Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

PENGARUH SUHU DAN WAKTU PROSES MODIFIKASI HEAT MOISTURE TREATMENT (HMT) PADA TEPUNG KULIT SINGKONG TERHADAP SIFAT KELARUTAN DAN SWELLING POWER Riwayati, Indah; Anam, Ahmad Choirul; Maharani, Farikha
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v5i1.3402

Abstract

Kulit singkong merupakan limbah dari industri tepung tapioka yang belum dimanfaatkan dengan maksimal. Padahal kulit singkong ini mempunyai kandungan gizi yang tidak kalah dengan singkong nya, sehingga mempunyai potensi untuk dimanfaatkan dengan cara diolah menjadi tepung. Pemanfaatan tepung kulit singkong sebagai bahan pangan terkendala dengan karakteristik bahan yang tidak memenuhi kebutuhan untuk dibuat menjadi produk tertentu. Oleh karena itu diperlukan proses modifikasi sebelum dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai bahan produk makanan. Salah satu metode modifikasi tepung adalah dengan Heat Moisture Treatment (HMT). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh suhu dan lama waktu perlakuan HMT pada tepung kulit singkong terhadap sifat kelarutan dan swelling power. Teknik Heat Moisture Treatment dipakai untuk memodifikasi tepung kulit singkong ini agar tepung yang dihasilkan menjadi lebih baik lagi, dengan variable suhu 90oC ,100oC ,110oC dan lama pemanasan 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, 5 jam, dengan kadar air awal 28%. Kemudian dilakukan analisa swelling power, sollubility dan analisa proksimat, dari hasil analisa didapatkan hasil swelling power dan sollubility nya menurun dari tepung kulit singkong alami. Hasil solubility dan swelling power terendah yang diperoleh pada penelitian ini diperoleh pada suhu 1000C waktu 5 jam dengan solubility sebesar 6% dan swelling power sebesar 9,4. Kata kunci: Kulit singkong,Tepung modifikasi, Heat Moisture Treatment
EKTRAKSI FLAVONOID PADA DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA LESS) MENGGUNAKAN PELARUT AIR BERBANTU GELOMBANG MIKRO Putri, Inggil Anggita Kambali; Riwayati, Indah; Maharani, Farikha
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v5i1.3400

Abstract

Beluntas (Pluchea Indica Less) merupakan tanaman liar yang ditanam sebagai tanaman pagar. Berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya ekstrak tumbuhan ini mengandung senyawa yang berfungsi sebagai obat karena mempunyai sifat-sifat antivirus, antikanker,antijamur dan antibakteri. Sifat antibakteri dan antijamur ini berasal dari kandungan senyawa Flavonoid. Ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro merupakan proses yang relatif lebih unggul jika dibandingkan dengan metode konversional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variabel rasio umpan-pelarut, daya dan waktu proses ekstraksi flavonoid dari daun beluntas dengan bantuan gelombang mikro. Percobaan dilakukan dengan variabel rasio-pelarut 1:10, 1:15, 1:20, variabel daya 30%, 50%, 70% daya maksimum alat (399 watt), dan variabel waktu 4 menit, 6 menit, 8 menit. Hasil percobaan menunjukan bahwa ketiga variabel berpengaruh terhadap konsentrasi flavonoid hasil ekstraksi. Secara umum meningkat seiring kenaikan ketiga variabel sampai maksimum di titik tertentu, kemudian turun. Konsentrasi maksimum diperoleh pada variabel umpan-pelarut, daya, waktu berturut-turut sebesar 1:15, 50% dan 6 menit dengan hasil flavonoid sebesar 11,907 mg/ml. Kata kunci: flavonoid, ekstrak beluntas, Gelombang mikro
Optimasi Asam Sitrat Limbah Batang Pisang (Musa Paradisiaca L.) Dengan Metode Kultivasi Cair Putri Prihastuti; Bayu Prasetyo Aji; Dea Syifa Fitriani; Farikha Maharani; Indah Hartati
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2021): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 11 2021
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Asam sitrat merupakan salah satu produk kimia yang aman digunakan pada makanan oleh semua badan pengawasan makanan nasional maupun internasional. Asam sitrat dapat diproduksi melalui proses fermentasi mikroorganisme penghasil asam sitrat. Aspergillus niger merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat digunakan pada proses produksi asam sitrat. Penelitian ini bertujuan membuat asam sitrat dari limbah batang pisang dengan variasi penambahan volume starter (10, 20, 30, 40, 50) mL dan lama waktu kultivasi cair (1, 2, 3, 4, 5) hari. Sumber karbon yang digunakan adalah hidrolisa cair hasil pretreatment limbah batang pisang, sedangkan sumber nitrogen yang digunakan adalah (NH4)2SO4. Analisis yang dilakukan mencakup perubahan pH, total asam, biomassa dan rendemen (yield) yang dihasilkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa asam sitrat paling banyak diproduksi pada penambahan volume starter 20 mL serta lama waktu fermentasi 5 hari dengan total asam 8,06 mg/ml, pH 2,8 dan rendemen 46%.
Penerapan Metode Microwave-Assisted Extraction (MAE) Berbasis Green Solvent Senyawa Pektin Albedo Jeruk Bali (Citrus Maxima) Ratna Bernika Amaranti; Dewi Indarwati; Alvia Sefie Tristiyanti; Farikha Maharani; Laeli Kurniasari
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2021): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 11 2021
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Buah jeruk bali atau Citrus Maxima merupakan salah satu jenis jeruk yang banyak di budidayakan di Indonesia. Pada umumnya jeruk bali dikonsumsi dalan keadaan segar, sehingga menyebabkan limbah berupa kulit atau albedo dari jeruk bali. Seperti yang diketahui albedo jeruk bali mengandung komponen nutrisi yang kaya akan manfaat, diantaranya senyawa alkaloid, flavonoid, likopen, dan yang paling dominan adalah pektin sebesar 16,68% sampai 21,95%. Pektin sendiri sangat bermanfaat dalam industry pangan maupun farmasi. Sehingga diperlukan ekstraksi pektin albedo jeruk bali menggunakan Microwave Assisted Extraction. Dalam proses ekstraksi umumnya menggunakan pelarut organic. Penggunaan pelarut tersebut memiliki dampak buruk baik kepada operator/peneliti hingga lingkungan. Maka dari itu dilakukan ekstraksi berbasis green solvent jenis baru berupa pelarut eutektik alami (NADES) karena memiliki beberapa keunggulan. Tujuan dari penelitian ini adalah (i) untuk mengetahui rasio terbaik pelarut dalam proses ekstraksi, (ii) mengetahui lama waktu optimum proses ekstraksi, dan (iii) untuk mengetahui daya terbaik pada proses ekstraksi. Hasil ekstraksi terbaik diperoleh pada rasio pelarut 1:5:18 (CAS-H2O), dengan lama waktu ekstraksi optimum pada menit ke 20, dan pada daya 50% dari daya maksimum 800 watt.
Ekstraksi Senyawa Tanin Dari Kulit Bawang Putih (Allium Sativum L.) Berbantu Gelombang Mikro Iga Cahyana; Laeli Kurniasari; Farikha Maharani
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2021): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 11 2021
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakBawang putih (Allium sativum L) merupakan tumbuhan herba yang biasa digunakan sebagai komponen resep dari kebanyakan makanan. Penggunaan bawang putih sebagai bumbu masakan menghasilkan limbah dari kulit bawang putih yang dibuang begitu saja. Padahal menurut beberapa penelitian kulit bawang putih ternyata memiliki khasiat yang tidak kalah penting. Terdapat beberapa zat aktif yang terkandung didalam kulit bawang putih, salah satunya adalah tanin yang memiliki manfaat sebagai antioksidan dan antibakteri. Ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro merupakan proses yang relatif lebih unggul jika dibandingkan dengan metode konversional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variabel rasio bahan baku-pelarut, daya dan waktu proses ekstraksi tanin dari kulit bawang putih dengan bantuan gelombang mikro. Percobaan dilakukan dengan variabel rasio bahan baku-pelarut 1:10, 1:15, 1:20, 1:25, 1:30, variabel daya 10% dan 50% dari daya maksimum alat (399 watt), dan variabel waktu 5, 10 dan 15 menit. Hasil percobaan menunjukan bahwa ketiga variabel berpengaruh terhadap konsentrasi tanin hasil ekstraksi. Secara umum konsentrasi tanin meningkat seiring kenaikan ketiga variabel sampai maksimum di titik tertentu, kemudian turun. Kadar tanin tertinggi diperoleh sebesar 22,255 mg/ml dengan % yield sebanyak 2,04% dari perbandingan bahan baku-pelarut 1:15, waktu ekstraksi 10 menit dan daya 50%. Kata kunci: Kulit bawang putih, tanin, gelombang mikro.
KARAKTERISASI SELULOSA ASETAT DARI KETELA POHON (Manihot esculanta) Harianingsih Harianingsih; Farikha Maharani
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2018): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 9 2018
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.62 KB)

Abstract

Selulosa asetat biasanya dibuat dari air kelapa (nata de coco), karena produksi nata de coco semakin meningkat sehingga bahan baku air kelapa menjadi mahal maka diperlukan alternative media lain untuk pembuatan selulosa asetat.  Sebagai alternative digunakan ketela pohon yang bahan bakunya melimpah di Indonesia. Diversifikasi ketela pohon menjadi bahan baku membran mikrofiltrasi diharapkan dapat bermanfaat untuk proses pemisahan warna pada limbah batik artifisial. Selulosa asetat pada penelitian ini diperoleh dari aktifitas bakteri acetobacter xylinum. Produk selulosa asetat ini biasanya berasal dari air kelapa yang kita kenal dengan nata de coco. Penggunaan selulosa asetat dari nata de coco ini banyak diaplikasikan pada pengembangan produk perawatan luka, diafragma pengeras suara, serat tekstil, kertas, bahan makanan dan bahan pemisah atau membrane. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut mengetahui cara pembuatan selulosa asetat dari ketela pohon. Hasil dari penelitian ini antara lain glukosa yang terkandung dalam ketela pohon sebesar 30%, uji proksimat serbuk selulosa asetat antara lain kadar air 5,23% wb, kadar abu 0,46% wb, kadar selulosa 94,09% wb dan kadar protein 0,22% wb. Kata Kunci : Acetobacter xylinum, Manihot esculanta, selulosa asetat
PENGARUH SUHU, KONSENTRASI ASAM ASETAT DAN WAKTU TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA (SWELLING POWER, SOLUBILITY, DERAJAT SUBSTITUSI) MODIFIKASI TEPUNG LABU KUNING (CUCURBITA MOSCHATA) DENGAN PROSES ASETILASI Yafi S. Maulana; Laeli Kurniasari; Farikha Maharani
CENDEKIA EKSAKTA Vol 7, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/ce.v7i1.6607

Abstract

Indonesia mempunyai banyak komoditas pangan yang ketersediaannya melimpah dan dapat berpotensi sebagai bahan baku tepung. Labu kuning (Cucurbita moschata) merupakan salah satu alternatif sumber karbohidrat sebagai substitusi tepung terigu. Modifikasi tepung dapat dilakukan secara fisik untuk menghasilkan produk pangan ramah lingkungan. Tepung atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau.Tepung termodifikasi adalah tepung yang mengalami perlakuan fisik ataupun kimia secara terkendali sehingga mengubah satu atau lebih dari sifat asalnya. Asetilasi merupakan salah satu metode modifikasi tepung yang dapat digunakan untuk meningkatkan sifat fisikokimia tepung, yakni swelling power, % solubility, dan derajat substitusi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu (60°C, 80°C, 120°C), konsentrasi asam asetat (5%, 15%, 25%) dan waktu (10 menit dan 30 menit) terhadap nilai swelling power, solubility dan derajat substitusi tepung labu kuning terasetilasi.  Ada 2 proses utama dalam penelitian ini, yaitu pembuatan tepung labu kuning dan proses asetilasi tepung labu kuning. Hasil asetilasi tepung labu kuning diuji untuk mengetahui tepung yang memiliki kualitas yang lebih baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimal diperoleh pada konsentrasi asam asetat 5% suhu asetilasi 60°C waktu 10 menit dengan nilai swelling power sebesar 6,32 g/g, solubility 15% dan derajat substitusi 3,31.Kata kunci: Labu kuning, asetilasi, swelling power, % solubility, derajat substitusi
PENGEMBANGAN PRODUK PANGAN HALAL MENUJU PENINGKATAN KLASTER UMKM (USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH) DI KABUPATEN KENDAL Indah Riwayati; Farikha Maharani; Dian Risdiyanto
ABDIMAS UNWAHAS Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/abd.v5i2.3718

Abstract

Produk pangan halal menjadi satu hal yang penting dalam kehidupan masyarakat kedepannya. Hal ini bukan hanya karena peraturan undang-undang yang mewajibkan semua produk pangan yang beredar harus bersertifikat halal, tetapi juga kesadaran masyarakat untuk memilih makanan yang halal dan thoyib. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan solusi bagi permasalahan mitra kelompok UMKM bidang pangan yakni: 1). Para pelaku UMKM bidang pangan dapat memiliki pengetahuan mengenai makanan yang halal, 2). Para pelaku UMKM bidang pangan dapat memiliki pengetahuan mengenai pengolahan makanan yang halal, 3). Para pelaku UMKM bidang pangan dapat memiliki pengetahuan mengenai titik kritis pengolahan makanan yang halal, 4). Para pelaku UMKM bidang pangan dapat memiliki pengetahuan mengenai proses sertifikasi produk halal. . Metode yang akan digunakan guna mencapai tujuan adalah sebagai berikut: (i). Sosialisasi mengenai makanan halal, (ii). Pelatihan mengenai produksi pangan halal dan titik kritis (iii). Pelatihan mengenai prosedur proses sertifikasi halal. Pelatihan akan dilaksanakan melalui ceramah, diskusi dan praktek. Kata kunci: UMKM, pangan, halal
PELATIHAN PEMBUATAN YOGHURT DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG Farikha Maharani; Rosida Dwi Ayuningtyas
ABDIMAS UNWAHAS Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/abd.v3i2.2495

Abstract

Yoghurt merupakan produk hasil olahan susu yang mengalami fermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus yang baik untuk pencernaan dimana dapat mengurangi zat – zat beracun dalam tubuh. Proses Pembuatan Yoghurt dengan cara memanaskan susu yang akan difermentasi pada suhu 90C selama 15 – 30 menit, setelah itu susu didinginkan sampai suhunya mencapai 40C, untuk selanjutnya dikemas dalam botol atau tempat lainnya. Proses Kegiatan Pengabdian Kepada masyarakat dilakukan dengan cara Pra Pelatihan, Pelatihan pembuatan Yoghurt (Presentasi dan Demonstrasi), dan Pelatihan Tehnik Pengelolaan Usaha Yoghurt, dimana hasil yang didapat setelah Pelatihan ini yaitu peserta antusias dan paham cara pembuat Yoghurt, sehingga masyarakat dapat mengaplikasikan dan diharapkan dapat menjadi usaha bersama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama dilingkungan Kecamatan PedurunganKata Kunci : Pelatihan, Yoghurt, Tahapan Pengelolaan Usaha
PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG Harianingsih Harianingsih; Farikha Maharani; Maharani Kusumaningrum
ABDIMAS UNWAHAS Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/abd.v1i1.1707

Abstract

Perkembangan bioteknologi di bidang pangan semakin meningkat seiring kebutuhan bagi kesehatan tubuh. Salah satu bioteknologi pangan yang dapat dilakukan yaitu pembuatan nata de leri. Nata merupakan produk makanan yang berupa lapisan selulosa sebagai hasil fermentasi bakteri pembentuk nata, yaitu Acetobacter xylinum. Pelatihan nata de leri yang dilakukan di kelurahan banyumanik bertujuan memanfaatkan air sisa cucian beras menjadi hasil ekonomi yang dapat didiversifikasi menjadi nata. Air cucian beras yang biasa dikenal dengan leri tersebut biasanya langsung dibuang karena dianggap tidak memiliki nilai tambah, namun sebenarnya masih mengandung karbohidrat, protein, dan vitamin B. Pelatihan dilakukan menggunakan metode experimental learning. Pelatihan diawali dengan presentasi kemudian praktik secara langsung pembuatan nata de leri. Proses pembuatan terdiri dari persiapan bahan dan alat yang digunakan, pembibitan stater, pembuatan nata de leri dan uji organoleptic berupa uji warna, uji tingkat kemanisan dan uji tingkat kekenyalan. Hasil uji organoleptik yang diperoleh antara lain 16 peserta melihat warna nata de leri hasil fermentasi menarik karena berwarna putih, sedangkan 14 peserta berpendapat bahwa warna nata de leri tidak menarik karena warna yang dihasilkan putih pucat tidak putih transparan. Tingkat kemanisan dibagi menjadi dua opsi yaitu manis dan tawar. Semua peserta (30 orang) berpendapat bahwa nata de leri rasanya tawar, baru ada rasa setelah diberi essence atau perasa. Uji tingkat kekenyalan memperlihatkan, bahwa sebanyak 26 peserta menyatakan nata de leri kenyal dan 4 peserta menyatakan tidak kenyal.Kata kunci: acetobacter xylinum, leri, nata