Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

PENGARUH POSISI SILKWORM FIBER TERHADAP KEKUATAN DIAMETRAL SILKWORM FIBER REINFORCED COMPOSITE Diandita, Prima; Faizah, Ariyani
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi) Vol 1. No 2. 2017
Publisher : Muhammadiyah University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Bahan pembuat gigi tiruan cekat (GTC) telah berkembang yaitu dengan FRC. FRC merupakan campuran dari dua komponen yaitu komposit dan fiber. Fiber pada komposit mampu meningkatkan sifat mekanis pada FRC. Fiber yang digunakan adalah natural fiber. Salah satu contoh natural fiber adalah silkworm fiber. Kandungan serisin pada silkworm bersifat hidrofobik yang menjadikan fiber tidak mudah menyerap air sehingga dapat memperkuat. Tujuan penelitian: Mengetahui pengaruh posisi silkworm fiber terhadap kekuatan diametral silkworm fiber reinforced composite dan untuk mengetahui posisi silkworm fiber yang menunjukkan hasil kekuatan diametral paling tinggi. Metode Penelitian: Menggunakan cetakan yang berbentuk disk dengan diameter 6mm dan tinggi 3mm berjumlah 27 sampel yang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu compression side, neutral side dan tension side. Sampel berupa komposit dan fiber yang diletakkan pada cetakan sesuai dengan kelompok, disinar selama 20 detik kemudian direndam dalam akuades dan diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam. Orientasi silkworm fiber  unidirectional dan sampel dilakukan pengujian menggunakan universal testing machine. Hasil: Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan nilai rerata ketiga kelompok. Perbedaan pengaruh diuji menggunakan ANAVA satu jalur dan uji LSD. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan pengaruh antar kelompok dengan nilai signifikansi p=0,000 (p<0,05). Kesimpulan: Terdapat pengaruh posisi silkworm fiber terhadap kekuatan diametral silkworm fiber reinforced composite. Posisi tension side menunjukkan hasil rerata kekuatan diametral paling tinggi.
PERAWATAN KURETASE GINGIVA PADA GIGI INCISIVUS LATERAL RAHANG BAWAH (Laporan Kasus) Asykarie, Ichda Nabiela Amiria; Faizah, Ariyani
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi) Vol 1. No 1. 2017
Publisher : Muhammadiyah University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1019.207 KB)

Abstract

Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan salah satu yang perlu diperhatikan, hal ini ditandai dengan tingkat prevalensi kerusakan gigi dan mulut seperti karies dan penyakit periodontal yang tinggi. Penyakit periodontal di awali ketika plak atau kalkulus terakumulasi pada permukaan gigi. Kalkulus sendiri merupakan faktor yang mempunyai kontribusi sebagai faktor etiologi penyakit periodontal. Perawatan awal pada penyakit periodontal adalah dengan menghilangkan faktor etiologi yaitu dengan scalling dan root planning serta kuretase. Studi ini bertujuan untuk membahas tentang penatalaksanaan perawatan kuretase gingiva pada seorang laki-laki berusia 22 tahun yang mengalami gingivitis dengan poket periodontal sedalam 4 mm dengan skor BOP 4 pada gigi incisivus lateral kanan rahang bawahnya. Dilakukan perawatan scalling dan root planning. Kemudian dilanjutkan dengan perawatan kuretase gingiva menggunakan teknik kuretase ultrasonic menggunakan scaler ultrasonic. Dua minggu kemudian kedalaman poket sudah berkurang sekitar 2 mm dan skor BOP 0. Dari hasil pemeriksaan klinis perawatan kuretase gingiva gigi incisivus lateral rahang bawah pada kasus ini dapat dikatakan berhasil.
Pengaruh komposisi beberapa glass fiber non dental terhadap kelarutan komponen fiber reinforced composites Ariyani Faizah; W. Widjijono; N Nuryono
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 2, No 1 (2016): April
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.656 KB) | DOI: 10.22146/majkedgiind.11249

Abstract

The effect of composition glass fiber non dental on water solubility of fiber reinforced composites. E glass fiber dental is one of the most used dental fibers in several applications in the dental  field. However, the available of E glass fiber dental in Indonesia is very limited. A variety of types of non-dental glass fiber material is easily found as the materials engineering. The purpose of the study was to evaluate the effect of composition non dental glass fiber on the component solubility of FRC. The materials used in the research was E glass fiber dental (Fiber splint, Polydentia SA, Switzerland), composition A non-dental glass fiber (LT, China), composition B (CMAX, China), composition C (HJ, China), flowable composite (Charmfill Flow, Denkist, Korea) and silane coupling agent (Monobond S, Ivoclair Vivadent, Liechtenstein). The subject was divided into 4 groups. Component solubility test was based on the ISO 4049. The result was then analyzed with one way ANOVA (α=0,05). The result of the research showed that on the average percentage of the solubility (%), the lowest was on the group of E glass fiber dental (0.476±0.03) and the highest was on the non dental glass fiber C (0.600±0.01). The result of the one way ANOVA test showed a significant difference between the compositiom fiber on the component solubility. The conclusion the research was that low content of Na2O K2O, CaO and MgO decreased the component solubility of FRC.ABSTRAKE glass fiber dental adalah fiber yang sering digunakan di kedokteran gigi. Ketersediaan E glass fiber di Indonesia masih sangat terbatas. Berbagai jenis bahan glass fiber non dental banyak ditemukan dipasaran sebagai material engeenering dengan harga yang relatif murah sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif pengganti E glass fiber dental. Komposisi glass fiber non dental hampir sama dengan E glass fiber dental. Komposisi berpengaruh terhadap sifat mekanis dan sifat-sifat kimia fiber. Komposisi glass fiber seperti Na2O dan K2O akan meningkatkan ketahanan terhadapap air. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh komposisi glass fiber non dental terhadap kelarutan komponen. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah E glass fiber dental (Fiber-splint, Polydentia SA, Switzerland), glass fiber non dental komposisi A (LT, China), komposisi B (CMAX, China), komposisi C (HJ, China), flowable komposit (CharmFill Flow, Denkist, Korea) dan silane coupling agent (Monobond S, Ivoclar Vivadent, Liechtenstein). Subjek dibagi dalam 4 kelompok untuk dilakukan uji kelarutan berdasarkan ISO 4049. Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan ANAVA satu jalur (a = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan rerata kelarutan komponen (%) yang terendah pada kelompok E-glass fiber dental (0,476±0,03) dan hasil tertinggi pada glass fiber non dental C (0,600±0,01). Hasil uji Anava satu jalur menunjukkan perbedaan yang bermakna antara komposisi fiber pada kelarutan komponen (p<0,05). Kesimpulan penelitian adalah komposisi Na2O dan K2O serta CaO dan MgO yang rendah dapat menurunkan sifat kelarutan komponen dari fiber reinforced composites.
Effects of silkworm fiber position on flexural and compressive properties of silk fiber-reinforced composites Ariyani Faizah; Dendi Murdiyanto; Yulita Nur Widyawati; Narawidya Laksmi Dewi
Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi) Vol. 51 No. 2 (2018): June 2018
Publisher : Faculty of Dental Medicine, Universitas Airlangga https://fkg.unair.ac.id/en

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/j.djmkg.v51.i2.p57-61

Abstract

Background: Fiber-reinforced composites represent a combination of fiber-reinforced composite materials. The availability of fiber within dentistry in Indonesia is limited and, therefore, requires lengthy advance ordering. The increasing use of fiber derived from natural materials, such as silk, is of greater concern due to its considerable mechanical strength, biocompatibility and wider availability. The application of fiber will increase the mechanical strength of fiber-reinforced composites, including both flexural and compression strength. One factor affecting the mechanical strength of fiber is the laying of fiber or fiber position. Purpose: The purpose of this research is to establish the influence of silkworm fiber position on both the flexural and compression strength of silk fiber-reinforced composites. Methods: Flexural strength and compression strength tests using a universal testing machine involved the division of the research population into three treatment groups: compression side, neutral side and tension side. Results: The results of data analysis indicated that the tension side group possessed the highest flexural strength (121.42 MPa), while the compression side group demonstrated the highest compression strength (337.65 MPa). A one-way ANOVA analysis test produced a significant result of p = 0.000 (<0.05) both for silkworm fiber position effect and compression strength of silk fiber reinforced composites. Conclusion: The position of silkworm fiber will affect its flexural strength as well as that of the compression of silk fiber-reinforced composites.
PERAWATAN KURETASE GINGIVA PADA GIGI INCISIVUS LATERAL RAHANG BAWAH (Laporan Kasus) Ichda Nabiela Amiria Asykarie; Ariyani Faizah
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi) Vol 1. No 1. 2017
Publisher : Muhammadiyah University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia merupakan salah satu yang perlu diperhatikan, hal ini ditandai dengan tingkat prevalensi kerusakan gigi dan mulut seperti karies dan penyakit periodontal yang tinggi. Penyakit periodontal di awali ketika plak atau kalkulus terakumulasi pada permukaan gigi. Kalkulus sendiri merupakan faktor yang mempunyai kontribusi sebagai faktor etiologi penyakit periodontal. Perawatan awal pada penyakit periodontal adalah dengan menghilangkan faktor etiologi yaitu dengan scalling dan root planning serta kuretase. Studi ini bertujuan untuk membahas tentang penatalaksanaan perawatan kuretase gingiva pada seorang laki-laki berusia 22 tahun yang mengalami gingivitis dengan poket periodontal sedalam 4 mm dengan skor BOP 4 pada gigi incisivus lateral kanan rahang bawahnya. Dilakukan perawatan scalling dan root planning. Kemudian dilanjutkan dengan perawatan kuretase gingiva menggunakan teknik kuretase ultrasonic menggunakan scaler ultrasonic. Dua minggu kemudian kedalaman poket sudah berkurang sekitar 2 mm dan skor BOP 0. Dari hasil pemeriksaan klinis perawatan kuretase gingiva gigi incisivus lateral rahang bawah pada kasus ini dapat dikatakan berhasil.
PENGARUH POSISI SILKWORM FIBER TERHADAP KEKUATAN DIAMETRAL SILKWORM FIBER REINFORCED COMPOSITE Prima Diandita; Ariyani Faizah
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi) Vol 1. No 2. 2017
Publisher : Muhammadiyah University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Bahan pembuat gigi tiruan cekat (GTC) telah berkembang yaitu dengan FRC. FRC merupakan campuran dari dua komponen yaitu komposit dan fiber. Fiber pada komposit mampu meningkatkan sifat mekanis pada FRC. Fiber yang digunakan adalah natural fiber. Salah satu contoh natural fiber adalah silkworm fiber. Kandungan serisin pada silkworm bersifat hidrofobik yang menjadikan fiber tidak mudah menyerap air sehingga dapat memperkuat. Tujuan penelitian: Mengetahui pengaruh posisi silkworm fiber terhadap kekuatan diametral silkworm fiber reinforced composite dan untuk mengetahui posisi silkworm fiber yang menunjukkan hasil kekuatan diametral paling tinggi. Metode Penelitian: Menggunakan cetakan yang berbentuk disk dengan diameter 6mm dan tinggi 3mm berjumlah 27 sampel yang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu compression side, neutral side dan tension side. Sampel berupa komposit dan fiber yang diletakkan pada cetakan sesuai dengan kelompok, disinar selama 20 detik kemudian direndam dalam akuades dan diinkubasi pada suhu 37o C selama 24 jam. Orientasi silkworm fiber  unidirectional dan sampel dilakukan pengujian menggunakan universal testing machine. Hasil: Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan nilai rerata ketiga kelompok. Perbedaan pengaruh diuji menggunakan ANAVA satu jalur dan uji LSD. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan pengaruh antar kelompok dengan nilai signifikansi p=0,000 (p0,05). Kesimpulan: Terdapat pengaruh posisi silkworm fiber terhadap kekuatan diametral silkworm fiber reinforced composite. Posisi tension side menunjukkan hasil rerata kekuatan diametral paling tinggi.
PENGARUH CARA PENGERINGAN SILANE TERHADAP KEKUATAN FLEKSURAL FIBER REINFORCED COMPOSITE ariyani Faizah
JIKG (Jurnal Ilmu Kedokteran Gigi) Vol 4, No 1 (2021): Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Muhammadiyah University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Fiber reinforced composite (FRC) merupakan suatu komposit yang diperkuat oleh fiber yang dilapisi silane coupling agents. Silane merupakan zat kimia berbahan dasar silikon yang berfungsi untuk mengikat dua material  yaitu fiber dan komposit. Ikatan tersebut  terbentuk apabila silane diaktifkan  melalui prosedur silanization   terdiri dari proses hidrolisis dan kondensasi. Hidrolisis adalah  menguraikan bahan anorganik melalui proses pengeringan dan ikatan kimia yang kuat akan terbentuk melalui proses kondensasi. Ikatan antara fiber dan komposit yang baik dapat meningkatkan sifat mekanik dari FRC. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui  pengaruh cara pengeringan silane terhadap kekuatan fleksural FRC dan mengetahui pengaruh cara pengeringan silane terhadap kekuatan fleksural FRC. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris murni. Sampel berjumlah 32  dengan dua kelompok perlakuan yaitu kelompok I dengan cara pengeringan silane tanpa alat dan kelompok II dengan cara pengeringan silane menggunakan kipas elektrik. Ukuran sampel 25 mm x 2 mm x 2 mm. Pengujian kekuatan fleksural menggunakan Universal Testing Machine. Penelitian menunjukkan kelompok II  memiliki kekuatan fleksural lebih tinggi yaitu 124,2231 MPa. Perbedaan rata-rata kekuatan fleksural diuji menggunakan Independent Sample T-test  menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok dengan nilai signifikansi p=0,000 (p0,05). Cara pengeringan silane berpengaruh terhadap kekuatan fleksural FRC dan pengeringan silane menggunakan kipas elektrik lebih optimal dibandingkan dengan pengeringan silane tanpa alat. Kata Kunci: cara pengeringan silane , fiber reinforced composite (FRC), kekuatan fleksural
PENGARUH LARUTAN KUMUR 10% TANAMAN SARANG SEMUT (Myrmecodia tuberosa) TERHADAP STABILITAS WARNA RESIN KOMPOSIT NANOHYBRID Ariyani Faizah; Wahyu Sandri Dwi Kusuma
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 13th University Research Colloquium 2021: Kesehatan dan MIPA
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.911 KB)

Abstract

Resin komposit nanohybrid adalah salah satu jenis bahan tumpatan sewarna gigi yang banyak digunakan karena mempunyai estetik yang baik, tetapi mempunyai kekurangan yaitu dapat mengalami perubahan stabilitas warna. Perubahan stabilitas warna resin komposit nanohybrid salah satunya disebabkan oleh penggunaan larutan kumur. Larutan kumur chlorhexidine gluconate 0,2% memiliki aktivitas antibakteri dan banyak digunakan tetapi menyebabkan diskolorasi bahan tumpatan. Dalam berbagai penelitian diketahui tanaman sarang semut (Myrmecodia tuberosa)memiliki kandungan antibakteri yang baik pada bakteri gram positif maupun negatif, sehingga dapat dijadikan alternatif untuk menggantikan chlorhexidine gluconate 0,2%. Tujuan untuk mengetahui pengaruh larutan kumur 10% tanaman sarang semut (Myrmecodia tuberosa) terhadap stabilitas warna resin komposit nanohybrid. Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan 27 spesimen resin komposit nanohybrid berbentuk disk dengan ukuran diameter 10 mm dan tinggi 2 mm, dibagi ke dalam 3 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 9 spesimen. Semua kelompok direndam dalam 24 jam aquades lalu diukur nilai perubahan warna awal dengan chromameter dan rumus CIE l*a*b*, kemudian kelompok A direndam larutan kumur tanaman sarang semut (Myrmecodia tuberosa) konsentrasi 10%, kelompok B dalam chlorhexidine gluconate 0,2%, dan kelompok C dalam aquades. Spesimen kemudian dilakukan pengukuran warna akhir dengan chromameter dan rumus CIE l*a*b. Hasil uji post hoc dengan least significant difference (LSD) menunjukkan antara kelompok A dengan kelompok B memiliki sig=0,293 (sig>0,05), kelompok A dengan kelompok C memiliki sig=0,000 (sig<0,05) dan Kelompok B dengan kelompok C memiliki sig=0,003 (sig<0,05) sehingga dapat disimpulkan larutan kumur 10% tanaman sarang semut (Myrmecodia tuberosa) berpengaruh terhadap stabilitas warna resin komposit nanohybrid dan tidak ada perbedaan yang signifikan dengan chlorhexidine gluconate 0,2%.
Curettage as a Follow-up Treatment in Lower Anterior Gingivitis Cases: Case Report Ariyani Faizah; Izdihar Silmina
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 14th University Research Colloquium 2021: Bidang Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.516 KB)

Abstract

Jaringan periodontal adalah jaringan sekitar gigi memiliki fungsi untuk mempertahankan gigi agar tetap pada soketnya. Jaringan periodontal terdiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal, dan tulang alveolar. Masalah kondisi yang sering dikeluhkan pada jaringan periodontal diantaranya pembengkakan pada gingiva, atau gingivitis. Gingivitis adalah suatu peradangan pada jaringan lunak gingiva di sekitar gigi. Plak atau kalkulus merupakan faktor utama terjadinya gingivitis. Perawatan yang dilakukan untuk kasus gingivitis adalah perawatan inisial atau disebut dengan perawatan fase 1, jika masih terdapat tanda klinis peradangan maka dilanjutkan dengan perawatan fase 2 berupa kuretase. Studi ini bertujuan untuk membahas penatalaksanaan eliminasi gingivitis dengan scalling dan root planning dilanjutkan dengan kuretase. Kasus : seorang perempuan usia 22 tahun mengalami gingivitis disertai adanya poket periodontal terdapat pada bagian labial gigi anterior rahang bawah sedalam 3 mm serta BOP positif. Dimulai dengan perawatan fase 1, scalling dan root planning. Hasil evaluasi masih terdapat tanda inflamasi, seperti pembengkakan berwarma kemerahan pada gingiva, maka dilanjutkan perawatan lanjutan fase 2 perawatan korektif yaitu kuretase. Setelah 14 hari menghasilkan gambaran klinis berkurangnya area inflamasi, ditandai warna gingiva lebih pucat dari sebelumnya dengan tekstur gingiva stipling, kedalaman poket berkurang dan BOP negatif. Dari hasil evaluasi pemeriksaan, perawatan kuretase pada kasus ini dikatakan berhasil.
Curettage Treatment In Cases Of Gingivitis Et Causa Plaque And Dental Calculus 41,42: Case Report Ariyani Faizah; Mutiara Anindhita
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 14th University Research Colloquium 2021: Bidang Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.147 KB)

Abstract

Latar Belakang: Gingivitis merupakan inflamasi yang melibatkan jaringan lunak disekitar gigi seperti gingiva disertai adanya kehilangan perlekatan. Salah satu penyebab utama gingivitis karena adanya akumulasi plak. Perawatan yang dilakukan pada pasien dengan gingivitis initial phase yaitu scaling dan root planning. Dilanjukan dengan kontrol satu minggu pasca perawatan untuk mengevaluasi keadaan gingiva, apabila tidak berhasil maka perawatan yang akan dilakukan adalah surgical therapy yaitu kuretase gingiva. Tujuan: Laporan kasus ini membahas kuretase sebagai perawatan gingivitis pada gigi 41, 42. Laporan kasus: Pasien berusia 24 tahun mengalami gingivitis adanya bleeding on probing pada gingiva regio anterior rahang bawah Perawatan scaling dan root planning telah dilakukan dan tidak menunjukan adanya perbaikan, kemudian dilanjutkan dengan perawatan kuretase dengan hasil BOP (-),dengan probing depth mesial-midlabial-distal gigi 41 adalah 2 mm, dan gigi 42 adalah 1mm-2mm-2mm. Kesimpulan: evaluasi kuretase dapat dilihat dari kontrol Satu minggu pasca perawatan, pasien mengaku tidak ada keluhan, kondisi gingiva tidak terdapat pembengkakan, warna coral pink, stippling, konsistensi kenyal, dan BOP (-),dengan probing depth mesial- midlabial-distal gigi 41 adalah 2 mm, dan gigi 42 adalah 1mm-2mm-2mm.