Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

KAJIAN TARIF ANGKUTAN KOTA TRAYEK 011 DI KOTA TASIKMALAYA Judiantono, Tonny; S. Permana, Yoga; Z. Tamin, Ofyar
Jurnal Transportasi Vol 9, No 1 (2009)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.998 KB)

Abstract

The identification of transportation cost structure could help public transportation managers to determine the minimum tariff that can provide the maximum service for peoples. The tariff should be acceptable by the users and still gives fair profit for the operators. This study investigated the public transport Rute number 011(Sub Terminal Pancasila – Pasirangin) in Tasikmalaya City, to find the ability and the willingness to of the users. It was found that the current fare of public transport for Kota Tasikmalaya is higher than the ability to pay of the users.Keywords: tariff, fare, public transportation, and ability to pay.
KAJIAN TARIF ANGKUTAN KOTA TRAYEK 011 DI KOTA TASIKMALAYA Judiantono, Tonny; S. Permana, Yoga; Z. Tamin, Ofyar
Jurnal Transportasi Vol 9, No 1 (2009)
Publisher : Jurnal Transportasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.998 KB) | DOI: 10.26593/jt.v9i1.345.%p

Abstract

The identification of transportation cost structure could help public transportation managers to determine the minimum tariff that can provide the maximum service for peoples. The tariff should be acceptable by the users and still gives fair profit for the operators. This study investigated the public transport Rute number 011(Sub Terminal Pancasila – Pasirangin) in Tasikmalaya City, to find the ability and the willingness to of the users. It was found that the current fare of public transport for Kota Tasikmalaya is higher than the ability to pay of the users.Keywords: tariff, fare, public transportation, and ability to pay.
ANALISA INDIKATOR TRANSPORTASI JALAN RAYA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI JAWA BARAT Judiantono, Tonny
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA Vol 6, No 1 (2006): JANUARI 2006
Publisher : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1143.29 KB)

Abstract

Mobilitas merupakan salah satu indikator transportasi yang umum digunakan disamping Indikator trafic dan aksesibilitas. Sudah menjadi keyakinan umum bahwa peningkatan mobilitas transportasi berperan besar pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Jika demikian, seperti apa pola hubungan mobilitas dan ekonomi di Provinsi Jawa Barat?, bagaimana pula polanya untuk wilayah kabupaten dan kota? apakah ada perbedaan pengaruhnya dikedua wilayah tersebut? Melalui analisis komparatif dan korelasi terhadap indikator mobilitas dan ekonomi di Jawa Barat untuk periode 1999 2004 menunjukkan: bahwa pertumbuhan jaringan jalan hanya 2% saja tiap tahunnya, tidak sebanding dengan kenaikan jumlah kendaraan yang mencapai 26% pertahun. Sementara itu Jumlah kendaraan/1000 penduduk meningkat 66%, jumlah kendaraan/rumah tangga meningkat 59%, dan jumlah kendaraan/Km panjang jalan naik 66%, yang artinya jalanan makin padat oleh kendaraan. Tingkat mobilitas diperkotaan jauh lebih tinggi dibandingkan di kabupaten, sementara itu baik di wilayah kabupaten maupun kota menunjukan penambahan jalan cenderung akan menurunkan PAD dan belanja daerah (korelasi negatif), sedangkan penambahan kendaraan berkorelasi positif dengan PAD dan belanja daerah.
MEASUREMENT OF PUBLIC TRANSPORT ACCESSIBILITY CONDITION AT KOTA BANDA ACEH Tonny, Judiantono
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 11, No 1 (2011): Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1350.4 KB) | DOI: 10.29313/jpwk.v11i1.1376

Abstract

Kota Banda Aceh with 224.233 peoples at 2007 deserved by 1.012 units of public transportation in any type, it means there are 5,1 seats for each 100 peoples of Kota Banda Aceh. Length of road which deserved by public transport is 45,35 Km, it means only 10,92% length of road in Kota Banda Aceh. For Banda Aceh with wide 61,359 Km2, the coverage of public transport just 15,9%. Any type these accessibility measurement will give us different means the level of public transport accessibility. Through this accessibility level measuring, we will gets some recomendation for public transport policy of Kota Banda Aceh and its implication, as consideration for Public Transport decision maker.   Key words : Public Transportation, Accessibility
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERANGKUTAN PASCA PRODUKSI PERTANIAN DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT Septian, Rubiyana; Judiantono, Tonny
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 16, No 1 (2019): Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.52 KB)

Abstract

ABSTRAKKecamatan Lembang memiliki potensi pada sektor pertanian yang tinggi khususnya untuk komoditas sayuran, dimana hasil produksi sayuran di Kecamatan Lembang sudah di eksport kebebarap negara dan 70 % menopang ritel-ritel di Jakarta. Tetapi hal tersebut tidak diimbangi dengan sistem perangkutan yang baik dimana proses perangkutan masih bersifat tradisional dan memerlukan orang ketiga dalam proses pendistribusiannya sehingga menyebabkan waktu dan biaya perjalanan semakin tinggi padahal komoditas sayuran sendiri mempunyai karakteristik yang mudah busuk sehingga proses pendistibusiannya dibatasi biaya dan waktu, dengan adanya penelitian ini akan mengetahui karakteristik perangkutan dan permasalahan-permasalahan utama yang terjadi di Kecamatan Lembang. metode penelitian yang dilakukan dengan menggunakan desktriptif statistik dimana dengan metode ini dapat mengetahui permasalahan perangkutan secara terukur dimulai lokasi produksi hingga ke pasar, hasil dari penelitian ini bahwa karakteristik perangkutan pertanian di Kecamatan Lembang dipengaruhi oleh kondisi prasarana dan penggunaan sarana, dimana kondisi prasarana di Kecamatan Lembang mengakibatkan peningkatan biaya sebesar 11 % dan waktu sebesar 15 %. Pengunaan sarana pula mengakibatkan biaya perangkutan menjadi lebih tinggi yakni sebesar 25 %, total biaya perangkutan pertanian mencapai Rp. 11.424.609 serta waktu perangkutan mencapai rata-rata 1867 menit dengan kecepatan mencapai 3 Km/menit.  ABSTRACTKecamatan Lembang  has a higher potential in the agricultural sector for vegetable farming, but also agricultural potential that is not matched by a good transportation system while the transition process is still traditional and requires people to be distributed, making it possible, and allocating funds to increase reserves food itself has perishable characteristics so that the distribution process determines costs and time, with this study will study the characteristics of transportation and the main problems that occur in Kecamatan Lembang. The research method is carried out using descriptive statistics in which this method can learn about advertising carried out at the production site to the market, the results of this study are basically known as research on the transportation of agriculture in Kecamatan Lembangt which is related to infrastructure and use of facilities, and infrastructure in Kecamatan Lembang spent an increase in costs by 11% and time by 15%. The use of additional costs per transportation is higher at 25%, the total cost of agricultural transportation reaches Rp. 11,424,609 with travel times reaching an average of 1867 minutes with speeds reaching 3 Km / minute.
ANALISIS POLA DAN ESTIMASI PERGERAKAN BARANG SEBAGAI PERTIMBANGAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JALAN DI KABUPATEN BENGKALIS - PROVINSI RIAU Tonny, Judiantono
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 11, No 2 (2011): Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (797.777 KB) | DOI: 10.29313/jpwk.v11i2.1380

Abstract

Bagi daerah dengan luas daerah yang besar, kepadatan penduduk rendah dan sebaran penduduk tidak merata seperti Kabupaten Bengkalis, maka identifikasi pola pergerakan dan estimasi pergerakan barang sebagai pendorong perekonomian daerah menjadi bagian pertimbangan penting dalam penyediaan sarana dan prasarana transportasi. Melalui analisis regresi atas gunalahan eksisting dan rencana pengembangannya di masa datang terhadap data OD, disintesiskan dengan analisis LQ, dan Shift-share atas data produksi beberapa komoditi unggulan  Kab.Bengkalis, dapat disimpulkan bahwa pembangunan jaringan jalan internal Kabupaten Bengkalis dan sarana pendukungnya yang terintegrasi (linkage) melalui titik-titik simpul (node) dengan ruas jalan menuju arah Sumatera Utara, Pekanbaru dan Sumatera Selatan penting untuk mendapat prioritas pembangunan guna mendukung pergerakan barang di internal dan eksternal Kabupaten Bengkalis. Kata Kunci: pola pergerakan barang, estimasi pergerakan barang. linkage, node
ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH Judiantono, Tonny; Rachmawati, Rica
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol 10, No 2 (2010): Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.494 KB) | DOI: 10.29313/jpwk.v10i2.1370

Abstract

Permasalahan yang dihadapi angkutan umum labi-labi pada tahun 2007 adalah pelayanan jaringan rute yang ada tidak dapat menjangkau seluruh pelosok Kota Banda Aceh, karena untuk saat ini cakupan daerah pelayanan angkutan umum labi-labi hanya 37% sehingga masih 63% daerah yang tidak terlayani. Berdasarkan analisis potensi travel demand maka di dapat jumlah pergerakan penumpang angkutan umum di Kota Banda Aceh pada tahun 2007 sebesar 18.513 orang/hari. Dengan zona pembangkit terbesar adalah Kuta Alam dengan 1.386 pergerakan orang/hari. Dan zona penarik terbesar adalah Kampung Baru dengan pergerakan 1.314 orang/hari. Sedangkan ada juga yang melakukan pergerakan ke luar dari Kota Banda Aceh misalnya ke daerah Kab.Aceh Besar. Bila dilihat dari pergerakan keluar kota yang menjadi pembangkit paling besar adalah Kec.Suka Makmur yaitu dengan pergerakan sebesar 991 orang/hari. Sehingga total pergerakan yang dihasilkan oleh masyarakat Kota Banda Aceh diluar kota adalah 2.463 orang/hari. Sedangkan untuk pergerakan antar kelurahan tahun 2017 sebesar 22.583 orang/hari maka dengan melihat dari data HI   Kata Kunci : Kebutuhan (demand) transportasi, Angkutan Umum, Trip Generation, Trip Attraction
ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH Judiantono, Tonny; Rachmawati, Rica
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 10 No. 2 (2010)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.494 KB)

Abstract

Permasalahan yang dihadapi angkutan umum labi-labi pada tahun 2007 adalah pelayanan jaringan rute yang ada tidak dapat menjangkau seluruh pelosok Kota Banda Aceh, karena untuk saat ini cakupan daerah pelayanan angkutan umum labi-labi hanya 37% sehingga masih 63% daerah yang tidak terlayani. Berdasarkan analisis potensi travel demand maka di dapat jumlah pergerakan penumpang angkutan umum di Kota Banda Aceh pada tahun 2007 sebesar 18.513 orang/hari. Dengan zona pembangkit terbesar adalah Kuta Alam dengan 1.386 pergerakan orang/hari. Dan zona penarik terbesar adalah Kampung Baru dengan pergerakan 1.314 orang/hari. Sedangkan ada juga yang melakukan pergerakan ke luar dari Kota Banda Aceh misalnya ke daerah Kab.Aceh Besar. Bila dilihat dari pergerakan keluar kota yang menjadi pembangkit paling besar adalah Kec.Suka Makmur yaitu dengan pergerakan sebesar 991 orang/hari. Sehingga total pergerakan yang dihasilkan oleh masyarakat Kota Banda Aceh diluar kota adalah 2.463 orang/hari. Sedangkan untuk pergerakan antar kelurahan tahun 2017 sebesar 22.583 orang/hari maka dengan melihat dari data HI
MEASUREMENT OF PUBLIC TRANSPORT ACCESSIBILITY CONDITION AT KOTA BANDA ACEH Judiantono, Tonny
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 11 No. 1 (2011)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1350.4 KB)

Abstract

Kota Banda Aceh with 224.233 peoples at 2007 deserved by 1.012 units of public transportation in any type, it means there are 5,1 seats for each 100 peoples of Kota Banda Aceh. Length of road which deserved by public transport is 45,35 Km, it means only 10,92% length of road in Kota Banda Aceh. For Banda Aceh with wide 61,359 Km2, the coverage of public transport just 15,9%. Any type these accessibility measurement will give us different means the level of public transport accessibility. Through this accessibility level measuring, we will gets some recomendation for public transport policy of Kota Banda Aceh and its implication, as consideration for Public Transport decision maker.
ANALISIS POLA DAN ESTIMASI PERGERAKAN BARANG SEBAGAI PERTIMBANGAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JALAN DI KABUPATEN BENGKALIS - PROVINSI RIAU Judiantono, Tonny
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Vol. 11 No. 2 (2011)
Publisher : Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, UPT Publikasi Publikasi Ilmiah UNISBA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (797.777 KB)

Abstract

Bagi daerah dengan luas daerah yang besar, kepadatan penduduk rendah dan sebaran penduduk tidak merata seperti Kabupaten Bengkalis, maka identifikasi pola pergerakan dan estimasi pergerakan barang sebagai pendorong perekonomian daerah menjadi bagian pertimbangan penting dalam penyediaan sarana dan prasarana transportasi. Melalui analisis regresi atas gunalahan eksisting dan rencana pengembangannya di masa datang terhadap data OD, disintesiskan dengan analisis LQ, dan Shift-share atas data produksi beberapa komoditi unggulan Kab.Bengkalis, dapat disimpulkan bahwa pembangunan jaringan jalan internal Kabupaten Bengkalis dan sarana pendukungnya yang terintegrasi (linkage) melalui titik-titik simpul (node) dengan ruas jalan menuju arah Sumatera Utara, Pekanbaru dan Sumatera Selatan penting untuk mendapat prioritas pembangunan guna mendukung pergerakan barang di internal dan eksternal Kabupaten Bengkalis.