Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

MODEL MATEMATIK HUBUNGAN LUAS LAHAN DENGAN JUMLAH POPULASI TERNAK SAPI BALI DI PROVINSI BALI I. K. Sukada; I. G. Suarta; I. N. W. Parimartha
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 18 No 3 (2015): Vol 18, No 3 (2015)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.323 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2015.v18.i03.p05

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan perkembangan populasi sapi bali di Baliterhadap luas lahan pertanian. Untuk mendapatkan data yang representative mewakili Bali maka sampling dilakukandi berbagai Kabupaten Kota (BPS). Data dianalisis dengan beberapa model regresi yaitu regresi polinomial, regresiexponensial, regresi logaritmik dan Hoerl’s regresi. Data diolah dengan Costat. Hasil penelitian menunjukkan bahwamelalui model regresi polinomal didapatkan bahwa hubungan luas lahan terhadap populasi sapi bali berhubunganpositif sangat nyata (P<0,05) R2 =0.6696 dan Mode persamaan matematika Y = 9.426 + 1,1061X. Melalui modelregresi exponensial didapatkan bahwa hubungan luas lahan terhadap populasi sapi bali berhubungan positif sangatnyata (P<0,05) R2=0,6580 dan model persamaan matematika Y = 14,0396 e 0,0278. (3). Melalui model regresilogaritmik didapatkan bahwa hubungan luas lahan terhadap populasi sapi bali berhubungan positif nyata (P<0,05)R2 = 0,5867 dan model persamaan matematika Y = - 35,1095 + 25,9318 Ln(X) dan (4). Melalui Hoerl’s didapatkanbahwa hubungan luas lahan terhadap populasi sapi bali berhubungan positif sangat nyata (P<0,05) R = 0,8923dan model persamaan matematika Y = 2,5042 X0,8504 e -0,0017. Dari ke empat model yang dicoba disimpulkanbahwa semua menunjukkan bahwa model hubungan fungsi matematika antara luas kepemilikan lahan terhadapjumlah populasi sapi bali menunjukkan hubungan yang positif significant sampai sangat significant (P<0,05)dengan demikian alih fungsi lahan pertanian di Bali mengakibatkan luas lahan peternakan berkurang dan dapatmembahayakan poulasi sapi bali.
MORTALITAS DAN PENAMPILAN ANAK BABI PRASAPIH YANG DIINJEKSI DENGAN TYSINOL PADA UMUR YANG BERBEDA I N. TIRTA ARIANA; N. L. G. SUMARDANI; M. DEWANTARI; I G. SUARTA
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 15, No 1 (2012)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.032 KB) | DOI: 10.24843/mip.2012.v15.i01.p07

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui umur yang paling baik dilakukan injeksi Tysinol pada anak babi prasapih sehingga diperoleh penampilan yang terbaik dan tingkat mortalitas terendah. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), dengan 3 perlakuan yaitu tidak diinjeksi dengan Tysinol (I0), injeksi dengan Tysinol pada umur 1 hari (I1), dan injeksi dengan Tysinol pada umur 3 hari (I3). Anak babi prasapih berasal dari 4 induk (blok) dengan 3 kali ulangan, sehingga dipergunakan anak babi prasapih sebanyak 36 ekor. Hasil penelitian menunjukkan dengan injeksi Tysinol pada anak babi prasapih umur 1 hari (I1) diperoleh berat badan sapih (39%), tambahan berat badan harian (38%), lingkar dada (5,9%), dan panjang badan (6%) yang nyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanpa injeksi Tysinol (Io) (P<0,05). Pada variabel yang sama diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata antara Io dan I3 (P>0,05). Untuk variabel tinggi badan dan mortalitas diperoleh hasil yang tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan yang diberikan (P>0,05). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa anak babi yang baru lahir harus diberikan Tysinol, dan sebaiknya diinjeksi pada umur 1 (satu) hari setelah kelahiran.
POTENSI TERNAK SAPI POTONG, SAPI PERAH DAN KERBAU SEBAGAI PENGHASIL DAGING DI KABUPATEN NUSA TENGGARA TIMUR I. K. Sukada; I. W. Suberata; I. G. Suarta
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 19 No 3 (2016): Vol 19, No 3 (2016)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (261.222 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2016.v19.i03.p03

Abstract

Provinsi Nusa Tenggara Timur yang sering dijuluki sebagai lumbung sapi potong sapi perah dan kerbau.Dipandang dari sudut luas lahan yang dikuasai oleh rumah tangga antara lain lahan bukan pertanian, lahanpertanian yaitu lahan sawah dan lahan bukan sawah seluas. Penelitian dilakukan terbatas pada tiga buahkabupaten di NTT yaitu Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS) dan Belu. Hasil penelitian menunjukkan hubunganmatematika antara lahan pangan (X) terhadap populasi sapi potong (Y) didapatkan: Y = 110,2324+1,7048X dan R2= 0,9838 (P<0,01). Hubungan matematika antara lahan perkebunan (X) terhadap populasi sapi potong (Y) adalah:Y=116,5996+2,4735X dan R2 = 0,9833 (P<0,01). Hubungan matematika antara lahan hortikultural (X) terhadappopulasi sapi potong (Y) tidak berbeda nyata (P>0,05). Nilai Location Quotien terbesar pada kerbau terdapatdi Kabupaten Kupang 6,2920, selanjutnya nilai LQ untuk kerbau di Kabupaten Timor Tengah Selatan sebesar4,9411 dan nilai LQ untuk kerbau di Kabupaten Belu sebesar 2,0762. Nilai LQ untuk sapi perah terbesar 1,4577ditemukan di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa populasi ternakpotong terhadap lahan pangan dan perkebunan berhubungan positif sangat nyata (R2 = 0,98 P<0,01). Nilai LQternak kerbau terbesar berturut-turut didapatkan di Kabupaten Kupang, TTS dan Belu sehingga dapat dijadikansentra ternak kerbau untuk daerah-daerah lain di Provinsi NTT. Begitu juga untuk ternak perah di KabupatenTimor Tengah Selatan dapat dijadikan sentra ternak karena lebih besar dari satu.
AKTIVITAS ANTIMIKROBA YOGURT BERBASIS AIR KELAPA MENGHAMBAT BAKTERI PATOGEN SECARA IN VITRO Lindawati S. A.; Haniyah Y. S.; Miwada I N. S.; Inggriati N. W. T.; Hartawan M.; Suarta I GD
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 17 No 2 (2014): Vol 17, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (561.405 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2014.v17.i02.p03

Abstract

Yogurt merupakan minuman susu yang difermentasi dengan menggunakan bakteri asam laktat Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophyllus sebagai starter. Tujuan penelitian untuk mengetahui kemampuan tertinggi dari yogurt berbasis air kelapa dalam menghambat pertumbuhan bakteri pathogen (Salmonella, Staphylococcus, Klebsiela pneumonia dan E.coli) secara in vitro. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan empat ulangan. Keempat perlakuan tersebut: Ko: susu skim 12%+air; K1: susu skim 12%+air kelapa gading; K2: susu skim 12%+kelapa gading bulan; K3: susu skim 12%+air kelapa hijau. Peubah yang diamati adalah aktivitas antimikroba yogurt terhadap bakteri pathogen (Salmonellatyphi, Staphylococcus, Klebsiella pneumonia dan E.coli), total plate count (TPC), total bakteri asam laktat dan E,coli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antimikroba tertinggi diperoleh pada yogurt berbasis air kelapa bulan terhadap bakeri Salmonella typhi dan Staphylococcus masing-masing sebesar 0,21 dan 0,26 cm dengan total bakteri asam laktat1,1×107 cfu/mL sedangkan untuk Klebsiella pneumonia dan E.coli diperoleh pada yogurt berbasis air kelapa gading sebesar 0,38 dan 0,64 mm dengan total bakteri asam laktat 3,1×106 cfu/mL.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa yogurt berbasis air kelapa gading, bulan, hijau dan tanpa air kelapa memiliki aktivitas antimikroba berspektrum luas (menghambat bakteri gram positif dan negatif).
RELATIONSHIP OF CONSUMER DESIRES TO CULINARY IN THE TOURISM AREA OF NUSA DUA, KUTA SELATAN, BADUNG Sukada I K.; I N. Kayana; I G. Suarta
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 23 No 2 (2020): Vol. 23 No. 2 (2020)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIP.2020.v23.i02.p03

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mencari peringkat yang terbaik dari kuliner di wilayah pariwisata Nusa Dua, Kuta Selatan Badung yang menggunakan bahan dasar daging broiler dan daging sapi. Tidak semua wisatawan menyukai produk kuliner tradisional seperti babi guling ataupun ayam betutu. Penelitian ini menggunakan rancangan non parametrik yang dianalisis dengan Kruskal-Wallis. Variabel yang diukur dalam penelitian ini menggunakan sekala edonik melalui beberapa fanalis antara lain: warna, tekstur, rasa, dan bau. Yang diolah dengan SPSS (Statistic Product System Solution). Hasil penelitian bahwa rasa yang paling disukai adalah pada kuliner kebab dan selanjutnya spaghetti dan hamburger yang dilihat dari nilai rank pada analisis (yang terkecil yang paling disukai) yaitu berturut-turut 9,30; 16,80; 20,40. Perbedaan ini sangat signifikan (P<0.01) dengan R=9,598 yang menyatakan bahwa hubungan antar variabel sangat erat. Warna yang paling disukai adalah pada kuliner kebab dan selanjutnya spaghetti dan hamburger yang dilihat dari nilai rank pada analisis (yang terkecil yang paling disukai) yaitu berturut-turut 9,75; 16,50; 20,35 Perbedaan ini signifikan (P<0.05) dengan R= 8,856 yang menyatakan bahwa hubungan antar variabel sangat erat. Diperoleh bau yang paling disukai adalah pada kuliner hamburger dan selanjutnya kebab dan spaghetti yang dilihat dari nilai rank pada analisis (yang terkecil yang paling disukai) yaitu berturut-turut 9,50; 17,30; 19,70. Perbedaan ini signifikan (P<0.05) dengan R= 8,485 yang menyatakan bahwa hubungan antar variabel sangat erat.
KUALITAS ORGANOLEPTIK DAGING SAPI BALI YANG DILAYUKAN DENGAN LAMA WAKTU YANG BERBEDA SINAGA M. O. A.; N. L. P. SRIYANI; I G. SUARTA
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 24 No 2 (2021): Vol. 24 No. 2 (2021)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MIP.2021.v24.i02.p05

Abstract

The objective of the research was to know the optimal length time of bali beef aging in order to produce the best quality of its organoleptic. Analyses used was Non Parametric Kruskal Wallis. If the results significantly different, it will be continued to Mann Whitney analyses. Treatments used were fresh beef without aging (P0), aging beef for 6 hours (P1), aging beef for 8 hours (P2) and aging beef for 10 hours (P3) on the same room temperature (28-29oC). Results showed that beef texture score decreased significantly different (P<0.05) from P0 to P3. The highest beef aromatic and colour of P0 significantly different (P<0.05) compare to the P1, P2, and P3. The tenderness of the P3 was the highest with score for 3.92 and significantly different (P< 0.05) than the P0, P1 and P2. The highest taste was the P2 with score for 3.46 significant different (P<0.05) than the P0, P1 and P3. The highest score of the beef acceptance totally was 4.08 of P1 significantly different (P<0.05) compare to the P0, P2, and P3. It can be concluded that the length time of bali beef aging could affect beef organoleptic and the optimal time to produce the best quality organoleptic of the beef is 6 hours.
PERSEPSI PETERNAK TERHADAP PEMANFAATAN SAPI SEBAGAI ATRAKSI WISATA DI KABUPATEN TABANAN, BALI Inggriati N. W. T; I G. Suarta; D. A. Warmadewi
Majalah Ilmiah Peternakan Vol 22 No 2 (2019): Vol. 22 No.2 (2019)
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.067 KB) | DOI: 10.24843/MIP.2019.v22.i02.p05

Abstract

The study aims at determining the level of behavior and cattle farmers expectation for using cattle as agro touristattraction, analyze the cattle breeders income and the relationship between breeders behavior and expectationincluding their perception of agro-tourism activities using cattle as attraction. It was conducted at Penebel andMarga districts, Tabanan regency. The respondents were collected as quota; 50 breeders were interviewed in 6agro-tourism places such as Somya Pertiwi and Jatiluwih, Taman Sari Buana, Rumah Desa, tourist village of Pinge,and Cau Coklat. The data was analyzed in descriptive qualitative and correlation analysis. It showed that 1) farmersbehavior towards the existence of agro-tourism using cattle as tourist attraction considered to be good; 2) income offarmers participation using cattle as tourist attraction range between Rp. 50.000 - and Rp. 300.000,- in ploughingactivity, and 3) positive relationship between farmers behavior and expectation and their perception towards thedevelopment of agro-tourism business who use cattle as attraction. It can be concluded that 1) breeders have goodbehavior towards the development of agro-tourism business; 2) breeders gained extra income by participating inagro-tourism activities in order to achieve income by selling their cattle; 3) breeders have better behavior and higherexpectation which is the better perception towards the use of cattle in agro-tourism business activities. Finally,suggestions such as 1) investors in agro-tourism business should co-operate with famers in their surroundingsto run the activities; 2) Breeders should encourage raising cows instead of bulls since they are tame and increasepopulation of cattle in their area; 3) local government should play important role in development of agro-tourismbusiness i.e. village roads construction so it can encourage the visitors to come to the location. All of those willpositively affect the prosperity of local breeders
TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI USAHA PETERNAKAN BABI LANDRACE BERBASIS LINGKUNGAN DI DESA WISATA TARO KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR Krishnayana I.P.A.; N. K. Nuraini; I. G. Suarta
Jurnal Peternakan Tropika Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.893 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penerapan teknologi usaha peternakan babi Landrace berbasis lingkungan di Desa Taro Kabupaten Gianyar, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian berlangsung selama enam bulan. Pemilihan lokasi penelitian ini menggunakan metode “purposive sampling”, dan penentuan responden sejumlah 40 orang peternak babi Landrace diambil secara purposive. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Adapun pengukuran variabel menggunakan skala jenjang 5 (lima). Untuk mengetahui hubungan faktor-faktor penelitian dan perbandingannya menggunakan metode  koefisien korelasi jenjang spearman dan uji jumlah jenjang wilcoxon. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat penerapan teknologi usaha peternakan babi Landrace berbasis lingkungan di Desa Taro memiliki kategori sedang. Variabel pengetahuan dan jumlah pemilikan ternak untuk anggota kelompok memiliki hubungan sangat nyata (P<0,01) dan hubungan yang nyata (P<0,05). Sedangkan variable pengetahuan dan jumlah pemilikan ternak untuk bukan anggota kelompok masing-masing memiliki hubungan sangat nyata (P<0,01). Untuk  variabel umur, tingkat pendidikan formal, sikap dan intensitas komunikasi baik anggota kelompok maupun bukan anggota kelompok ternak babi Landrace di Desa Taro memiliki hubungan yang tidak nyata (P>0,10) dengan tingkat penerapan teknologi usaha peternakan babi Landrace berbasis lingkungan di Desa Taro.
PERSEPSI PETERNAK TENTANG PROGRAM SISTEM PERTANIAN TERINTEGRASI BERBASIS SAPI BALI DI DESA SELUMBUNG DAN DESA MANGGIS, KECAMATAN MANGGIS, KABUPATEN KARANGASEM Ayundarini Pratiwi; N. W. Tatik Inggriati; I G. Suarta
Jurnal Peternakan Tropika Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.53 KB)

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Selumbung dan Desa Manggis yang berlangsung selama tiga bulan yaitu dari bulan April sampai Juni 2013. Pemilihan lokasi penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan penentuan responden ditentukan dengan metode sensus. Responden dari penelitian ini berjumlah 37 peternak yang merupakan semua anggota simantri di Desa Selumbung dan Manggis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi peternak tentang program simantri berbasis sapi bali di desa Selumbung dan Desa Manggis serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Adapun pengukuran variabel menggunakan skala jenjang 5 (Singaribun dan Efendi, 1989). Untuk mengetahui hubungan antara factor digunakan metode Koefisien Korelasi Jenjang Spearmen (Siegel, 1977) sedangkan untuk melihat perbedaan dari persepsi, pengetahuan, pengalaman, sikap dan tujuan peternak digunakan metode Uji Mann Whitney (U-Test). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi peternak tentang program simantri berbasis sapi bali di Desa Selumbung lebih baik dibandingkan di Desa Manggis. Variabel pengetahuan, pengalaman, sikap, dan tujuan memiliki perbedaan sangat nyata antara responden di Desa Selumbung dan Desa Manggis.  Persepsi peternak di Desa Manggis berhubungan erat dengan sikap peternak, sedangkan di Desa Selumbung berhubungan erat dengan umur peternak.
TINGKAT PENERAPAN SAPTA USAHA TERNAK SAPI BALI PERBIBITAN DI VILLAGE BREEDING CENTRE (VBC) KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI SUGIANTARA IM.; INGGRIATI N. W. T.; Suarta IG.
Jurnal Peternakan Tropika Vol 2 No 1 (2014)
Publisher : Animal Science Study Program, Faculty of Animal Husbandry, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.699 KB)

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di Village Breeding Centre (VBC) Kabupaten Badung yang berlangsung selama lima bulan yaitu dari bulan Januari sampai Mei 2014. Pemilihan lokasi penelitian dan penentuan responden ditentukan dengan metode sensus (Singaribum dan Effendi, 1989). Responden berjumlah 30 peternak yang merupakan semua pengurus VBC Kabupaten Badung di Desa Darmasaba, Abiansemal, Belok Sidan, Sembung, Sibang Kaja, Werdi Buana, Dalung, dan Penarungan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat penerapan teknologi sapta usaha ternak sapi bali perbibitan di VBC Kabupaten Badung serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Adapun pengukuran variabel menggunakan skala jenjang 5 (Singaribum dan Efendi, 1989). Untuk mengetahui hubungan faktor digunakan metode Koefisien Korelasi Jenjang Spearman (Siegel, 1977). Hasil penelitian menunjukkan: (1) Penerapan sapta usaha ternak sapi bali perbibitan di VBC Kabupaten Badung adalah kurang. (2) Pengetahuan, sikap, dan intensitas komunikasi sangat berpengaruh terhadap tingkat penerapan sapta usaha ternak sapi bali perbibitan di VBC Kabupaten Badung. (3) Pendidikan formal dan jumlah pemilikan ternak berpengaruh terhadap tingkat penerapan sapta usaha ternak sapi bali perbibitan di VBC Kabupaten Badung.