Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA HARIAN JAWA POS DAN KOMPAS Subaharianto, Andang; Zaini, Zaini; Sariono, Agus
Publika Budaya Vol 1, No 1 (2013)
Publisher : Publika Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.72 KB)

Abstract

Penggunaan bahasa dalam penyampaian berita pada harian Jawa Pos dan Kompas berbeda. Perbedaan tersebut bisa terjadi berkaitan dengan penerbitan pers yang memiliki segmen pasar tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan bahasa Indonesia di bidang leksikon dan konstruksi kalimat dalam rubrik politik dan ekonomi pada harian Jawa Pos dan Kompas dengan menggunakan metode komparatif. Berdasarkan analisis data, bahasa Kompas cenderung menggunakan kata kajian, kata baku serta penyampaian kesantunan bahasa yang lebih baik dibandingkan Jawa Pos. Sebaliknya, Jawa Pos cenderung menggunakan kata-kata yang sederhana, mengalir (hampir serupa dengan bahasa tutur), serta memiliki penyampaian kesantunan bahasa yang lebih rendah dibandingkan harian Kompas. Kompas lebih banyak menggunakan kalimat panjang (kalimat majemuk) dibandingkan Jawa Pos. Penggunaan bahasa Indonesia oleh harian Kompas lebih sesuai untuk khalayak pembaca kelas sosial menengah ke atas. Begitu sebaliknya, penggunaan bahasa Indonesia oleh harian Jawa Pos lebih sesuai untuk khalayak pembaca kelas sosial menengah ke bawah.
DEIKSIS DALAM BAHASA USING DI KABUPATEN BANYUWANGI Syuhadak, Syuhadak; Wibisono, Bambang; Sariono, Agus
LiNGUA: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 12, No 1 (2017): LiNGUA
Publisher : Laboratorium Informasi & Publikasi Fakultas Humaniora UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.593 KB) | DOI: 10.18860/ling.v12i1.3912

Abstract

Deixis is one of the lingual phenomenon which have the universal function as one of the center of something. This article is aimed to describe the using of expresion in the deixis of Banyuwangi, Using languange. The descriptive method is using to describe the phenomenon. The data were callected participation observation, interview, and introspekt reflektive. The data were analysed by teknik pilah unsur penentu and hubung banding technical. The result from this discusion is the using of promina persona in Osing language is influenced by the age, and heredity between the participants factors. Ekspression places on Using language will be deixis if used based on speakers prespektiv. Time ekspression have gain if the speaker as a deixis core when speech produses. That become a speech as time core, so time place by events that before, on, or after speech. Social deixis in Using language use on language greating be related on nick name, family, tittle, office, rank, name, and pronouns. Demontrativ locativ discourse deixis used to related of part discourse referred with the places. By referred on part before speech and after speech
Bahasa Using di Desa Serut Kecamatan Panti Kabupaten Jember Elok Darojatin; Agus Sariono; Hairus Salikin
Linguistika: Buletin Ilmiah Program Magister Linguistik Universitas Udayana Vol 28 No 1 (2021): Maret
Publisher : Program Magister Linguistik Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.183 KB) | DOI: 10.24843/ling.2021.v28.i01.p05

Abstract

This study described the maintenance of Using language in Serut village, Panti, Jember regency and the factors influencing the situation of language maintenance. This study included into the qualitative study. The data in this study were the written and spoken information. This study used ethnographic communication approach which was the data collection works into two steps, they were observation and in-depth interview. The data analysis in this study was divided into three parts: data reduction, data presentation, and pulling the conclusion. The conclusions of this study were the condition of Using language maintenance in Desa Serut, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember categorized as high. The older age speaker was, the higher Using language maintenance speaker would be. In contrast, the younger age speaker was, the lower maintenance speaker would be. The speaker in the lower social class has a high Using language maintenance rather than a high social class. The factors that affected it were 1). The force of national language, 2). The inheritance of the language, 3). The interlanguage contact, 4). The interethnic marriage, and 5). The acknowledge of identity.
PERBANDINGAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA HARIAN JAWA POS DAN KOMPAS Zaini Zaini; Agus Sariono; Andang Subaharianto
Publika Budaya Vol 1 No 1 (2013): November
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan bahasa dalam penyampaian berita pada harian Jawa Pos dan Kompas berbeda. Perbedaan tersebut bisa terjadi berkaitan dengan penerbitan pers yang memiliki segmen pasar tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan bahasa Indonesia di bidang leksikon dan konstruksi kalimat dalam rubrik politik dan ekonomi pada harian Jawa Pos dan Kompas dengan menggunakan metode komparatif. Berdasarkan analisis data, bahasa Kompas cenderung menggunakan kata kajian, kata baku serta penyampaian kesantunan bahasa yang lebih baik dibandingkan Jawa Pos. Sebaliknya, Jawa Pos cenderung menggunakan kata-kata yang sederhana, mengalir (hampir serupa dengan bahasa tutur), serta memiliki penyampaian kesantunan bahasa yang lebih rendah dibandingkan harian Kompas. Kompas lebih banyak menggunakan kalimat panjang (kalimat majemuk) dibandingkan Jawa Pos. Penggunaan bahasa Indonesia oleh harian Kompas lebih sesuai untuk khalayak pembaca kelas sosial menengah ke atas. Begitu sebaliknya, penggunaan bahasa Indonesia oleh harian Jawa Pos lebih sesuai untuk khalayak pembaca kelas sosial menengah ke bawah.
PENGGUNAAN TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA OLEH MASYARAKAT ETNIK MADURA DI DESA NOGOSARI KECAMATAN RAMBIPUJI KABUPATEN JEMBER Rike Oktavianis Saputri; Agus Sariono; Erna Rochiyati
Publika Budaya Vol 6 No 2 (2018): Publika Budaya
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/pb.v6i2.8716

Abstract

Abstrak Bahasa Jawa (BJ) merupakan bahasa daerah yang dipakai oleh masyarakat Jawa dan merupakan cermin bagi masyarakat Jawa terutama yang berdomisili di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam bahasa Jawa terdapat tingkat tutur (unggah-ungguhing basa) secara umum dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yakni: (1) tingkat tutur ngoko, (2) tingkat tutur madya, dan (3) tingkat tutur krama. Masyarakat di Desa Nogosari bisa menggunakan dua bahasa daerah (Dwibahasawan). Masyarakat etnik Madura ketika berbicara dengan masyarakat etnik Jawa menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi sehari-hari. Penggunaan bahasa Jawa di Desa Nogosari memiliki penggunaan yang khas yakni terdapat beberapa unsur bahasa Madura yang masuk dalam penggunaan bahasa Jawa tingkat tutur ngoko. Hal tesebut wajar karena yang menggunakan bahasa Jawa berasal dari etnik Madura dan berbahasa Ibu bahasa Madura. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Penggunaan Tingkat Tutur Bahasa Jawa oleh masyarakat etnik Madura, yaitu; faktor setting and scene dan faktor partisipant. Kata kunci: bahasa Jawa, tingkat tutur, etnik Madura, dwibahasawan.
LOKALITAS: PANDANGAN-DUNIA DAN EKSPRESI KULTURAL MASYARAKAT PEMILIKNYA Heru S.P. Saputra; Agus Sariono; Titik Maslikatin; Edy Hariyadi; Zahratul Umniyyah; L. Dyah Purwita Wardani S.W.W.; Didik Suharijadi; Muhammad Zamroni
UNEJ e-Proceeding 2020: E-PROSIDING SEMINAR NASIONAL PEKAN CHAIRIL ANWAR
Publisher : UPT Penerbitan Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini bertujuan mendiskusikan relasi antara bahasa lokal dan pandangan-dunia (worldview) serta ekspresi kultural masyarakat pemiliknya. Kajian didasari oleh konsep antropologi linguistik. Hasil kajian menunjukkan bahwa bahasa lokal menjadi pilihan utama dalam mengekspresikan diri, baik dalam konteks pergaulan sosial keseharian, ritual, maupun karya kreatif. Dengan bahasa lokal, ekspresi terasa mendalam, menyatu, dan representatif. Di Banyuwangi, berbagai ekspresi kultural seperti basanan, tembang, gendhing, mantra, seni pertunjukan, dan karya sastra lebih dominan menggunakan bahasa Using. Bahasa tersebut merefleksikan karakteristik masyarakat Using dan menjadi salah satu identitas kultural mereka. Dalam konteks inilah politik kebudayaan yang dikonstuksi oleh penguasa Banyuwangi cukup penting guna melestarikan dan mengembangkan bahasa Using. Nilai-nilai lokalitas yang tercermin dalam bahasa Using—dimensi kognitif, filosofi, nilai-nilai, norma, dan estetika—menyatu dengan dimensi-dimensi yang terkandung di dalam bahasa lokal, yang sekaligus menunjukkan worldview mereka. Hal tersebut menjadi angan-angan kolektif sekaligus proyeksi pranata kultural dalam memaknai fungsi bahasa lokal. Kata kunci: bahasa, budaya, lokalitas, worldview, Using
PEMILIHAN BAHASA PADA MASYARAKAT ETNIK MADURA DI DESA PATEMON, KECAMATAN PAKUSARI, KABUPATEN JEMBER Nur Afifah Risqiana Agustin; Agus Sariono; Agustina Dewi Setyari
SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik Vol 19 No 2 (2018): Semiotika: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik
Publisher : Diterbitkan oleh Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember bekerja sama dengan Himpunan Sarjana - Kesusastraan Indonesia (HISKI), Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) dan Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.405 KB) | DOI: 10.19184/semiotika.v19i2.8251

Abstract

This research is motivated by the pluralism of Madurese ethnic society in Patemon village, subdistric of Pakusari, Jember. This social condition makes a multilingual society. In a certain situation, the society have to choose the language that will be used. This research has some purposes to know the form of language choice and the underly in factors. This research uses qualitative method. The resercher collected the data through observation, questionnaire, and interview. This tecnique of analilysis is done through tree stages: data reduction process, data display, and conclusion. The results of this research include the language choice in the family, neighboardhood, religion, govermental, and transaction domain. The language choice result in the family domain most of the informants use Madurese language in enjâ’-iya level. In household domain the languge choice of the informants are mostly use enjâ’-iya and engghi-enten level of speech. The religious domain most of the informants use engghi-enten level of speech. In the govermental domain the language choice are mostly Indonesian language. In the transacsion domain, the language choice are mostly use enjâ’-iya level of speech. Factors that determine language choice are psychological factors, habits, social status, education, kind of social relations, age, ethnic similarities or differences, and politeness in language.
Kemampuan Berkomunikasi Siswa Berkemampuan Terbatas di SMP Negeri 1 Mayang Kabupaten Jember Ade Terina Febriyanti; Bambang Wibisono; Agus Sariono
SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik Vol 18 No 1 (2017): Semiotika: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik
Publisher : Diterbitkan oleh Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember bekerja sama dengan Himpunan Sarjana - Kesusastraan Indonesia (HISKI), Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) dan Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (255.16 KB) | DOI: 10.19184/semiotika.v18i1.5183

Abstract

ABSTRAK Tulisan ini akan membahas mengenai kemampuan komunikasi siswa berkemampuan terbatas bernama Habibi yang hidup di tengah siswa normal seusianya. Kemampuan komunikasi yang dimiliki oleh Habibi akan diliat dari (1) kemampuan Habibi dalam bertindak tutur ilokusi, yang meliputi tindak tutur asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi; (2) kemampuan Habibi dalam memahami implikatur percakapan; (3) kemampuan Habibi dalam memahami praanggapan; dan (4) kemampuan Habibi dalam menggunakan deiksis. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa (1) Habibi hanya mampu menggunakan empat jenis tindak tutur. Secara terperinci, Habibi hanya mampu menggunakan sembilan dari 28 jenis tindak tutur; (2) Habibi mampu memahami pesan-pesan yang terimplikasi atau tersembunyi dalam tuturan meski respon yang dia berikan terhadap mitra tuturnya, teman sebaya dan guru, berbeda; (3) Habibi gagal dalam memahami pengetahuan bersama yang seharusnya dia miliki bersama mitra tutur; dan (4) Habibi mampu menggunakan deiksis dalam komunikasinya, yaitu persona, tempat, dan waktu meski bentuk-bentuk deiksis yang mampu Habibi gunakan hanya terbatas pada bentuk-bentuk bahasa Madura. Kata kunci : Komunikasi, Kemampuan Berkomunikasi, Siswa Berkemampuan Terbatas, Pragmatik
Pangalem Tradisional dalam Masyarakat Etnik Madura di Kabupaten Jember Maulidia Hasanah; Akhmad Sofyan; Agus Sariono
SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik Vol 18 No 1 (2017): Semiotika: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik
Publisher : Diterbitkan oleh Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember bekerja sama dengan Himpunan Sarjana - Kesusastraan Indonesia (HISKI), Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) dan Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.94 KB) | DOI: 10.19184/semiotika.v18i1.5181

Abstract

Abstract Pangalem is one of the oral traditions of Madurese society in the form of proverb. Pangalem is a proverb containing compliments that is uttered by a speaker when sees others’ beauty of body shape, kindness of attitude, and goodness of characteristic. In Madurese society pangalem is described by using metaphors of fruits, animals, foods, dead things, and natural condition. Such metaphors are used because they see similarity of their shape, color, or attitude. Pangalem is not merely utterances without meaning, because when someone is praising other person, actually there is something implied in his or her mind. For example, when he or she sees beautiful lips, in his or her mind he will imagine to kiss the lips when he or she praises it. Such imagination drives him or her to praise someone with something near to taste sense, such as bibirra jherruk saloné 'her lips are like one segment of an orange'. Therefore, this research will explain kinds of pangalem, the forming of pangalem based on society’s point of view, and Madurese society’s degree of understanding toward such pangalem. I use comparative and semiotic method, because the determination of meaning is not only from the text of pangalem, but also from context of situation and culture. Key words: Madurese society, oral tradition, pangalem, and metaphor.
PEMILIHAN BAHASA PADA MASYARAKAT ETNIK JAWA DI DUSUN GUMUK BANJI, DESA KENCONG, KECAMATAN KENCONG, KABUPATEN JEMBER Yastin Nurfadila; Agus Sariono; Edy Hariyadi
SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik Vol 20 No 1 (2019): Semiotika: Jurnal Ilmu Sastra dan Linguistik
Publisher : Diterbitkan oleh Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember bekerja sama dengan Himpunan Sarjana - Kesusastraan Indonesia (HISKI), Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) dan Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/semiotika.v20i1.13788

Abstract

The Gumuk Banji community is a multi-ethnic society (consisting of Javanese, Madurese, and Chinese ethnic) and a bilingualist society (who masters Javanese, Madurese, and Indonesian). In a bilingualism society, there is always the problem of language choice because each language variety has its own function in the community. This article aims to describe the form of language choice and explain the determinants of language choice in the Javanese ethnic community in Gumuk Banji Village. The study was conducted using qualitative methods. Data collected by questionnaire and interview. The sample is determined by purposive random sampling technique. Data analysis was carried out in three stages: (1) data reduction, (2) data presentation, and (3) conclusion / verification. Data collected by questionnaire and open interview. The data interpretation stage is carried out using context analysis of the speech component. The results are stated as follows. The language varieties chosen in the family domain successively from the highest to the lowest frequency are the Javanese variety of ngoko, the Javanese variety of manners, and Indonesian; in the realm of neighborhoods: Javanese with a variety of ngoko, Javanese with a variety of manners, Madura with a variety of languages, and Indonesian; and in the realm of transactions: the Javanese variety of ngoko, the Javanese variety of manners, the Madurese variety of languages, and Indonesian. The factors that determine language selection in the family domain are participant factors (kinship status), speech objectives, speech media, and speech situations (formal or informal situations); in the neighboring domain are participant factors (ethnic similarities or differences, age and social status factors, and social relations factors), and the situation of speech (formal and informal), and in the domain of transactions are participant factors (ethnic similarities or differences).