Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

SEBARAN SPASIAL LOGAM Pb, Cd, Cu, Zn DAN FRAKSI GEOKIMIA DI SEDIMEN PERAIRAN PANTAI KOTA MAKASSAR Shinta Werorilangi; Alfian Noor; M. Farid Samawi; Ahmad Faizal; Akbar Tahir
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 5 NOMOR 1, 2019
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v5i1.7029

Abstract

Perairan pantai Kota Makassar, termasuk dua muara sungai yang mengapit, yaitu Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo banyak mendapat inputan logam dari badan sungai dan dari daratan utama, berupa limbah industri dan limbah perkotaan.  Penelitian ini bertujuan untuk menentukan distribusi spasial konsentrasi Pb, Cd, Cu, dan Zn serta fraksi bioavailable di sedimen perairan pantai Kota Makassar. Penelitian dilakukan di wilayah perairan pantai Kota Makassar, mulai dari muara Sungai Jeneberang hingga muara Sungai Tallo. Pengukuran logam dilakukan pada sedimen berukuran < 63 μm. Spesiasi logam pada fraksi sedimen ditentukan dengan metode Community Bureau of Reference (BCR) Three-steps Sequential method yang menghasilkan fraksi exchangeable dan acid soluble, reducible, serta oxidisable. Interpolasi sebaran spasial logam di sedimen dilakukan dengan menggunakan teknik Sistem Informasi Geografis (SIG) yaitu block kriging (BK) dengan  program Arc View.  Sebaran logam sangat ditentukan oleh input atau sumber dari daratan dimana sebaran spasial logam Pb, Cd, Cu, dan Zn di sedimen meningkat ke arah utara pantai Kota Makassar.  Sebaran spasial fraksi 1 (terlarut dalam asam, acid reducible) logam Pb dan Cu tidak berbanding lurus dengan sebaran konsentrasi totalnya  di sedimen. Sedangkan sebaran spasial fraksi 1 logam Cd dan Zn berbanding lurus dengan sebaran konsentrasi totalnya di sedimen.
SHORT-TERM OBSERVATION ON MARINE DEBRIS AT COASTAL AREAS OF TAKALAR DISTRICT AND MAKASSAR CITY, SOUTH SULAWESI-INDONESIA Akbar Tahir; Shinta Werorilangi; Fajar Maulana Isman; Adi Zulkarnaen; Arniati Massinai; Ahmad Faizal
Jurnal Ilmu Kelautan SPERMONDE VOLUME 4 NOMOR 2, 2018
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jiks.v4i2.7061

Abstract

Marine debris is defined as material that is solid, persistent, manufactured or processed, and deliberately or not-deliberately left in the marine environment. Marine debris comes in many shapes and forms, ranging in size from microscopic microplastics to large vessels. Marine debris is a big and growing global problem, pose threats to marine life sustainability. Plastic is a major component of marine debris, and single-use packaging accounts for an increasing part of the global marine debris load. Research on marine debris was conducted on coastal areas and Small Island of South Sulawesi destined for local tourism, i.e., Karama beach, Bodia beach and Mandi beach (Galesong, Takalar District), Tanjung Bayang beach, Akkarena beach and Lae-lae island/also known as Bob beach (Makassar City). This research was aimed at identifying marine debris according to its types, size, and mass. Debris was collected in a 25 x 60 m transect with direction 30 m towards land and waters, respectively, with 3 replication transects at every location, whilst collections of debris were conducted during low and high tides. Current (direction and speed) and waves (incoming direction and height) were also measured as supporting parameters. Surrounding sampling location characteristics were also recorded. The result showed that Karama beach is found with highest total marine debris mass in Takalar (36.44 kg), whilst in Makassar, the Lae-lae island was found to be the highest with debris mass (43.22 kg). Plastic was predominant debris at all sampling locations with percentages of 62.7 – 86.6%. Lastly, the predominant size was macro-debris (25-100 cm).
AKUMULASI MIKROPLASTIK PADA SPESIES IKAN EKONOMIS PENTING DI PERAIRAN PULAU BARRANGLOMPO, MAKASSAR Rahmat Sawalman; Neviaty Putri Zamani; Shinta Werorilangi; Meutia Samira Ismet
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis Vol. 13 No. 2 (2021): Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis
Publisher : Department of Marine Science and Technology, Faculty of Fisheries and Marine Science, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jitkt.v13i2.34587

Abstract

Microplastics (MPs) have been found in various marine compartments especially in fish, and there is limited information regarding the accumulation of MPs in fish organs. Therefore, this study aimed to investigate the presence of microplastics in economically important fish organs (Hemiramphus far, Siganus virgatus, and Lethrinus lentjan) at Barranglompo Island Waters, Makassar, and also to identify the characteristics of microplastics including color, shape, and size. Each organ was extracted using KOH 20% and the MPs characteristics were observed visually using a stereomicroscope. The result showed that MPs were found in gills, gastrointestinal tract, and flesh of three fish species. The detection rate of MPs in H. far, S. virgatus, and L. lentjan was 100%, 100%, and 82%, respectively. The most common MP color was blue, the shape was predominantly line, and the most abundant size range was 1–5 mm. Further studies are needed to investigate the accumulation of MPs in fish organs experimentally in the laboratory.
Spectral Characteristics of Plastic Debris in the Beach: Case Study of Makassar Coastal Area Ahmad Faizal; Shinta Werorilangi; Wasir Samad
Indonesian Journal of Geography Vol 52, No 1 (2020): Indonesian Journal of Geography
Publisher : Faculty of Geography, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.158 KB) | DOI: 10.22146/ijg.40519

Abstract

Plastic debris becomes a global problem that threatens the coastal ecosystems, and the supralittoral area (beach) turns to be a place for plastic debris to accumulate. Data from the United Nations (UN) states that Indonesia is the second plastic debris contributor in world waters. This study aimed to examine the spectral characteristics of plastic debris accumulated on the beach. The data was collected from the coast of Makassar at 3 different stations: Jenneberang  River estuary, Losari  Beach and Tallo River estuary. The spectral sample was measured using a 4000 A spectroradiometer that works on a wavelength spectrum of 340 - 1040 nm. The results showed that the optimum value for plastic debris identification in the coastal area at low tide (dry sand) is 450-670 nm and at high tide (wet sand) is 450-950 nm.  This value will be a reference in the remote sensing method, especially multispectral classification in mapping plastic debris found in coastal areas, and will be one solution to effectively mapping plastic debris.
Identifikasi Sampah Laut Terapung (Floating Marine Debris) Berdasarkan Pola Musim di Perairan Pulau Barranglompo, Kota Makassar. Rafsanjani; Shinta Werorilangi; Wasir Samad; Amran Saru; Ahmad Faizal
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 8 (2021): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL VIII KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sampah laut (marine debris) menjadi permasalahan yang semakin penting untuk dituntaskan semenjak Indonesia didaulat menjadi negara penghasil sampah terbanyak kedua di dunia setelah Cina. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi jenis dan menghitung kelimpahan sampah makro terapung serta melihat pola sebarannya dan pengaruh musim di perairan Pulau Barranglompo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 sampai Maret 2020. Metode pengambilan sampel sampah laut terapung menggunakan neustone net ukuran mesh size 0,5 mm dan luas bukaan jaring 150 cm x 50 cm, kemudiandipasang pada bagian belakang perahu lalu ditarik dengan kecepatan ±5 knot. Jenis sampah makro terapung yang didapatkan di perairan Pulau Barranglompo pada musim timur dan musim barat didominasi oleh sampah makro jenis plastik, kemudian diikuti oleh busa plastik, kaca dan keramik, kertas dan kardus, kayu dan bahan lainnya. Rata-rata kelimpahan jumlah sampah makro pada musim timur adalah 19.166,67 potong/km2 dan rata-rata kelimpahan berat sebesar 269.422 gram/km2 sedangkan kelimpahan jumlah sampah makro pada musim barat adalah 12.833,34 potong/km2 dan rata-rata kelimpahan berat sebesar 145.526,5 gram/km2. Kelimpahan sampah makro pada musim timur lebih tinggi dibandingkan dengan kelimpahan sampah makro pada musim barat. Kuat dugaan bahwa intensitas angin yang tinggi memicu kuatnya arus permukaan yang membawa sampah laut permukaan jauh ke arah utara hingga perairan Pulau Barranglompo selama periode musim timur.
Identifikasi Sampah Laut Permukaan Kaitannya dengan Pola Arus di Perairan Pulau Barrangcaddi, Kota Makassar. Muh Asmal; Shinta Werorilangi; Wasir Samad; Sulaiman Gosalam; Mahatma Lanuru
Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan Vol. 8 (2021): PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL VIII KELAUTAN DAN PERIKANAN UNHAS
Publisher : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP), Universitas Hasanuddin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sampah laut (marine debris) merupakan bahan padat persisten yang sengaja atau tidak sengaja dibuang atau ditinggalkan ke dalam lingkungan laut. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi jenis dan menghitung kelimpahan sampah makro terapung serta menjelaskan karakteristik oseanografi terkait pola sebaran sampah laut dan kaitannya dengan pola arus di perairan Pulau Barrangcaddi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2019 sampai Maret 2020. Metode pengambilan sampel sampah laut terapung menggunakan neustone net ukuran mesh size 0,5 mm dan luas bukaan jaring 150 cm x 50 cm, kemudian dipasang pada bagian belakang perahu lalu ditarik dengan kecepatan ±5 knot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis sampah laut terapung ukuran makro yang didapatkan di perairan Pulau Barrangcaddi pada musim timur dan musim barat didominasi oleh sampah makro berjenis plastik, kemudian diikuti oleh busa plastik, logam, kertas dan kardus, dan kayu. Rata-rata kelimpahan jumlah sampah makro pada musim timur adalah 14.833potong/km2 dan rata-rata kelimpahan berat sebesar 280.270 gram/km2 sedangkan kelimpahan jumlah sampah makro pada musim barat adalah 11.333 potong/km2 dan rata-rata kelimpahan berat sebesar 82.636 gram/km2. Kelimpahan sampah makro pada musim timur lebih tinggi dibandingkan dengan kelimpahan sampah makro pada musim barat. Akumulasi sampah makro yang tersebar diduga kuat terbawa oleh arus permukaan laut akibat intensitas hembusan angin musim timur serta diperkuat letak perairan Pulau Barrangcaddi dekat dengan daratan kota Makassar, sehingga sampah makro yang terbawa oleh angin dan arus cenderung ke utara selama periode musim timur.
The Influence of Ocean Current Patterns on Surface Marine Debris Distribution In Makassar City Waters Ahmad Faizal; Shinta Werorilangi; Wasir Samad
Jurnal IPTEKS Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Vol. 10 No. 1 (2023)
Publisher : Hasanuddin University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jipsp.v10i1.26391

Abstract

A survey of the abundance and distribution of macro debris (>2.5 - <100 cm) and meso-debris (>0.5 – <2.5 cm) has been carried out in Makassar City waters. This research was carried out to map the distribution of surface marine debris following ocean current patterns. The macro debris abundance range is 2222-17222 items/km2 and the meso-debris range is 2222-30556 items/km2, with the dominance of 47,03% plastic debris for macro sizes and 49,74% wood debris for meso-sizes. The highest abundance was found at the Jeneberang estuary, then at the Losari Coastal Waters and the lowest at the mouth of the Tallo River. The current pattern in Makassar City waters at low or high tide tends to move from north to south towards the  Jeneberang River estuary, with the current speed getting southern and slower. This condition causes a high abundance of macro and meso debris at the mouth of the Jeneberang River.