Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

SILAU’NA TONGKONAN SEBAGAI SEBUAH REALITAS TONDOK Indratno, Imam; Sudaryono, Sudaryono; Setiawan, Bakti; Sugiana, Kawik
ETHOS (Jurnal Penelitian dan Pengabdian) Vol 4 No.1 (Januari 2016) Ethos: Jurnal Penelitian dan Pengabdian (Sains & Teknologi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tongkonan merupakan simbol kebudayaan pada masyarakat Toraja yang dilandasi filosofi dasar Tallu Lolona. Tallu Lolona adalah sebuah spirit yang membentuk relasi hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan tumbuhan serta binatang. Penelitian dilakukan dengan paradigma dan pendekatan fenomenologi. Dengan pendekatan fenomenologi, peneliti berusaha untuk mendeskripsikan pengetahuan lokal yang ada di Lembang Sillanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tongkonan sebagai elemen utama tondok merupakan simbol tingkatan yang ada dalam ruang. Konsep hirarki ruang (silau’na) tongkonan muncul dilandasi oleh realitas bahwa tongkonan tidak bisa hanya dilihat an sich sebagai bentuk fisik tetapi juga merupakan manisfestasi kebudayaan bermasyarakat di Sillanan.
Aplikasi Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) Dalam Perencanaan Wilayah dan Kota Indratno, Imam; Irwinsyah, Rahmat
Journal of Regional and City Planning Vol 9, No 2 (1998)
Publisher : Center for Research and Community Services ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.526 KB)

Abstract

The field of quantitative planning analysis concerns with collecting, organizing and interpreting data to support planning processes, including analysis of category data. It is an appropriate methods to analyze discrete data. This analysis, also called as tabulation analysis, is used to determine whether the variables are related to one another or independent, and to measure the extent of their association. To use this cross tabulation analysis, the types of measurement data and the types of categorical data should be understood. This analysis is carried out by determining if the observation frequencies of occurrence of the categorical values of a qualitative could allow us to reject a hypothesis the expected frequencies of occurrence. Chi-square statistics is used to determine whether the observation frequencies differ significantly from the expected frequencies of occurrence. If computed x2 value greater than the value of x2 random variable with (r-1)(c-1)df, then the hypothesis of independent could be rejected Furthermore, to determine or measure the extent of association, we use coefficient contingency with value of O—1.
Mengungkap Struktur Permukiman Komunitas Akur (Adat Karuhun Urang) Cigugur Kabupaten Kuningan Indratno, Imam; Agustina, Ina H; Chamid, Chusarini; Siddik, Ansharsyah M; Kuntoro, Sena H
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota Vol 16, No 3 (2020): JPWK Vol 16. No. 3 September 2020
Publisher : Universitas Diponegoro, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/pwk.v16i3.26453

Abstract

The Karuhan Urang Indigenous Community (AKUR) Cigugur, West Java, is one of the traditional communities that still adheres to the Sunda Wiwitan belief. This community lives side by side with mutual respect for the views of other religions. At the Seren taun ceremony, people from various religions attended and prayed together in Paseban Tri Panca Tunggal. The preservation of Paseban Tri Panca Tunggal is an effort to continue the tradition of the community's ancestors, Prince Sadewa Madrais Alibasa. Ancestral teachings embedded in society are manifested in the form of strong tolerance and a sense of universal brotherhood in the Cigugur Indigenous Community. The study uses a structuralism approach to uncover the structure of settlements consisting of aspects of the form and function of the settlement elements. With syntagmatic analysis, research seeks to look for relations between elements of settlements and reveal the meaning of elements of the settlement system. Cultural identity of the people who uphold the values of humanity and nationality can be a cultural capital for the Cigugur Village development process.
Aplikasi Analisis Tabulasi Silang (Crosstab) Dalam Perencanaan Wilayah dan Kota Imam Indratno; Rahmat Irwinsyah
Journal of Regional and City Planning Vol. 9 No. 2 (1998)
Publisher : The Institute for Research and Community Services, Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The field of quantitative planning analysis concerns with collecting, organizing and interpreting data to support planning processes, including analysis of category data. It is an appropriate methods to analyze discrete data. This analysis, also called as tabulation analysis, is used to determine whether the variables are related to one another or independent, and to measure the extent of their association. To use this cross tabulation analysis, the types of measurement data and the types of categorical data should be understood. This analysis is carried out by determining if the observation frequencies of occurrence of the categorical values of a qualitative could allow us to reject a hypothesis the expected frequencies of occurrence. Chi-square statistics is used to determine whether the observation frequencies differ significantly from the expected frequencies of occurrence. If computed x2 value greater than the value of x2 random variable with (r-1)(c-1)df, then the hypothesis of independent could be rejected Furthermore, to determine or measure the extent of association, we use coefficient contingency with value of O"”1.
Studi Kemampuan Masyarakat dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan (Studi Kasus Desa Tegalurung Kecamatan Legonkulon Kabupaten Subang) Imam Indratno; Ina Helena Agustina
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 21, No. 3, Tahun 2005 (Terakreditasi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.457 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v21i3.185

Abstract

Permasalahan kemiskinan telah banyak menjadi topik dalam penelitian. Pengembangan ekonomi lokal menjadi salah satu langkah dalam pengentasan kemiskinan. Kesenjangan antara kondisi kemiskinan dan potensi sumberdaya lokal menjadi dasar pentingnya pengukuran kemampuan masyarakat dalam pengembangan ekonomi lokal di Desa Tegalurung. Untuk mengukur kemampuan digunakan tiga kriteria yaitu kemampuan dalam berproduksi, kemampuan membentuk modal, dan kemampuan dalam meningkatkan sumberdaya manusia. Pertama, kemampuan masyarakat dalam berproduksi mencapai tahap pengembangan produksi dan diversifikasi hasil potensi ekonomi lokal, yaitu masyarakat mulai berinovasi untuk mengembangkan produksi dan meningkatkan pendapatan. Kedua, kemampuan masyarakat dalam membentuk modal sejauh ini sudah mencapai pada tahap partisipatif dimana masyarakat  mulai mengedepankan pada kemandirian masyarakat dalam memecahkan masalah-masalah yang menjadi urusannya, terutama dalam pembentukan modal. Investor mulai menyalurkan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal pada masyarakat. Ketiga, kemampuan masyarakat dalam meningkatkan sumber daya manusia sudah mencapai pada tahap pemberdayaan dan pengembangan yaitu masyarakat mulai meningkatkan kemampuan dan kemandirian dalam meningkatkan taraf hidupnya melalui pelatihan dan penyuluhan. Dari ketiga kriteria tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat Desa Tegalurung mampu mengembangkan ekonomi lokal. Dengan dukungan kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Subang yang lebih serius diharapkan masyarakat dapat keluar dari permasalahan kemiskinan.
Pembagian Kewenangan dan Perimbangan Keuangan Kabupaten dan Desa yang Partisipatif Imam Indratno
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 18, No. 1, Tahun 2002
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.659 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v18i1.64

Abstract

Analog dengan pemberlakuan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan, menuntut adanya pelimpahan baik wewenang maupun perimbangan fiskal dari daerah kabupaten ke desa. Artinya, desa akan memiliki kewenangan untuk mengelola sumberdaya alam dan sumberdaya ekonomi untuk kesejahteraan warganya. Konsekuensi dari hal tersebut, perlu adanya kejelasan pelimpahan kewenangan dari pemerintah kabupaten ke pemerintah desa sehingga dapat dirumuskan sistem perimbangan atau hubungan fiskal antara pemerintahan kabupaten dan pemerintah desa. Beberapa kriteria yang digunakan dalam pembagian kewenangan dari pemerintah kabupaten kepada pemerintah desa adalah : pertama barang publik lokal yang barang publik yang manfaatnya tidak terdapat persaingan dengan daerah lain yang merupakan bagian geografis nasional; kedua variasi geografis dan preferensi dengan mobilitas tidak sempurna; ketiga eksternalitas atau dampak spasial yang ditimbulkan dari penyediaan barang dan jasa publik; keempat skala ekonomi atau efisiensi ekonomi; kelima biaya administratif dan pemenuhan pelayanan sesuai dengan kapasitas atau kemampuan desa; keenam analogi dengan kewenangan kabupaten dan kecamatan yang dapat menjadi kewenangan desa. Prinsip utama yang dilakukan dalam pengembangan model perimbangan atau hubungan keuangan antara pemerintah kabupaten dengan pemerintah desa adalah : pertama mencukupi urusan pemerintahan desa; kedua memenuhi pelayanan penyediaan barang dan jasa publik; ketiga pemerataan pembangunan antar desa; keempat efisien dan efektif dalam manajemen perimbangan keuangan; kelima sustainabilitas atau keberlanjutan pelaksanaan sistem; keenam pendekatan partisipatif,; ketujuh insentif dalam pemilihan variabel model; kedelapan keseimbangan antara kewajiban dan hak.
Integrative Transcendental Planning Discourse At Tondok Sillanan In Tana Toraja Imam Indratno
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 34, No. 1, Year 2018 [Accredited Ranking Sinta 2]
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1061.483 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v34i1.3332

Abstract

Positivism and rationalism are a paradigm used in current planning. Therefore, planners have always considered a rational and physical evidence in the planning process. On the other hand, eastern paradigm is different look at the reality. Reality is seen as something holistic. This paper discusses the discourse of the integrative trancendental of planning. Research conducted by the phenomenological approach on the traditional settlements. The scope of this study is basically still in the context of planning perspective by taking a case study in Toraja, South Sulawesi. The result showed that is a source of planning not only the senses but also planner intuition. Reality must be seen from personal and communal consciousness of society. Finally, the integrative trancendental of planning emphasizes the transcendental consciousness as the spirit of planning.
Genius Loci of Adat Karuhun Urang (AKUR) Cigugur Community’s Settlement Imam Indratno; Naniek Widayati; Irland Fardani; Muhamad Ramdani Pamungkas; Sena Hari Kuntoro
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 37, No. 2, Year 2021 [Accredited Sinta 2] No 10/E/KPT/2019]
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (470.013 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v37i2.8728

Abstract

Adat Karuhun Urang (AKUR) Community is a customary community that lives by practicing their ancestral teachings. The existence of traditions and teachings shows that they have spiritual places or traditional places. This study aims to explore the Genius Loci or values contained within the space of the AKUR Community in Cigugur through an assessment concept developed on their Cultural Landscape. The assessment is divided into several elements comprising material forms, immaterial forms, and link forms. The results of this study indicate that the AKUR Community has a strong spirit and sense of the legacy of Prince Madrais. Formal identity and substantial identity are the characters that shape the existence of the AKUR Cigugur community. There are several challenges to maintaining the existence of the AKUR community, such as social interaction, the transformation of awareness, dialogue between stakeholders, organizational strengthening, and the role of local government.
PEMBELAJARAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI DESA CIKOLE KECAMATAN LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT Hilwati Hindersah; Ina Helena Agustina; Imam Indratno
ETHOS (Jurnal Penelitian dan Pengabdian) Vol 5 No.2 (Juni, 2017) Ethos: Jurnal Penelitian dan Pengabdian (Sains & Teknologi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/ethos.v5i2.2355

Abstract

Pembelajaran Tata Bangunan dan Lingkungan di Desa Cikole merupakan upaya pelatihan untuk meningkatkan pemahamam masyarakat desa tentang pentingnya menata lingkungan perumahan dengan baik. Metode yang digunakan adalah metode pelatihan dengan mengukur tingkat pemahaman mereka melalui pre test dan post test. Hasil pre test menunjukkan bahwa tata bangunan dan lingkungan yang baik adalah tata bangunan dan lingkungan yang ada saat ini, yang sebenarnya belum sesuai ketentuan bangunan. Kemudian dilakukan pelatihan tentang substansi tata bangunan dan  lingkungan yang baik sesuai teknik rekayasa maka hasil post test menunjukkan bahwa pemahaman tentang pentingnya lingkungan yang tertata dengan baik di lingkungan tempat tinggal mereka meningkat cukup signifikan. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran tata bangunan dan lingkungan perdesaan menjadi sangat penting untuk memberikan pemahaman mendasar terhadap suatu lingkungan yang baik. Akan tetapi harus ditindak lanjuti untuk sampai pada tindakan “peduli” terhadap menjaga tata bangunan dan lingkungan yang baik tersebut.
SILAU’NA TONGKONAN SEBAGAI SEBUAH REALITAS TONDOK Imam Indratno; Sudaryono Sudaryono; Bakti Setiawan; Kawik Sugiana
ETHOS (Jurnal Penelitian dan Pengabdian) Vol 4 No.1 (Januari, 2016) Ethos: Jurnal Penelitian dan Pengabdian (Sains & Teknologi)
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/ethos.v0i0.1694

Abstract

Tongkonan merupakan simbol kebudayaan pada masyarakat Toraja yang dilandasi filosofi dasar Tallu Lolona. Tallu Lolona adalah sebuah spirit yang membentuk relasi hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan tumbuhan serta binatang. Penelitian dilakukan dengan paradigma dan pendekatan fenomenologi. Dengan pendekatan fenomenologi, peneliti berusaha untuk mendeskripsikan pengetahuan lokal yang ada di Lembang Sillanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tongkonan sebagai elemen utama tondok merupakan simbol tingkatan yang ada dalam ruang. Konsep hirarki ruang (silau’na) tongkonan muncul dilandasi oleh realitas bahwa tongkonan tidak bisa hanya dilihat an sich sebagai bentuk fisik tetapi juga merupakan manisfestasi kebudayaan bermasyarakat di Sillanan.