Claim Missing Document
Check
Articles

Found 33 Documents
Search

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI AIR REBUSAN OLAHAN KEDELAI MENGGUNAKAN EFFECTIVE MIKROORGANISME Suwardiyono Suwardiyono; Farikha Maharani; Harianingsih Harianingsih
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v4i2.3024

Abstract

Penelitian pembuatan pupuk organik cair dari air rebusan olahan kedelai dengan penambahan effevtive mikroorganisme (EM4) sebagai bioaktivator bertujuan untuk menentukan pengaruh waktu fermentasi terhadap kandungan Nitrogen (N) dan Fospor (P) dalam pupuk organik cair. Metode pembuatan pupuk organic cair inimerupakan proses fermentasi 500 ml air rebusan kedelai dalam bak fermentor dengan penambahan EM4 sebanyak 15ml dan sukrosa dan variasi waktu fermentasi 4,6,8,10,12,14 hari. Variasi pengambilan sampel berikutnya dilakukan dengan penambahan EM4 sebanyak 5,10,15, 20 ml dan waktu fermentasi 14 hari. Parameter yang diuji adalah prosentase nitrogen dan Fosfor menggunakan uji Kjeldah dan dilanjutkan dengan uji kandungan Fosfor menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 650-750nm. Hasil dari penelitian ini dengan penambahan 15 ml EM4 diperoleh prosentase nitrogen dan phosphor pada hari ke-10 sebesar 0,302% dan 0,0068%. Semakin lama waktu fermentasi maka prosentase semakin turun antara lain pada waktu 14 hari kandungan nitrogen dan phosphor yang diperoleh 0,128 % dan 0,0014%.. Kata kunci : Air rebusan Kedelai, Effective Microorganisme, Pupuk Organik Cair
KARAKTERISASI SELULOSA ASETAT DARI KETELA POHON (Manihot esculanta) Harianingsih Harianingsih; Farikha Maharani
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2018): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 9 2018
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.62 KB)

Abstract

Selulosa asetat biasanya dibuat dari air kelapa (nata de coco), karena produksi nata de coco semakin meningkat sehingga bahan baku air kelapa menjadi mahal maka diperlukan alternative media lain untuk pembuatan selulosa asetat.  Sebagai alternative digunakan ketela pohon yang bahan bakunya melimpah di Indonesia. Diversifikasi ketela pohon menjadi bahan baku membran mikrofiltrasi diharapkan dapat bermanfaat untuk proses pemisahan warna pada limbah batik artifisial. Selulosa asetat pada penelitian ini diperoleh dari aktifitas bakteri acetobacter xylinum. Produk selulosa asetat ini biasanya berasal dari air kelapa yang kita kenal dengan nata de coco. Penggunaan selulosa asetat dari nata de coco ini banyak diaplikasikan pada pengembangan produk perawatan luka, diafragma pengeras suara, serat tekstil, kertas, bahan makanan dan bahan pemisah atau membrane. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut mengetahui cara pembuatan selulosa asetat dari ketela pohon. Hasil dari penelitian ini antara lain glukosa yang terkandung dalam ketela pohon sebesar 30%, uji proksimat serbuk selulosa asetat antara lain kadar air 5,23% wb, kadar abu 0,46% wb, kadar selulosa 94,09% wb dan kadar protein 0,22% wb. Kata Kunci : Acetobacter xylinum, Manihot esculanta, selulosa asetat
OPTIMASI PROSES PEMBUATAN MEMBRAN SELULOSA DENGAN BAHAN PEMBAWA (CARRIER) Harianingsih Harianingsih; Heru Setiawan
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2016): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 7 2016
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.043 KB)

Abstract

Teknologi membran selulosa semakin dikembangkan dibandingkan proses pmisahan yang lain  karena pemisahan ini dapat dilakukan secara kontinyu dan energi yang dibutuhkan rendah. Membran selulosa dapat dibuat dengan teknik morfologi asimetris yaitu metode inversi  yang  merupakan perubahan bentuk polimer dari fasa cair menjadi padatan dengan kondisi terkendali. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja membran selulosa adanya bahan pembawa (carrier). Pada penelitian ini digunakan carboxymetil cellulosa(CMC)  dan pati sebagai bahan pembawa. Karakterisasi  membran selulosa dengan bahan pembawa cmc dan pati dilakukan uji selektivitas dan permeabilitas (fluks) yang dilakukan pada umpan media tumbuh bakteri yang sudah dikontaminasi dengan Escheria coli. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa membran selulosa dengan bahan pembawa cmc dan pati dapat digunakan untuk memisahkan bakteri. Kondisi terbaik dari percobaan diperoleh bahwa penggunaan(CMC) dengan konsentrasi 15% menghasilkan selektivitas 55,68% dan fluks 4,01 l.m-2 jam-1yang lebih baik dari carrier pati yaitu selektivitas 44,80% dan fluks 6,22l.m-2 jam-1pada konsentrasi yang sama. Kata kunci: carrier, cmc, selulosa
PRODUKSI PATI SORGUM TERMODIFIKASI DENGAN METODE ASETILASI Harianingsih Harianingsih; Wusana Agung Wibowo
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 12, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v12i1.1454

Abstract

Sorgum merupakan salah satu tanaman yang bijinya mengandung karbohidrat cukup tinggi mencapai 73 %. Pati termodifikasi adalah pati yang mengalami perlakuan fisik ataupun kimia  secara terkendali sehingga mengubah satu atau lebih dari sifat asalnya. Dewasa ini metode yang banyak digunakan untuk memodifikasi pati adalah modifikasi dengan asam, modifikasi dengan enzim, modifikasi dengan oksidasi dan modifikasi ikatan silang. Modifikasi dengan asetilasi menghasilkan produk dengan swelling power, solubility dan viskositas yang lebih tinggi. Selain itu proses modifikasi dengan asetilasi membutuhkan biaya yang lebih rendah, sehingga lebih menguntungkan apabila digunakan pada industri pangan. Hasil penelitian menunjukkan % asetil dan DS pati sorgum termodifikasi menggunakan metode asetilasi mencapi 43% dan 2,79. Pati sorgum tanpa modifikasi diperoleh swelling power sebesar 0.67 sedangkan untuk pati sorgum termodifikasi sebesar 20,89. Pati sorgum terasetilasi memiliki solubility yang lebih tinggi yaitu sebesar 46,22% dibandingkan pati sorgum tanpa asetilasi yaitu sebesar 10,88%. Ketahanan pati terhadap suhu rendah (Freeze Thaw Stability) untuk pati sorgum yang dimodifikasi secara asetilasi yaitu 1,95% sedangkan untuk pati sorgum tanpa asetilasi sebesar 1,07%. Kata kunci : asetilasi, sorgum, termodifikasi
PEMANFAATAN LIDAH MERTUA (Sansiviera sp) SEBAGAI ADSORBENT Fe, Pb DAN Cr PADA LIMBAH BATIK Harianingsih Harianingsih; Farikha Maharani
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v4i1.2686

Abstract

Limbah batik mempunyai sifat karsinogenik karena pewarna sintetik yang digunakan masih banyak mengandung logam berat. Pencemaran oleh logam berat ini antara lain Fe, Pb, Cr mengakibatkan kerusakan lingkungan serta berbahaya untuk kesehatan. Dari permasalahan tersebut penelitian ini dilakukan untuk memperoleh solusi mengurangi pencemaran logam berat yang diakibatkan pada pewarnaan batik menggunakan adsorben lidah mertua. Lidah mertua dapat digunakan sebagai adsorbent logam berat karena glikosid mampu mereduksi limbah logam berat. Tanaman lidah mertua merupakan tanaman yang mudah diperoleh sehingga dapat direkomendasikan sebagai bahan baku pembuatan adsorben untuk mengadsorpsi Fe, Pb dan Cr pada limbah batik.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari waktu kontak dan pH optimum yang diperoleh, dengan indikator penurunan kadar dari logam Fe, Pb, Cr. Variasi dari waktu kontak pada penelitian ini adalah 30 menit,, 60 menit, 90 menit, 120 menit dan 150 menit dan variasi pH yang digunakan antara lain pH 2,3,4,5, dan 6.  Dari penelitian diperoleh hasil bahwa waktu kontak optimum pada 150 menit dengan penurunan kadar logam berat Fe sebesar 42,17%, penurunan kadar Pb sebesar 51,01 % dan penurunan logam Cr sebesar 45,57%. PH optimum pada pH 6 diperoleh prosentase penurunan kadar logam berat yaitu Fe sebesar 43,7%, Pb sebesar 51,11% dan Cr sebesar 47,23%. Kata kunci : batik, lidah mertua, logam berat
EKSTRAKSI ANTIOKSIDAN PADA LIDAH BUAYA (Aloe vera) BERBANTU GELOMBANG MIKRO Maharani Kusumaningrum; Harianingsih Harianingsih
Jurnal Inovasi Teknik Kimia Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/inteka.v3i2.2487

Abstract

Antioksidan sangat diperlukan oleh kesehatan tubuh sebagai penangkal radikal bebas. Banyak penelitian yang mengkaji adanya antioksidan pada beberapa tanaman. Pada penelitian ini dikaji antioksidan yang terdapat pada lidah buaya. Karena lidah buaya dianggap sebagai tanaman yang mudah dikembangbiakkan serta murah, sehingga akan menghasilkan antioksidan dengan biaya bahan baku yang murah. Proses ekstraksi antioksidan dilakukan dengan menggunakan bantuan gelombang mikro dengan pelarut n heksane dan methanol. Hasil penelitian diperoleh bahwa  pada proses ekstraksi berbantu gelombang mikro penggunaan pelarut n-heksane akan efektif jika ditambahkan pelarut methanol yang lebih polar. Antioksidan dari lidah buaya  optimum sebesar 56,29% pada suhu 50oC dan waktu ekstraksi 5 jam. Antioksidan juga akan optimum dihasilkan jika konsentrasi pelarut n-heksan 60 % sebesar 13,78%. Kata kunci : aloe vera, antioksidan, ekstraksi
Perancangan Sistem Detektor Suhu Fermentasi Acetobacter Xylinum menggunakan Sensor DS18B20 Harianingsih, Harianingsih; Suwardiyono, Suwardiyono; B, Nugroho Eko; Wijanarko, Rony
Jurnal JTIK (Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi) Vol 2, No 1 (2018): JTIK
Publisher : KITA Institut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.373 KB) | DOI: 10.35870/jtik.v2i1.44

Abstract

a b s t r a c t Detection system temperature needed in the process of fermentation Acetobacter xylinum. Many food products produced from of fermentation this bacteria. Acetobacter xylinum need temperature fermentation between 28oC-32oCto growing good. To able for controlling temperature on fermentation Acetobacter xylinum, made a temperature design controller using Arduino Uno microcontroller and gauges the temperature of DS18B20 sensors. Election DS18B20 sensors because it had higher at 0,5 oC accuracy. The research covered structural testing component, testing functional and validation component. Data is the decimal form of signals delivered by a temperature on Arduino Uno microcontroller as the brain and processors. From test validation obtained prosesntase error for resistance (R) DS18B20 sensors for temperature 0oC-100oC of 0,96%. The testing Resistance (R) DS18B20 sensors for temperature 25oC-35oC of 1,12%. The measurement of temperature 25oC-35oC before calibration have prosentase error 9,65% and after calibration 0,70%. The prosentase error is still in a normal limits instrument temperature controller, so this instrument can be used as a control in the process of fermentation acetobacter xylinum. a b s t r a kSistem deteksi suhu sangat diperlukan dalam proses fermentasi Acetobacter xylinum. Banyak produk makanan yang diproduksi dari hasil fermentasi bakteri ini. Acetobacter xylinum memerlukan suhu fermentasi antara 28oC-32oC agar dapat tumbuh dan berkembang baik. Untuk dapat memudahkan pengontrolan suhu pada fermentasi acetobacter xylinum, dibuat rancangan alat pengendalil suhu menggunakan arduino uno sebagai mikrokontroler dan pengukur suhu berupa sensor DS18B20. Pemilihan sensor DS18B20 karena sensor ini mempunyai keakuratan tinggi yaitu 0,5oC. Rancangan penelitian meliputi pengujian struktural komponen, pengujian fungsional komponen dan uji validasi. Data merupakan bentuk desimal dari sinyal yang dikirimkan oleh sensor suhu pada mikrokontroler arduino uno sebagai otak dan pengolah data. Dari hasil uji validasi diperoleh prosentase error untuk pengujian Resistensi (R) sensor DS18B20 untuk suhu 0oC-100oC sebesar 0.96%. Hasil pengujian Resistensi (R) sensor DS18B20 untuk suhu 25oC-35oC mempunyai prosentase error 1.12%. Pengukuran suhu sensor DS18B20 untuk suhu 25oC-35oC sebelum kalibrasi mempunyai prosentase error 9.65% dan setelah kalibrasi sebesar 0.70%. Prosentase error tersebut masih dalam batas normal alat engendali suhu, sehingga alat tersebut dapat digunakan sebagai pengontrol pada proses fermentasi acetobacter xylinum..
Kesetimbangan Adsorpsi Isotermal Logam Pb Dan Cr Pada Limbah Batik Menggunakan Adsorben Tongkol Jagung (Zea Mays) Wara Dyah Pita Rengga; Harianingsih Harianingsih; Ardik Erwanto; Budi Cahyono
Journal of Chemical Process Engineering Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (675.449 KB) | DOI: 10.33536/jcpe.v4i2.321

Abstract

Batik sebagai salah satu potensi yang ada di Indonesia terkadang menggunakan pewarna sintetis yang mengandung bahan kimia. Limbah yang dihasilkan bisa jadi masih mengandung logam berat yang mempunyai toksisitas yang tinggi. Logam berat pada limbah batik yang mempunyai toksisitas tinggi tersebut antara lain logam timbal (Pb) yang biasanya berasal dari pewarna putih dan Kromium (Cr) dari pewarna merah. Solusi yang ditawarkan untuk mengurangi kadar Pb dan Cr pada limbah batik adalah melakukan proses adsorpsi menggunakan tongkol jagung. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui model kesetimbangan yang digunakan untuk melihat keefektifan tongkol jagung sebagai adsorben logam Pb dan Cr adalah Langmuir dan Freundlich dengan variasi konsentrasi Pb yaitu 10, 25, 50, 75, 100, 150 dan 200 mg/L dan Cr pada konsentrasi 500, 600, 700, 800, 900 dan 1000 mg/L. Model kesetimbangan isotherm adsorpsi logam Pb dan Cr menggunakan tongkol jagung dengan waktu kontak 60 menit, kecepatan pengadukan 100 rpm dan 150 rpm. Hasil analisis kesetimbangan adsorpsi isotherm Langmuir untuk logam Pb dan Cr menghasilkan kapasitas adsorpsi 4,25mg/g dan 4,46 mg/g. Analisis kesetimbangan adsorpsi isotermal Freundlich untuk logam Pb dan Cr menghasilkan  tetapan kesetimbangan 3,31 dan 3,41. Kesimpulannya adalah model kesetimbangan adsorpsi Langmuir lebih sesuai digunakan untuk menentukan keefektifan proses adsorpsi logam Pb dan Cr menggunakan tongkol jagung pada limbah batik dibandingkan dengan model Freundlich.
PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN NATA DE LERI DI KELURAHAN BANYUMANIK SEMARANG Harianingsih Harianingsih; Farikha Maharani; Maharani Kusumaningrum
ABDIMAS UNWAHAS Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31942/abd.v1i1.1707

Abstract

Perkembangan bioteknologi di bidang pangan semakin meningkat seiring kebutuhan bagi kesehatan tubuh. Salah satu bioteknologi pangan yang dapat dilakukan yaitu pembuatan nata de leri. Nata merupakan produk makanan yang berupa lapisan selulosa sebagai hasil fermentasi bakteri pembentuk nata, yaitu Acetobacter xylinum. Pelatihan nata de leri yang dilakukan di kelurahan banyumanik bertujuan memanfaatkan air sisa cucian beras menjadi hasil ekonomi yang dapat didiversifikasi menjadi nata. Air cucian beras yang biasa dikenal dengan leri tersebut biasanya langsung dibuang karena dianggap tidak memiliki nilai tambah, namun sebenarnya masih mengandung karbohidrat, protein, dan vitamin B. Pelatihan dilakukan menggunakan metode experimental learning. Pelatihan diawali dengan presentasi kemudian praktik secara langsung pembuatan nata de leri. Proses pembuatan terdiri dari persiapan bahan dan alat yang digunakan, pembibitan stater, pembuatan nata de leri dan uji organoleptic berupa uji warna, uji tingkat kemanisan dan uji tingkat kekenyalan. Hasil uji organoleptik yang diperoleh antara lain 16 peserta melihat warna nata de leri hasil fermentasi menarik karena berwarna putih, sedangkan 14 peserta berpendapat bahwa warna nata de leri tidak menarik karena warna yang dihasilkan putih pucat tidak putih transparan. Tingkat kemanisan dibagi menjadi dua opsi yaitu manis dan tawar. Semua peserta (30 orang) berpendapat bahwa nata de leri rasanya tawar, baru ada rasa setelah diberi essence atau perasa. Uji tingkat kekenyalan memperlihatkan, bahwa sebanyak 26 peserta menyatakan nata de leri kenyal dan 4 peserta menyatakan tidak kenyal.Kata kunci: acetobacter xylinum, leri, nata
PEMBUATAN EDIBLE FILM DARI NATA DE SOYA (AMPAS TAHU) SEBAGAI BENTUK WASTE TO PRODUCT UKM TAHU Harianingsih Harianingsih; Suwardiyono Suwardiyono
CENDEKIA EKSAKTA Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3194/ce.v2i1.1796

Abstract

Nata de Soya merupakan salah satu bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku edible film karena mengandung senyawa selulosa. Nata ini dibuat dari ampas tahu yaitu limbah padat yang dihasilkan dalam proses pembuatan tahu. Ampas tahu biasanya dimanfaatkan untuk pakan ternak.Pengelolaan limbah dalam industri pembuatan tahu merupakan salah satu dari contoh teknik pengelolaan limbah secara Waste to Product yaitu menggunakan kembali limbah hasil pabrik tahu sebagai bahan baku produk baru yang memiliki nilai tambah. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi tiga proses antara lain pembibitan stater, pembuatan nata de soya dengan proses fermentasi, kemudian pembuatan edible film. Pada pembuatan edible film dari nata de soya ini dilakukan dengan variasi penambahan gliserol yaitu 1%, 1,5% dan 2%. Ketebalan merupakan parameter penting yang berpengaruh terhadap penggunaan film dalam pembentukan produk yang akan dikemasnya. Ketebalan dapat mempengaruhi laju trnsmisi uap, gas, dan senyawa volatil serta sifat fisik lainnya.Ketebalan edible film 0.1 mm pada penambahan 1% gliserol, 0,12 mm pada penambahan gliserol 1,5% dan 0,15 mm pada penambahan 2% gliserol. Kata kunci: edible film, gliserol, nata de soya