang dialami oleh para pekerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan survey menggunakan kuesioner Industrial Fatique Research Committe (IFRC) yang terdiri dari 30 pertanyaan yang dapat mengkuantifikasi tingkat kelelahan berdasarkan 4 (empat) aspek. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 54 orang responden memiliki rerata kelelahan kerja pada Divisi Logistic Manager sebesar 78 ± 5,00 dengan kategori tinggi, Divisi Operation Manager sebesar 68,85 ± 15,66 dengan kategori sedang, dan Divisi Maintenance Manager sebesar 64,20 ± 9,40 dengan kategori sedang. Dari data diatas terlihat bahwa bagian Divisi Logistic Manager mengalami tingkat kelelahan yang paling tinggi dibandingkan dengan bagian yang lain yang terdapat di Departemen Operation Manager.
PENURUNAN KEBOSANAN KERJA MELALUI REDESAIN PALLET Yogi Agnan; Wahyu Susihono; Ade Sri Mariawati
Journal Industrial Servicess Vol 3, No 1c (2017): Oktober 2017
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jiss.v3i1c.2098

Abstract

PT PJC adalah sebuah perusahaan PMA Jepang yang didirikan pada tahun 1976 dan mulai menjalankan produksi pada bulan April 1978. PT PJC merupakan perusahaan patungan dari Dainippon Ink & Chernical - DIC Corp, produsen resin sintetis terkemuka di Jepang & partner lokal. PT PJC sebagai pelopor produsen resin sintetis di Indonesia yang menghasilkan 2 kelompok resin sintetis Coating Resin dan Molding Industri Resin. Ketika proses meyimpan kaleng susunan pallet sering menyebabkan kaleng penyok hal ini Karena desain pallet yang tidak disesuaikan dengan kaleng saat di susun menjadi 4 tingkat. Pada tahun 2016 reject kaleng sebanyak 0.97% untuk resin tipe Lx 45. pada proses filling operator akan melakukan pemaletan kaleng yang telah terisi oleh resin setiap harinya. Aktivits pemaletan dilakukan berulang ulang setiap harinya hal ini dapat menimbulkan kebosanan operator yang dapat menyebabkan menurunnya produktivitas perusahaan. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya kebosanan operator dalam bekerja diperlukan adanya perancangan ulang pallet untuk mengurangi kebosanan kerja operator menggunakan pendekatan kuesioner untuk operator filling di stasiun filling PT PJC. Metode yang digunakan adalah treatment by subject design yaitu mengukur kebosanan operator menggunakan kuesioner dari Anogara kemudian merancang ulang pallet guna menurunkan kebosanan kerja sebagai perbaikan menggunakan pendekatan kreatif. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menggunakan kuesioner didapatkan hasil bahwa 9 operator merasakan kebosanan dengan skor 94,1 ± 8,1 saat operator menggunakan pallet existing, kemudian skor kebosanan kerja operator menurun setelah adanya rancang ulang pallet menjadi 86,4±3,4. 
Evaluasi Karakteristik Pekerja Industri Manufaktur Logam Di Klungkung, Tihingan Provinsi Banten Wahyu Susihono; I Putu Gede Adiatmika
Journal Industrial Servicess Vol 4, No 1 (2018): Oktober 2018
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jiss.v4i1.4093

Abstract

Karakteristik pekerja di tiap wilayah mempunyai pola yang berbeda-beda. Sebagaimana di industri manufaktur logam yang berada di wilayah Klungkung, Provinsi Bali yang telah ada turun temurun sebagai desa wisata penghasil Gamelan. Daerah ini dihunioleh mayoritas pribumi dengan pekerjaan utama adalah penghasil gamelan. Pekerjaan yang ini memerlukan keahlian khusus, tidak sembarang pekerja mampu menyelesaikan produk gamelan dengan kalitas tinggi. Karakteristik pekerja dapat dijadikan sebagai dasar untuk rekaderisasi dan proses intervensi program yang dapat meningkatkan kaualitas kehidupan kerja seiring dengan kemampuan, kebolehan dan keterbatasan yang dimiliki oleh tiap pekerja. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi dengan menggunakan rancangan cross sectional. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini dipilih secara acak dari pekerja yang ada di industri manufaktur logam dengan menggunakan bilangan random, diperoleh jumlah sampel sebanyak 55 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata umur pekerja (n=50) adalah 48,82±9,52 th; IMT 22,60±2,83 kg/m2; Over weigh 9,09%; Under weigh 1,82%; rerata pengalaman kerja 20,18±9,77. Berdasarkan nilai karakteristik yang diperoleh disimpulkan bahwa pekerja tidak lagi mengalami perkembangan otot tubuh, pekerja telah teraklimasi dengan kondisi di lingkungan sekitar, terdapat sebagian kecil konsumsi nutrisi yang memerlukan perhatian khusus agar tubuh berada pada kategori normal, penyelesaian pekerjaan gamelan memerlukan keahlian khusus dan berdasar dari pengalaman kerja yang cukup lama diyakini sebagai usaha warisan. Diperlukan intervensi yang cocok sesuai dengan kondisi dan budaya setempat.
Partisipatori Ergonomi: Redesain Hand Tools Pertanian Menurunkan Kebosanan Kerja Wahyu Susihono; Kulsum Kulsum
Journal Industrial Servicess Vol 1, No 1 (2015): Oktober 2015
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jiss.v1i1.316

Abstract

Alat bantu tani sangat bervariatif, namun demikian masih banyak desain alat-alat pertanian yang baru sekedar memperhatikan fungsinya, belum mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan pengguna, sehingga beberapa tools yang belum ergonomis seperti desain arit yang beredar di pasar tradisional pada umumnya. Penggunaan tools yang tidak mempertimbangkan keinginan pengguna berdampak pada kebosanan atau penurunan gairah kerja. dibutuhkan desain yang sesuai dengan keinginan pengguna. Penelitian ini masuk pada kategori penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan sama subjek (treatment by subject design). Subjek dipilih secara rundom (Random Sampling). Sampel berjumlah 48 orang yang telah dipilih dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Perlakuan subjek terdiri dari kondisi sebelum intervensi (Periode I), kemudian subjek menjadi kelompok intervensi (Periode II). Uji Normalitas data menggunakan uji Shapiro Wilk dengan taraf kemaknaan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ho ditolak yang artinya terdapat penurunan secara bermakna antara rerata skor kebosanan kerja subjek atau nilai P < 0,05. Rerata skor kebosanan kerja sebelum intervensi sebesar 96,39 ± 5,65 dan setelah intervensi 68,96 ± 3,75. Redesain tools berdasarkan kebutuhan pengguna dapat menurunkan kebosanan pekerja sebesar 28,45 %. 
ANALISIS TINGKAT STRES KERJA DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES KERJA PADA PEGAWAI BPBD KOTA CILEGON Lovely Lady; Wahyu Susihono; Ade Muslihati
Journal Industrial Servicess Vol 3, No 1b (2017): Oktober 2017
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.355 KB) | DOI: 10.36055/jiss.v3i1b.2084

Abstract

Badan Penanggulangan Bencana Daerah merupakan salah satu Perangkat Daerah Kota Cilegon yang mempunyai tugas yaitu usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi. Dalam menjalankan tugasnya untuk membantu masyarakat dalam pencegahan bencana dan penanganan bencana, Pegawai Negeri Sipil rentan terhadap stres karena tuntutan pekerjaan yang berat dan tugasnya sebagai pelayan masyarakat dalam penanggulangan bencana, pegawai setiap saat harus waspada terhadap bencana yang akan terjadi. Berdasarkan penelitian terdahulu, hasil pengolahan beban kerja pegawai BPBD Kota Cilegon sangat tinggi sebanyak 7 orang, tinggi sebanyak 2 orang, dan sangat rendah 10 orang. Beban kerja yang tinggi dapat menyebabkan stres kerja. Tujuan penelitian yaitu mengukur tingkat stres kerja pegawai dan mengetahui faktor-faktor penyebab stres kerja. Penelitian ini menggunakan kuesioner NIOSH Generic Job Stress Questionnaire. Hasil penelitian adalah Pegawai yang mengalami stres kerja sebanyak 9 orang dan tidak stres 10 orang. Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, umur, jumlah anak, masa kerja, kebisingan, suhu, ventilasi, ketidakpastian pekerjaan, tanggung jawab terhadap pekerja lain dan aktivitas di luar pekerjaan dengan stres kerja. Penyebab stress kerja pada karyawan adalah tipe kepribadian kepribadian A, penilaian diri, pencahayaan, konflik peran, ketaksaan peran, konflik interpersonal, kurangnya kontrol, kurangnya kesempatan kerja, jumlah beban kerja, variasi beban kerja, kemampuan yang tidak digunakan, tuntutan mental dan dukungan sosial dengan stres kerja. 
Analisis Postur Kerja Dengan Metode Rappid Upper Limb Assessment (Rula) Sebagai Dasar Rekomendasi Redesign Fasilitas Kerja Wahyu Susihono
Journal Industrial Servicess Vol 1, No 2 (2016): Maret 2016
Publisher : Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (647.057 KB) | DOI: 10.36055/jiss.v1i2.1617

Abstract

Aktivitas kerja dengan menggunakan tenaga manual manusia (manual material handling) dan dilakukan secara berulang-ulang serta dalam jangka waktu yang lama berdampak pada peningkatan aktivitas otot tubuh statis pekerja. Proses kerja yang tidak mengindahkan kaidah ergonomi atau sikap aman dan nyaman, dapat menimbulkan resiko terjadinya keluhan otot dan rangka terutama pada bagian otot skeletal atau postural stress. Oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya keluhan postural stress diperlukan analisis postur kerja dengan menggunakan pendekatan metode RULA pada setiap aktivitas kerja operator. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional deskriptif. Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa skor RULA tertinggi pada proses pengelasan sebesar 7, yang artinya postur pekerja beresiko tinggi dan dibutuhkan tindakan perbaikan sesegera mungkin. Hal tersebut dikarenakan sikap kerja operator berjongkok ketika melakukan pengelasan. Kemudian berdasarkan hasil dari skor RULA tersebut diperlukan rancangan Teknologi Tepat Guna (TTG) berupa meja katrol sebagai tempat pengelasan yang disesuaikan dengan antropometri tubuh pekerja dengan ditambahkan dengan nilai perchenthile untuk memberikan kenyamanan saat digunakan