Fajar Kawuryan
Unknown Affiliation

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Perilaku Agresi pada Mahasiswa Ditinjau dari Kematangan Emosi Aprius Maduwita Guswani; Fajar Kawuryan
Jurnal Psikologi: PITUTUR Vol 1, No 2 (2011): Jurnal Psikologi PITUTUR
Publisher : Universitas Muria Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.024 KB)

Abstract

This study aimed to examine the correlation between emotional maturity with agressive behavior in collegian. Subject in this study aretechnique and law collegian in Muria Kudus University. The participants took by accidental sampling. Agressive behavior and emotional maturity scale are used to get the data. The data analysed by product moment. Coeficient correlation result the both variables is rxy=-0,906 with p=0,000 (p smaller than 0,01). Its mean there is significant negative correlation between emotional maturity and agressive behavior. More higher emotional maturity, lower agressive behavior can get, the opposite, lower emotional maturity make agressive behavior more higher. Effective giveness emotional maturity to agressive behavior is 82%.
Hubungan Antara Kematangan Emosi dan Religiusitas dengan Penyesuaian Diri pada Menantu Perempuan yang Tinggal dengan Ibu Mertua Vika Mandasari; Latifah Nur Ahyani; Fajar Kawuryan
Jurnal Psikologi Perseptual Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Psikologi Perseptual
Publisher : Universitas Muria Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24176/perseptual.v6i2.6337

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dan religiusitas dengan penyesuaian diri pada menantu perempuan yang tinggal dengan ibu mertua. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik quota sampling, dengan n=50 menantu perempuan yang tinggal dengan ibu mertua dengan rentang usia pernikahan satu sampai lima tahun dan beragama islam. Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data adalah skala kematangan emosi, skala religiusitas dan skala penyesuaian diri. Hasil analisis data dengan menggunakan analisis regresi program SPSS 16.0 for windowsdiperoleh hasil koefisien korelasi dari ketiga variabel rx1,2y = 0,810 dengan nilai p sebesar 0,000 atau p kurang dari 0,01. Berdasarkan hasil analisis regresi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara kematangan emosi dan religiusitas dengan penyesuaian diri. Hasil koefisien korelasi antara variabel kematangan emosi dengan penyesuaian diri rx1y sebesar 0,810 dengan nilai p sebesar 0,000 atau p kurang dari 0,01. Ini berarti terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kematangan emosi dengan penyesuaian diri pada menantu perempuan yang tinggal dengan ibu mertua, dengan demikian semakin baik kematangan emosi menantu perempuan semakin baik penyesuaian dirinya begitu pula sebaliknya. Sedangkan koefisien korelasi antara variabel religiusitas dengan penyesuaian diri rx2y sebesar 0,636 dengan nilai p sebesar 0,000 p kurang dari 0,01. Ini berarti terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan penyesuaian diri pada menantu perempuan yang tinggal dengan ibu mertua, dengan demikian semakin tinggi tingkat religiusitas menantu perempuan semakin baik pula penyesuaian dirinya begitu pula sebaliknya. 
Kebahagiaan Mahasiswa ditinjau dari Optimisme dan Student Engagement Nilna Mafaza; Fajar Kawuryan; Ridwan Budi Pramono
Jurnal Psikologi Perseptual Vol 6, No 2 (2021): Jurnal Psikologi Perseptual
Publisher : Universitas Muria Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24176/perseptual.v6i2.6877

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebahagiaan ditinjau dari optimisme dan student engagement pada mahasiswa. Subyek penelitian ini adalah 147 mahasiswa di Provinsi Jawa Tengah. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data adalah skala kebahagiaan, skala optimisme, dan skala student engagement. Diperoleh hasil koefisien korelasi dari ketiga variabel sebesar 0,292 dengan p sebesar 0,002 (p0,01) artinya ada hubungan yang sangat signifikan antara optimisme dan student engagement dengan kebahagiaan. Dengan demikian hipotesis mayor dalam penelitian ini diterima. Hasil koefisien korelasi antara kebahagiaan dengan optimisme r, sebesar 0,265 dengan signifikansi p 0,001 (p0.01) ini berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kebahagiaan dengan optimisme pada mahasiswa, dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Sedangkan koefisien korelasi antara student engagementdengan kebahagiaan r, sebesar 0,206 dengan taraf signifikan p sebesar 0,006 (p0,01), hal ini menyatakan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara student engagement dengan kebahagiaan, dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Sumbangan efektif variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 8,5%, sedangkan 91,5% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain misalnya menurut Putra dan Sudibia (2019) menyatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi kebahagiaan individu meliputi penghasilan, harapan, hubungan, iman, perilaku syukur, perilaku pro lingkungan, kesehatan, gender, modal sosial dan budaya. 
Perbedaan Loneliness dan Self-esteem Pada Laki-laki dan Perempuan Dewasa Muda Pengguna Media Sosial Muhammad Fachrezy; Mary Angelie S. Cabacungan; Fajar Kawuryan
Jurnal Psikologi Perseptual Vol 7, No 2 (2022): Jurnal Psikologi Perseptual, 1 Desember 2022
Publisher : Universitas Muria Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24176/perseptual.v7i2.8916

Abstract

The emergence of social media in the modern digital era has changed how individuals interact with one another, particularly how they communicate with those close to them. A wide range of application platforms has been created by developers to allow people to communicate with one another, particularly young adults, who make up the greatest segment of social media users. However, there is a connection between social media use and psychological well-being, which has been shown to increase loneliness and low self-esteem in people. This study employed a quantitative descriptive methodology to obtain thorough information on the differences in loneliness and self-esteem between young adult men and women who use social media. The research sample was selected through purposive sampling. 100 men and 100 women between the ages of 18 and 29 made up the 200 subjects in this study. The degree of difference between loneliness and self-esteem was assessed using t-test. The findings indicated that young adult men and women who used social media experienced different levels of loneliness and self-esteem. Men had higher levels of loneliness and lower levels of self-esteem than women, as shown by the value of p = 0.000 (p 0.01), which shows that there is a very significant difference between the two.Kehadiran media sosial di era digital saat ini sudah merubah cara seseorang dalam bersosialisasi terutama cara mereka berkomunikasi dengan orang disekitarnya. Berbagai macam platform aplikasi diciptakan oleh para developer untuk memudahkan orang-orang terutama individu usia dewasa muda sebagai demografi pengguna media sosial tertinggi dalam berkomunikasi. Namun, penggunaan media sosial memiliki hubungan dengan kesejahteraan psikologis dan di asosiasikan dengan rendahnya self-esteem dan tingginya loneliness pada individu. Studi ini menggunakan metode kuantitatif-deskriptif untuk memperoleh data secara menyeluruh mengenai perbedaan loneliness dan self-esteem pada laki-laki dan perempuan usia dewasa muda yang menggunakan media sosial. Purposive sampling digunakan untuk memilih sampel penelitian. 200 subjek yang terdiri dari 100 laki-laki dan 100 perempuan berusia 18-29 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. analisis t-test dilakukan untuk mengetahui tingkat perbedaan loneliness dan self-esteem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat loneliness dan self-esteem pada laki-laki dan perempuan usia dewasa muda yang menggunakan media sosial. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p = 0.000 (p 0.01) yang menunjukkan bahwa ada perbedaan loneliness dan self-esteem yang sangat signifikan diantara laki-laki dan perempuan dimana laki-laki memiliki tingkat loneliness yang lebih tinggi dan self-esteem yang lebih rendah dibandingkan dengan perempuan.
Coping Stress pada Ibu dengan Anak Berkebutuhan Khusus Khodijatus Surur; Fajar Kawuryan; Rr. Dwi Astuti
Jurnal Psikologi Perseptual Vol 7, No 2 (2022): Jurnal Psikologi Perseptual, 1 Desember 2022
Publisher : Universitas Muria Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24176/perseptual.v7i2.7560

Abstract

This study aims to determine stress coping in mother with special needs children. This study uses a qualitative phenomenological method using data collection techniques through frankly and covert observation and structured interview. There are three informants in this study whose are mother with special needs children. The results showed that among the three informants had different coping stress. The coping stress that was owned by informant I; mother with down syndrom and cerebral palsy child was more oriented to problem focus coping. Informant try to provide the best and concrete solutions for her child conditions by bringing her child to a growth and development therapy center, often assisting doctors, psychologists, and parents with other children with special needs to better understand and provide appropriate treatment for their child's condition, and involve family members to help her duty. The second informant; mother with ADHD child has stress coping which is more oriented to problem focus coping. This informant can reach this stage; quite sincere accepted and keep struggle to give the best therapy for her chid. Informant III; mother with cerebral palsy child has more oriented to emotional focus coping because after his son was taken to consult a neurologist and child development therapy, his condition was getting better,so for now informant more focused on trying to fulfill all his child's wishes for not bothered with her child’s conditions.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui coping stress pada ibu dengan anak berkebutuhan khusus. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologis dengan teknik pengumpulan data observasi terus terang dan tersamar serta wawancara terstruktur. Informan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang ibu yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga informan memiliki coping stress yang berbeda. Coping stress yang dimiliki oleh informan I; ibu dengan anak berkebutuhan khusus down syndrom dan cerebral palsy lebih berorientasi pada problem focus coping. Informan berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya dengan membawa anaknya ke pusat terapi tumbuh kembang, sering berkonsultasi dengan dokter, psikolog, serta orang tua dengan ABK lain untuk dapat lebih memahami dan memberikan perlakuan yang tepat bagi anaknya, serta melibatkan anggota keluarga untuk membantu meringankan tugasnya. Informan II; ibu dengan anak berkebutuhan khusus ADHD memiliki coping stress yang lebih berorientasi pada problem focus coping. Informan sudah dapat menerima kondisi anaknya, sehingga sekarang lebih sungguh-sungguh berusaha memberikan terapi yang terbaik bagi anaknya. Informan III; ibu dengan anak yang mengalami cerebral palsy untuk saat ini lebih memilih coping stress yang berorientasi pada emotional focus coping, karena setelah anaknya dibawa berkonsultasi ke dokter syaraf dan terapi tumbuh kembang anak kondisinya semakin membaik, sehingga untuk saat ini informan lebih fokus untuk menuruti semua keinginan anaknya agar tidak repot dengan keadaan anaknya.