Louise Cinthia Hutomo
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

GAMBARAN PERILAKU MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIDEMEN, KECAMATAN SIDEMEN, KABUPATEN KARANGASEM, PADA JUNI-JULI 2013 Desak Made Dwi Ambari Ningsih; Louise Cinthia Hutomo; Luh Wayan Ayu Rahaswanti
E-Jurnal Medika Udayana vol 4 no 4(2015):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.809 KB)

Abstract

Kesehatan gigi masih menjadi masalah di Indonesia dilihat dari prevalensi karies gigi yang mencapai 73% dari jumlah penduduk. Di Puskesmas Sidemen, penyakit gigi, gusi dan pulpa merupakan urutan keempat dari 10 besar penyakit yang paling sering terjadi. Adanya fakta bahwa ketersediaan air bersih, sikat gigi dan pasta gigi di daerah Sidemen tidak sulit diperoleh, menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi tingginya kejadian karies gigi, misalnya perilaku menggosok gigi dan juga pengetahuan  orang tua dan anak terhadap karies gigi.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi karies gigi, perilaku menggosok gigi, dan gambaran perilaku menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi pada siswa usia sekolah dasar di wilayah Puskesmas Sidemen, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif potong-lintang yang dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2013. Penelitian ini menggunakan 68 orang sampel yang ditentukan secara purposive random sampling pada siswa usia 7 hingga 12 tahun di SD Negeri 1 Telagatawang. Pada penelitian ini, didapatkan prevalensi karies gigi pada anak usia sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Sidemen  masih tinggi (58,8%). Sebanyak 58 orang (85,3%) belum menerapkan perilaku menggosok gigi yang memenuhi standar dan hanya 10 orang (14,7%) yang perilaku menggosok gigi sudah memenuhi standar. Karies gigi lebih banyak dialami oleh anak-anak yang tidak memenuhi standar dalam perilaku menggosok gigi, yaitu sebanyak 63,8% (37 orang) dari total 58 orang yang perilaku menggosok gigi tidak memenuhi standar. Sedangkan dari 10 orang yang memenuhi standar perilaku menggosok ternyata didapatkan sebagian besar, yaitu 7 orang (70%) tidak karies. Sehingga secara umum dari penelitian ini dapat ditarik simpulan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan presentase kejadian karies gigi pada anak dengan perilaku menggosok gigi yang salah dibandingkan yang benar.    
GAMBARAN PERILAKU MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIDEMEN, KECAMATAN SIDEMEN, KABUPATEN KARANGASEM, PADA JUNI-JULI 2013 Desak Made Dwi Ambari Ningsih; Louise Cinthia Hutomo; Luh Wayan Ayu Rahaswanti
E-Jurnal Medika Udayana vol 4 no 2 (2015):e-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.809 KB)

Abstract

Kesehatan gigi masih menjadi masalah di Indonesia dilihat dari prevalensi karies gigi yang mencapai 73% dari jumlah penduduk. Di Puskesmas Sidemen, penyakit gigi, gusi dan pulpa merupakan urutan keempat dari 10 besar penyakit yang paling sering terjadi. Adanya fakta bahwa ketersediaan air bersih, sikat gigi dan pasta gigi di daerah Sidemen tidak sulit diperoleh, menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi tingginya kejadian karies gigi, misalnya perilaku menggosok gigi dan juga pengetahuan  orang tua dan anak terhadap karies gigi.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi karies gigi, perilaku menggosok gigi, dan gambaran perilaku menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi pada siswa usia sekolah dasar di wilayah Puskesmas Sidemen, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif potong-lintang yang dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2013. Penelitian ini menggunakan 68 orang sampel yang ditentukan secara purposive random sampling pada siswa usia 7 hingga 12 tahun di SD Negeri 1 Telagatawang. Pada penelitian ini, didapatkan prevalensi karies gigi pada anak usia sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Sidemen  masih tinggi (58,8%). Sebanyak 58 orang (85,3%) belum menerapkan perilaku menggosok gigi yang memenuhi standar dan hanya 10 orang (14,7%) yang perilaku menggosok gigi sudah memenuhi standar. Karies gigi lebih banyak dialami oleh anak-anak yang tidak memenuhi standar dalam perilaku menggosok gigi, yaitu sebanyak 63,8% (37 orang) dari total 58 orang yang perilaku menggosok gigi tidak memenuhi standar. Sedangkan dari 10 orang yang memenuhi standar perilaku menggosok ternyata didapatkan sebagian besar, yaitu 7 orang (70%) tidak karies. Sehingga secara umum dari penelitian ini dapat ditarik simpulan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan presentase kejadian karies gigi pada anak dengan perilaku menggosok gigi yang salah dibandingkan yang benar.    
Hubungan Antara Gigi Impaksi Molar Ketiga Dengan Kejadian Karies Molar Kedua Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Usia Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Komang Ngurah Arya Arisetiadi; Louise Cinthia Hutomo; Ni Wayan Septarini
Bali Dental Journal Vol. 1 No. 1 (2017): January 2017
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v1i1.9

Abstract

Impaksi merupakan suatu keadaan patologis di mana gigi tidak dapat erupsi karena pertumbuhannya terhalang hingga mengakibatkan gigi tidak dapat keluar atau tumbuh secara normal. Kondisi ini dapat terjadi karena tidak tersedianya ruangan yang cukup pada rahang dan angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut, letaknya yang tidak normal juga menyebabkan adanya celah di antara gigi sebelahnya yang bisa menjadi tempat terselipnya makanan atau bakteri, sehingga susah untuk dibersihkan. Sisa makanan yang terselip tersebut akan membusuk dan menyebabkan rasa sakit juga bisa menyebabkan karies pada gigi molar kedua. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gigi impaksi molar ketiga dengan kejadian karies molar kedua pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana tahun 2016. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu simple random sampling, sampel penelitian mengambil 84 responden mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana angkatan 2013, jenis penelitian yaitu penelitian observasional dengan rancangan cross sectional analitik. Penelitian ini menunjukkan bahwa kasus gigi impaksi molar ketiga dengan kejadian karies molar kedua paling banyak dialami pada laki-laki sebanyak 17 (40.5%) berusia 21 dan 22 tahun 24 (30.8%). Kasus gigi impaksi molar ketiga dengan kejadian karies molar kedua paling banyak dialami pada laki-laki sebanyak 17 (40.5%) berusia 21 dan 22 tahun 24 (30.8%). Untuk mencegah timbulnya karies yang terjadi pada gigi molar kedua bagian distal maka dianjurkan melakukan tindakan pencabutan atau bedah gigi impaksi molar ketiga (odontektomi) dilanjutkan perawatan gigi yang mengalami karies.
Hubungan tingkat keparahan maloklusi berdasarkan ICON (Index of Complexity, Outcome and Need) dengan risiko karies ditinjau dari lama perlekatan plak pada remaja di SMPN 2 Marga Ni Luh Putu Mira Anggriani; Louise Cinthia Hutomo; I Made Adi Wirawan
Bali Dental Journal Vol. 1 No. 2 (2017): June 2017
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v1i2.13

Abstract

ABSTRAK: Kondisi gigi yang abnormal atau tidak teratur pada individu dengan maloklusi akan menyebabkan risiko berkembangnya karies cukup tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat keparahan maloklusi dengan risiko karies. Penelitian ini merupakan jenis penelitian obseravasional analitik dengan desain potong lintang (cross sectional). Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan teknik multistage random sampling pada kelas VII, VIII dan IX di SMP N 2 Marga pada tahun 2016/2017. Seluruh sampel penelitian berjumlah 90 orang dengan distrubusi sampel yang sama pada masing-masing tingkatan kelas. Tingkat keparahan maloklusi pada penelitian ini diukur dengan menggunakan ICON (Index of Complexity, Outcome and Need), sedangkan pengukuran risiko karies dilakukan dengan menggunakan GC Tri Plaque ID Gel yang diaplikasikan pada seluruh permukaan gigi-geligi sampel. Hipotesis statistik dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan uji non parametrik berupa korelasi spearman rank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa maloklusi dengan tingkat keparahan easy mengalami risiko karies rendah (79,5%), risiko karies sedang (20,5%) dan risiko karies tinggi (0%). Maloklusi dengan tingkat keparahan mild mengalami risiko karies rendah (34,2%), risiko karies sedang (65,8%) dan risiko karies tinggi (0%). Maloklusi dengan tingkat keparahan moderate mengalami risiko karies rendah (0%), risiko karies sedang (66,7%) dan risiko karies tinggi (33,3%). Sedangkan maloklusi dengan tingkat keparahan difficult seluruhnya mengalami risiko karies tinggi.Hasil uji statistik menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,585, yaitu terdapat hubungan sedang antara tingkat keparahan maloklusi dengan risiko karies, dengan nila p=0,000 yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat keparahan maloklusi dengan risiko karies.
Hubungan perilaku menjaga kebersihan gigi dan mulut terhadap tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa pengguna alat ortodontik cekat di SMA Negeri 1 Gianyar Dewa Gede Bagus Satriya Wibawa; Louise Cinthia Hutomo; Steffano Aditya Handoko
Bali Dental Journal Vol. 4 No. 2 (2020): June 2020
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v4i2.60

Abstract

Background: One indicator of dental and oral health can be seen from the level of oral hygiene. In fixed orthodontic appliances users should maintain extra oral hygiene compared with those who do not use this fixed orthodontic appliance because components of orthodontic appliances such as brackets and other accessories can aggravate the condition of the oral cavity because it is difficult to clean so that it can become a place to accumulate dental plaque can interfere with dental and oral hygiene. The purpose of this study was to determine the relationship between maintaining oral and dental hygiene on the level of oral hygiene in the students of fixed orthodontic appliances in SMA Negeri 1 Gianyar. Methods: Sampling technique in this research is total sampling by taking all sample of the student of SMA Negeri 1 Gianyar which amounted to 35 people that fulfill inclusion and exclusion criteria. This research is an analytic research with cross sectional design. This research uses Spearman rank test correlation. Data were assessed by examining the dental hygiene of the respondent and giving the questionnaire. Result: Data show that respondents are found with moderate behavior and poor dental and oral hygiene levels. Spearman rank test correlation test was found with a value of p <0.05. Conclusion: There is a correlation between behavior to dental and oral hygiene status of the student of fixed appliance orthodontic appliances in SMA Negeri 1 Gianyar. Latar belakang: Salah satu indikator kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat dari tingkat kebersihan gigi dan mulut. Pada pengguna alat ortodontik cekat harus menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan lebih ekstra dibanding dengan yang tidak menggunakan alat ortodontik cekat, ini dikarenakan komponen dari alat ortodontik seperti brackets dan aksesoris lainnya dapat memperburuk kondisi pada rongga mulut karena susah dibersihkan sehingga dapat menjadi tempat menumpuknya plak gigi yang dapat mengganggu kebersihan gigi dan mulut. Tujuan dari penelitian ini adalah penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku menjaga kebersihan gigi dan mulut terhadap tingkat kebersihan gigi dan mulut pada siswa pengguna alat ortodontik cekat di SMA Negeri 1 Gianyar. Metode: Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling dengan cara mengambil seluruh sampel siswa SMA Negeri 1 Gianyar yang yang berjumlah 35 orang dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini menggunakan uji korelasi Spearman rank. Data didapatkan dengan cara memeriksa kebersihan gigi dan mulut responden dan memberikan kuesioner. Hasil: Data menunjukkan bahwa responden paling banyak ditemukan dengan perilaku sedang dan tingkat kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Uji korelasi Spearman rank test ditemukan dengan nilai p<0,05. Simpulan: Terdapat hubungan antara perilaku terhadap status kebersihan gigi dan mulut siswa pengguna alat ortodontik cekat di SMA Negeri 1 Gianyar.
Gambaran motivasi dan status psikososial pada mahasiswa yang melakukan dan tidak melakukan perawatan ortodontik di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Komang Ayu Sri Widyasanthi; Louise Cinthia Hutomo; Adijanti Marheni
Bali Dental Journal Vol. 2 No. 2 (2018): June 2018
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v2i2.110

Abstract

Background: Appealing facial appearance holds an important role in increasing self confidence and social perception. Problems on facial appearance can be caused by dento-facial conditions and can be restored by undergoing orthodontic treatment. Aim: The aim of this study is to find out motivation and psychosocial status on college student underwent and do not underwent orthodontic treatment in Medical Faculty of Udayana University. Methods: Cross sectional designed were used as design of this study with total 165 respondents (female = 122, male = 43), age ranged from 18-23 years old. Data were collected using PIDAQ questionnaire. Results: Result from questionnaire will categorize respondents based on status and history of orthodontic treatment, motivation, and psychosocial status. Treatment status is divided into those who underwent treatment (n=81) and those who did not undergo treatment (n=84), motivation is divided into having motivation (n=114) and do not have motivation to undergo orthodontic treatment (n=50). Strongest motive that was had by those who still undergoing treatment and those who has finisihed treatment was dental condition (n= 24; n=25). On the other hand, strongest motive that was had by those who do not undergo treatment was facial appearance/aesthetic (n=18). IOTN score was used on someone to asses the need of dental treatment. Mild IOTN score were the majority on those underwent treatment (n=65) and those who did not undergo treatment also had mild IOTN score as the majority (n=74). Psychosocial status is categorized into good (n=102), moderate (n=55), dan low (n=8). In groups whose underwent treatment, only two respondents had low psyschosocial status and six respondents had low psychosocial status within those did not undergo treatment group. Conclusion: Based on the result of the study, it can be concluded that the strongest motivation to conduct orthodontic treatment is that the willing to improve facial appearance and dental condution. Highest psychosocial status is had by those who do not undergo orthodontic treatment.
Pengaruh durasi pemberian air susu ibu terhadap intercanine distance dan intermolar distance pada anak usia 4 - 5 tahun di Taman Kanak-Kanak Handayani Denpasar AA B Dasta Budawangsa; Louise Cinthia Hutomo; Luh Wayan Ayu Rahaswanti
Bali Dental Journal Vol. 3 No. 1 (2019): January 2019
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v3i1.131

Abstract

Introduction: Some studies have reported that breastfeeding duration can affect the growth and development of the children’s jaws. It happens because the oral motion of the baby during breastfeeding is actually a combination of sucking, chewing, swallowing and breathing which can stimulate the growth and development of the jaw arch including the arch width and the occlusion pattern of the child. The aim of this study is to determine the effect of breastfeeding duration towards the arch width by measuring the Intercanine Distance (ICD) and Intermolar Distance (IMD) in 4 to 5 years old children at Handayani Kindergarten Denpasar. Method: This is an analytical research with cross-sectional approach on 40 children whom selected with total sampling technique. The arch width data was collected by measuring ICD and IMD from each maxillary arch study model using a caliper, while breasfeeding duration data was collected by using questionnaire, and those data was analized with Fisher’s Exact Test. Result: the results of this study shows that there are significant differences in ICD in children with breastfeeding duration less than 6 months and children with breastfeeding duration is 6 months or more (p<0.05), and no significant difference in IMD (p>0.05). Conclusion: the conclusion of this study is the duration of breastfeeding affect the size of ICD, but it does not affect the size of IMD.
Prevalensi dan determinan pencabutan gigi permanen di Poliklinik Gigi dan Mulut Puskesmas Klungkung I tahun 2015 Komang Hendra Supradnyana; Louise Cinthia Hutomo; Ni Wayan Septarini
Bali Dental Journal Vol. 3 No. 1 (2019): January 2019
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v3i1.134

Abstract

Introduction: Tooth extraction is a routine action performed by a dentist for years. The cause of tooth extraction is different for each region and is influenced by the local culture. In general, the causes of tooth extraction are dental caries, periodontal diseases, fracture, impacted teeth or malposition, orthodontic care, persistence, prosthesis condition, dental supernumerary and preparation of patients who will undergo radiotherapy. This study was conducted to determine prevalence and determinant of primary tooth extraction in Poliklinik Gigi dan Mulut Puskesmas Klungkung I. Method: This study is a descriptive study with cross sectional approach in Dental Clinic Primary Health Care Klungkung I. This study used secondary data from detailed dental care report on 2015, in a total of 114 teeth extracted with 103 teeth of them included the inclusion criteria. Result: The results are based on age, with the age group 46-55 years is the highest. By sex, women are more than men (50.5%). Based on residence, the subjects in rural area are more frequent than in the urban area with 68%. The most common causes of permanent tooth extraction are periodontal disease with 55 teeth of 103 teeth (53.4%) followed by caries 23 teeth (22.3%), retained dental roots 22 teeth (21.4%), and periapical abscess 3 teeth (2.9%). Conclusion: The main reason of primary tooth extraction is periodontal disease.
Hubungan antara motivasi dan perilaku dalam menyikat gigi terhadap indeks plak gigi pada anak usia 7-12 tahun di SD Negeri 2 Dauh Puri Ni Putu Ratna Adyatmi Swari; Louise Cinthia Hutomo; Putu Ika Anggaraeni
Bali Dental Journal Vol. 5 No. 1 (2021): January 2021
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v5i1.142

Abstract

Introduction: Dental plaque that is being allowed to grow in a period of time can cause dental caries. One effective way to control dental plaque is tooth brushing. In order to do a correct and routine tooth brushing, motivation and behavior are needed. The age of 7-12 years old is an ideal age to practice motoric skill, in order to evoke motivation and form good behavior. The purpose of this study was to determine the correlation between tooth brushing motivation and behavior towards dental plaque index on children aged 7-12 years at SD Negeri 2 Dauh Puri. Methods: This study design used cross-sectional analytic that included 134 samples of aged 7-12 years at SD Negeri 2 Dauh Puri and chosen by stratified random sampling method. The data was collected through interviews by questionnaire and examined dental with plaque index O’Leary. Result: The result of univariable data showed 68,7% samples had high motivation, 61,9% samples had good behavior, and 47% samples had very good dental plaque index. The result of bivariable data showed that there was a significant correlation between tooth brushing motivation and behavior towards dental plaque index, with p values = 0,000 (p>0,05). Conclusion: There was a correlation between tooth brushing motivation and behavior towards dental plaque index on children aged 7-12 years at SD Negeri 2 Dauh Puri. Latar Belakang: Plak gigi jika dibiarkan berkembang dalam waktu tertentu dapat menyebabkan karies gigi. Salah satu cara efektif untuk mengontrol plak gigi adalah menyikat gigi. Agar menyikat gigi dapat dilakukan dengan tepat dan rutin maka diperlukan motivasi dan perilaku. Pada usia 7-12 tahun merupakan usia yang ideal dilatih kemampuan motoriknya untuk menanamkan motivasi dan membentuk perilaku yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi dan perilaku dalam menyikat gigi terhadap indeks plak gigi pada anak usia 7-12 tahun di SD Negeri 2 Dauh Puri. Metode: Desain penelitian ini menggunakan cross sectional analitik yang melibatkan 134 sampel usia 7-12 tahun di SD Negeri 2 Dauh Puri dan dipilih dengan metode stratified random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kuesioner dan pemeriksaan dengan indeks plak O’Leary. Hasil: Hasil analisis data univariable menunjukkan 68,7% sampel memiliki motivasi tinggi, 61,9% sampel memiliki perilaku yang baik, dan 47% sampel memiliki indeks plak sangat baik. Hasil analisis data bivariable menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dan perilaku dalam menyikat gigi terhadap indeks plak gigi dengan nilai p = 0,000 (p>0,05). Simpulan: Terdapat hubungan antara motivasi dan perilaku dalam menyikat gigi terhadap indeks plak gigi pada anak usia 7-12 tahun di SD Negeri 2 Dauh Puri.
Gambaran maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodontik pada siswa Sekolah Menengah Pertama di wilayah kerja Puskesmas Mengwi III Kabupaten Badung Ni Putu Ayu Sakura; Putu Ika Anggaraeni; Louise Cinthia Hutomo
Bali Dental Journal Vol. 5 No. 1 (2021): January 2021
Publisher : School of Dentistry Faculty of Medicine Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51559/bdj.v5i1.143

Abstract

Introduction: Dental malocclusion is a deviation of teeth disposition and malrelation of dental arches and jaw beyond acceptable limit of conformity. The prevalence of malocclusion in Indonesia remains very high approximately 80% of the population, and the incidence of malocclusion in adolescents in Indonesia is high and continues to increase. Dental Aesthetic Index (DAI) is an index to measure severity of malocclusions and orthodontic treatment need. The purpose of this study is to know the description of malocclusion and orthodontic treatment need of students in junior high school of public health centre Mengwi III Badung regency. Method: Descriptive analytic study with cross sectional design was used as the study method. Sampling technique used was stratified random sampling with total of 110 samples of people. General data, malocclusion status and orthodontic treatment need were obtained by using questionnaires and DAI index. Data was analyzed using single distribution table and cross distribution table. Result: The results of this research exhibited that 37,5% of sample have minor malocclusion with no treatment need or slight need, 36,5% sample have definite malocclusion with elective treatment, 18% sample have severe malocclusion with highly desirable treatment, and 8% sample have very severe malocclusion with mandatory treatment. Conclusion: The conclusion of this study based on the Dental Aesthetic Index (DAI) most of the students in junior high school of public health centre Mengwi III Badung regency have minor malocclusion with no treatment need or slight need as many as 37.5%. Latar Belakang: Maloklusi merupakan penyimpangan letak gigi dan atau malrelasi lengkung gigi dan rahang di luar batas kewajaran yang dapat diterima. Prevalensi maloklusi di Indonesia masih sangat tinggi yaitu sekitar 80% dari jumlah penduduk di Indonesia, serta kejadian maloklusi pada remaja di Indonesia termasuk tinggi dan terus meningkat. Dental Aesthetic Index (DAI) merupakan salah satu indeks yang dapat digunakan untuk mengukur kebutuhan perawatan ortodontik dan status maloklusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodontik pada siswa Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Badung. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan rancangan yang digunakan yaitu cross sectional/survei. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode stratified random sampling dengan total sampel 110 orang. Data umum dari siswa, status maloklusi serta tingkat kebutuhan perawatan ortodontik diperoleh melalui kuisioner dan indeks DAI. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi tunggal serta tabel distribusi silang. Hasil: Hasil penelitian ini adalah sampel yang mengalami maloklusi ringan dengan tidak/sedikit membutuhkan perawatan sebanyak 37,5%, maloklusi sedang yang dianjurkan perawatan sebanyak 36,5%, maloklusi parah yang sangat membutuhkan perawatan sebanyak 18%, dan maloklusi sangat parah/cacat yang wajib mendapatkan perawatan sebanyak 8%. Kesimpulan: Kesimpulan penelitian ini adalah berdasarkan Dental Aesthetic Index (DAI) siswa Sekolah Menengah Pertama yang berada di wilayah kerja Puskesmas Mengwi III paling banyak mengalami maloklusi ringan dengan tidak/sedikit membutuhkan perawatan yaitu sebanyak 37,5%.