Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

Perancangan Sistem Detektor Suhu Fermentasi Acetobacter Xylinum menggunakan Sensor DS18B20 Harianingsih, Harianingsih; Suwardiyono, Suwardiyono; B, Nugroho Eko; Wijanarko, Rony
Jurnal JTIK (Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi) Vol 2, No 1 (2018): JTIK
Publisher : KITA Institut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.373 KB) | DOI: 10.35870/jtik.v2i1.44

Abstract

a b s t r a c t Detection system temperature needed in the process of fermentation Acetobacter xylinum. Many food products produced from of fermentation this bacteria. Acetobacter xylinum need temperature fermentation between 28oC-32oCto growing good. To able for controlling temperature on fermentation Acetobacter xylinum, made a temperature design controller using Arduino Uno microcontroller and gauges the temperature of DS18B20 sensors. Election DS18B20 sensors because it had higher at 0,5 oC accuracy. The research covered structural testing component, testing functional and validation component. Data is the decimal form of signals delivered by a temperature on Arduino Uno microcontroller as the brain and processors. From test validation obtained prosesntase error for resistance (R) DS18B20 sensors for temperature 0oC-100oC of 0,96%. The testing Resistance (R) DS18B20 sensors for temperature 25oC-35oC of 1,12%. The measurement of temperature 25oC-35oC before calibration have prosentase error 9,65% and after calibration 0,70%. The prosentase error is still in a normal limits instrument temperature controller, so this instrument can be used as a control in the process of fermentation acetobacter xylinum. a b s t r a kSistem deteksi suhu sangat diperlukan dalam proses fermentasi Acetobacter xylinum. Banyak produk makanan yang diproduksi dari hasil fermentasi bakteri ini. Acetobacter xylinum memerlukan suhu fermentasi antara 28oC-32oC agar dapat tumbuh dan berkembang baik. Untuk dapat memudahkan pengontrolan suhu pada fermentasi acetobacter xylinum, dibuat rancangan alat pengendalil suhu menggunakan arduino uno sebagai mikrokontroler dan pengukur suhu berupa sensor DS18B20. Pemilihan sensor DS18B20 karena sensor ini mempunyai keakuratan tinggi yaitu 0,5oC. Rancangan penelitian meliputi pengujian struktural komponen, pengujian fungsional komponen dan uji validasi. Data merupakan bentuk desimal dari sinyal yang dikirimkan oleh sensor suhu pada mikrokontroler arduino uno sebagai otak dan pengolah data. Dari hasil uji validasi diperoleh prosentase error untuk pengujian Resistensi (R) sensor DS18B20 untuk suhu 0oC-100oC sebesar 0.96%. Hasil pengujian Resistensi (R) sensor DS18B20 untuk suhu 25oC-35oC mempunyai prosentase error 1.12%. Pengukuran suhu sensor DS18B20 untuk suhu 25oC-35oC sebelum kalibrasi mempunyai prosentase error 9.65% dan setelah kalibrasi sebesar 0.70%. Prosentase error tersebut masih dalam batas normal alat engendali suhu, sehingga alat tersebut dapat digunakan sebagai pengontrol pada proses fermentasi acetobacter xylinum..
Optimization of the Citronellal Synthesis Process from Cymbopogon winterianus Assisted by Microwave using Methanol and N-Hexan Solvent Harianingsih, Harianingsih
Eksergi Vol 15, No 1 (2018): Vol 15, No 1 (2018)
Publisher : Prodi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, UPN "Veteran" Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31315/e.v15i1.2227

Abstract

ABSTRAK: Proses ekstraksi minyak atsiri menjadi penting diperhatikan untuk menghasilkan rendemen yang lebih tinggi. Ekstraksi minyak sereh wangi yang biasa dilakukan adalah dengan maerasi, destilasi fraksinasi bertingkat, soxhlet dan proses konvensional lainnya. Hasil ekstrak dari minyak sereh wangi dengan komponen paling tinggi adalah sitronelal yaitu 35%. Sitronelal bermanfaat untuk pembuatan parfum, aerosol, detergen dan masih banyak yang lainnya. Pada penelitian ini dilakukan sintesis sitronelal dari sereh wangi menggunakan ekstraksi dengan bantuan gelombang mikro. Alat ekstraktor dibuat dengan memodifikasi alat ekstraktor berupa microwave yang diberi labu alas bulat sebagai media untuk bahan sereh wangi dan pelarut metanol dan n-heksan. Variabel yang berpengaruh antara lain waktu dan volume pelarut. Waktu yang digunakan 5, 10, 15, 20, 25 menit, daya sebesar 10, 20, 30, 50 W dan variasi volume pelarut metanol sebanyak 50, 100, 150 dan 200 ml.  Hasil penelitian diperoleh dengan waktu yang singkat dengan variabel beda daya diperoleh dalam waktu 5 menit diperoleh ekstrak sitronelal sebesar 30,1%. Pada volume yang rendah 50 ml diperoleh ekstrak sitronelal sebanyak 32,5%. Hasil perolehan sintesis sitronelal menggunakan bantuan gelombang mikro dan pelarut etanol ini lebih kecil dibandingkan ekstraksi evaporasi yang dapat mengekstrak sitronelal hingga mencapai 36%.Kata Kunci: ekstraksi; gelombang mikro; sitronelal ABSTRACT: The process of extracting essential oils is important to note in order to produce a higher yield. The extraction of citronella oil is commonly done with maerasi, stratified fractionation distillation, soxhlet and other conventional processes. The extract from citronella oil with the highest component was citronellal which was 35%. Sitronelal is useful for making perfumes, aerosols, detergents and many others. In this study, citronellal synthesis of citronella was done using microwave extraction. The extractor is made by modifying the extractor in the form of a microwave which is given a round bottom flask as a medium for the ingredients of citronella with metanol and n-hexan solvent. The variables that influence include time and volume of solvent. Time used 5, 10, 15, 20, 25 min, power 10, 20, 30, 50 W and variation of methanol solvent volume of 50, 100, 150 and 200 ml. The results obtained with a short time with variable power difference obtained within 5 minutes obtained 30 cm of sitronelal extract. At a low volume of 50 ml citronellal extract obtained as much as 32.5%. The result of citronellal synthesis using microwaves and ethanol solvent is smaller than evaporative extraction which can extract citronellal up to 36%.Keywords: extraction; microwave; citronellal
Adsorption Studies of Rice Husk-Based Silica/Carbon Composite Wara Dyah Pita Rengga; Wahyudi Budi Sediawan; Nadya Alfa Cahaya Imani; Harianingsih Harianingsih; Kega Amalania Salsabiil
EKSAKTA: Journal of Sciences and Data Analysis VOLUME 1, ISSUE 2, August 2020
Publisher : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/EKSAKTA.vol1.iss2.art1

Abstract

Rice husk as a by-product of the rice milling process is a material that can still be processed to be a product that can be used in various applications. The potential for the commercialization ofrice husks is still hampered by its low economic value. By using the heating method using an inert gas, rice husk can be converted into a composite which contains mostly silica and carbon, a wellknown component with excellent adsorbent properties. This aimed to study the preparation of rice husk-baased silica/carbon composite and its adsorption behavior. In this research, the utilization of rice husk into silica/carbon composites was done by using three different methods. Common heating under temperature of 800 oC, heating process under temperature of 800 oC using furnace equipped with inert gas, and heating process under temperature of 800 oC using furnace equipped with inert gas with addition of glucose solution were carried out in order to obtain three different kinds of composite. Analysis and characterization using were performed to observe the properties of the composites. As the result, from Fourier Transform Infra-Red and X-Ray diffraction characterizations, silica/carbon composites were successfully made as both of carbon and amorphous silica spectra appeared in the result. Furthermore, composite made under temperature of 800 oC using furnace equipped with inert gas with addition of glucose solution has the highest adsorption capacity and Langmuir’s model adsorptive behavior with R2 value of 0.935.
SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) SUHU DAN PH FERMENTASI ACETOBACTER XYLINUM Suwardiyono Suwardiyono; Harianingsih Harianingsih; Rony Wijanarko
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2018): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 9 2018
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.277 KB)

Abstract

Perancangan sistem short message service (sms) suhu dan pH proses fermentasi Acetobacter xylinum yang digunakan sebagai microbacter untuk pembuatan selulosa dan berbagai macam produk lainnya diperlukan beberapa software pendukung. Antara lain menggunakan software IDE Arduino untuk merancang sistem kendali di Arduino UNO. Adapun implementasi yang diharapkan dalam perancangan ini yaitu: Implementasi perangkat lunak yang dimasukan kedalam Arduino UNO untuk dapat mengukur level yang diharapkan. Implementasi sistem pada program Arduino UNO untuk mengirim SMS tentang kondisi level yang telah ditentukan ketika sensor melakukan pendeteksian GSM juga diperlukan adalah standar internasional untuk telepon seluler. Singkatan yang berdiri untuk Global System for Mobile Communications. Pada penelitian ini dirancang sebuah alat ukur pH dan suhu berbasis SMS gateway dengan SMS (Short Message Service) sebagai media informasinya untuk jarak jauh. Data hasil pengukuran dapat dilihat langsung melalui LCD pada modul pH dan suhu. Selain itu dapat pula dilihat dari jarak jauh melalui sebuah PC yang telah tersambung pada modem wavecom dan pada sebuah ponsel. Dari hasil penelitian diperoleh hasil bahwa GSM Shield memungkinkan papan Arduino atau microcontroller untuk terhubung ke internet, mengirim dan menerima SMS, GSM akan bekerja dengan Arduino UNO dan microcontroller akan bekerja dengan mega papan ADK. Antara lain, GSM mendukung panggilan keluar dan masuk suara, Simple Pesan Sistem (SMS atau pesan teks), dan komunikasi data (melalui GPRS). Kata kunci : ArduinoUNO, GSM shield, SMS
DETEKSI POTENSIAL ION HIDROGEN (pH) GUNA MENGETAHUI KEBASIAN YOGHURT HASIL IbM KELOMPOK USAHA PENGOLAH SUSU SAPI BOYOLALI Harianingsih Harianingsih; Suwardiyono Suwardiyono; Rony Wijanarko
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2017): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 8 2017
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (367.082 KB)

Abstract

Yoghurt merupakan minuman yang sangat digemari saat ini. Yoghurt merupakan hasil olahan susu yang cepat mengalami kebasian jika tidak disimpan secara tepat, untuk itu diperlukan alat pendeteksi kebasian yoghurt. Kebasian yoghurt dapat dideteksi dengan mengukur pH produk tersebut. Yoghurt Segar mempunyai rentang pH antara 6,5-6,7 sedangkan yoghurt yang telah basi mempunyai pH kurang dari 6,5. Alat pendeteksi pH pada yoghurt digunakan sensor SEN0161 yag dihubungkan dengan arduino uno sebagai kontroler. Alat dirangkai kemudian dilakukan pengamatan dengan mengkalibrasi terlebih dahulu. Perancangan perangkat lunak menggunakan software arduino. respon  sistem  diamati  dengan menggunakan serial  monitor yang  juga  terdapat  dalam program arduino yang kemudian ditampilkan pada lcd. Hasil kalibrasi menunjukkan bahwa sensor pH SEN0161 mempunyai sensitivitas mencapai 50,2 mV yang artinya dapat digunakan untuk mengukur pH pada yoghurt. Pengujian  yoghurt pada suhu kamar menunjukkan pH yoghurt segar berada pada rentang 6,72-6,73 dan pH yoghurt basi 5,32-5,34. Waktu yang digunakan untuk data terbaca oleh lcd yaitu 60 detik.Kata kunci: kebasian, sensor pH, yoghurt
OPTIMASI PROSES PEMBUATAN MEMBRAN SELULOSA DENGAN BAHAN PEMBAWA (CARRIER) Harianingsih Harianingsih; Heru Setiawan
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2016): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 7 2016
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.043 KB)

Abstract

Teknologi membran selulosa semakin dikembangkan dibandingkan proses pmisahan yang lain  karena pemisahan ini dapat dilakukan secara kontinyu dan energi yang dibutuhkan rendah. Membran selulosa dapat dibuat dengan teknik morfologi asimetris yaitu metode inversi  yang  merupakan perubahan bentuk polimer dari fasa cair menjadi padatan dengan kondisi terkendali. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja membran selulosa adanya bahan pembawa (carrier). Pada penelitian ini digunakan carboxymetil cellulosa(CMC)  dan pati sebagai bahan pembawa. Karakterisasi  membran selulosa dengan bahan pembawa cmc dan pati dilakukan uji selektivitas dan permeabilitas (fluks) yang dilakukan pada umpan media tumbuh bakteri yang sudah dikontaminasi dengan Escheria coli. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa membran selulosa dengan bahan pembawa cmc dan pati dapat digunakan untuk memisahkan bakteri. Kondisi terbaik dari percobaan diperoleh bahwa penggunaan(CMC) dengan konsentrasi 15% menghasilkan selektivitas 55,68% dan fluks 4,01 l.m-2 jam-1yang lebih baik dari carrier pati yaitu selektivitas 44,80% dan fluks 6,22l.m-2 jam-1pada konsentrasi yang sama. Kata kunci: carrier, cmc, selulosa
MODEL PENDETEKSI pH PADA PROSES FERMENTASI ACETOBACTER XYLINUM MENGGUNAKAN SENSOR SEN0161 Suwardiyono Suwardiyono; Harianingsih Harianingsih; Nugroho Eko B; Rony Wijanarko
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2017): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 8 2017
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.2 KB)

Abstract

Penggunaan teknologi bioproses pada mikroba sebagai produk bahan makanan sudah berkembang, salah satunya proses fermentasi Acetobacter xylinum sebagai mikroba untuk membuat selulosa asetat  dari air kelapa yang biasa kita kenal dengan nata de coco. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses fermentasi Acetobacter xylinum adalah kondisi pH. Kondisi pH yang dikehendaki pada fermentasi ini antara 3-5. Pada penelitian ini dibuat model pendeteksi pH pada fermentasi Acetobacter xylinum menggunakan sensor SEN0161 dengan tujuan agar pH dapat diketahui lebih cepat sehingga tingkat keberhasilan pertumbuhan Acetobacter xylinum yang hanya dapat hidup pada kondisi pH 3-5 dapat diketahui. Hal ini juga dapat digunakan untuk mengetahui berapa larutan asam yang optimal yang nantinya dipakai untuk proses pembibitan Acetobacter xylinum. Penelitian ini dilakukan dengan merancang alat pendeteksi, pengujian arduino uno, pengujian SEN0161, pengujian lcd, pengujian pada Acetobacter xylinum. Hasil yang diperoleh bahwasanya penggunaan arduino UNO dapat berfungsi dengan baik jika diberikan tegangan sebesar 12V, sensor pH SEN0161 dan LCD dapat bekerja pada daya input pada arduino 5 Volt DC, Pngujian pada Acetobacter xylinum memperlihatkan bahwa alat dapat bekerja dengan baik karena saat dibandingkan dengan pH meter prosentase error sbesar 6,88%. Kata kunci : acetobacter xylinum, arduino uno, SEN0161
KARAKTERISASI SELULOSA ASETAT DARI KETELA POHON (Manihot esculanta) Harianingsih Harianingsih; Farikha Maharani
Prosiding SNST Fakultas Teknik Vol 1, No 1 (2018): PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 9 2018
Publisher : Prosiding SNST Fakultas Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.62 KB)

Abstract

Selulosa asetat biasanya dibuat dari air kelapa (nata de coco), karena produksi nata de coco semakin meningkat sehingga bahan baku air kelapa menjadi mahal maka diperlukan alternative media lain untuk pembuatan selulosa asetat.  Sebagai alternative digunakan ketela pohon yang bahan bakunya melimpah di Indonesia. Diversifikasi ketela pohon menjadi bahan baku membran mikrofiltrasi diharapkan dapat bermanfaat untuk proses pemisahan warna pada limbah batik artifisial. Selulosa asetat pada penelitian ini diperoleh dari aktifitas bakteri acetobacter xylinum. Produk selulosa asetat ini biasanya berasal dari air kelapa yang kita kenal dengan nata de coco. Penggunaan selulosa asetat dari nata de coco ini banyak diaplikasikan pada pengembangan produk perawatan luka, diafragma pengeras suara, serat tekstil, kertas, bahan makanan dan bahan pemisah atau membrane. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut mengetahui cara pembuatan selulosa asetat dari ketela pohon. Hasil dari penelitian ini antara lain glukosa yang terkandung dalam ketela pohon sebesar 30%, uji proksimat serbuk selulosa asetat antara lain kadar air 5,23% wb, kadar abu 0,46% wb, kadar selulosa 94,09% wb dan kadar protein 0,22% wb. Kata Kunci : Acetobacter xylinum, Manihot esculanta, selulosa asetat
PRODUKSI PATI SORGUM TERMODIFIKASI DENGAN METODE ASETILASI Harianingsih Harianingsih; Wusana Agung Wibowo
JURNAL ILMIAH MOMENTUM Vol 12, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Wahid Hasyim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36499/jim.v12i1.1454

Abstract

Sorgum merupakan salah satu tanaman yang bijinya mengandung karbohidrat cukup tinggi mencapai 73 %. Pati termodifikasi adalah pati yang mengalami perlakuan fisik ataupun kimia  secara terkendali sehingga mengubah satu atau lebih dari sifat asalnya. Dewasa ini metode yang banyak digunakan untuk memodifikasi pati adalah modifikasi dengan asam, modifikasi dengan enzim, modifikasi dengan oksidasi dan modifikasi ikatan silang. Modifikasi dengan asetilasi menghasilkan produk dengan swelling power, solubility dan viskositas yang lebih tinggi. Selain itu proses modifikasi dengan asetilasi membutuhkan biaya yang lebih rendah, sehingga lebih menguntungkan apabila digunakan pada industri pangan. Hasil penelitian menunjukkan % asetil dan DS pati sorgum termodifikasi menggunakan metode asetilasi mencapi 43% dan 2,79. Pati sorgum tanpa modifikasi diperoleh swelling power sebesar 0.67 sedangkan untuk pati sorgum termodifikasi sebesar 20,89. Pati sorgum terasetilasi memiliki solubility yang lebih tinggi yaitu sebesar 46,22% dibandingkan pati sorgum tanpa asetilasi yaitu sebesar 10,88%. Ketahanan pati terhadap suhu rendah (Freeze Thaw Stability) untuk pati sorgum yang dimodifikasi secara asetilasi yaitu 1,95% sedangkan untuk pati sorgum tanpa asetilasi sebesar 1,07%. Kata kunci : asetilasi, sorgum, termodifikasi
PEMBUATAN KITOSAN DARI CANGKANG SIPUT MURBAI (Pomacea canaliculata L.) SEBAGAI EDIBLE COATING NUGGET harianingsih harianingsih; Putri Maharani Budi; Septiana Hadi Mafidyah
Jurnal Ilmiah Teknosains Vol 5, No 1 (2019): JiTek
Publisher : Universitas PGRI Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.408 KB) | DOI: 10.26877/jitek.v5i1.3551

Abstract

Siput murbai (Pomacea canalicunata L.) atau dikenal dengan “keong mas” sangat subur pertumbuhannya. Tingginya persebaran siput murbai sangat mengganggu aktifitas pertumbuhan padi. Pada penelitian ini sebagai salah satu bentuk penanggulangan persebaran siput murbai yang menyerang tanaman padi maka dilakukan pembuatan kitosan dari siput murbai sebagai edible coating pada beberapa makanan antara lain nugget. Konsentrasi kitosan yang diaplikasikan pada bahan makanan mempengaruhi masa simpan dari makanan tersebut, apalagi jika disimpan pada suhu kamar tanpa pendinginan. Kitosan yang diperoleh berasal dari deasetilasi menggunakan NaOH 40% pada suhu 100oC dalam waktu 60 menit. Variabel kitosan yang digunakan 1%, 1,5%, 2%, 2,5% dan 3% yang dilarutkan dalam 1000ml aquades dan dipanaskan pada suhu 50oC. Nugget dicelupkan ke dalam larutan kitosan dari siput murbai selama 5 menit, dikemas dalam plastik dan disimpan selama 2, 4, 6 dan 8 hari untuk dianalisis jumlah mikroba dan analisis sensori makanan tersebut. Hasil yang diperoleh semakin tinggi konsentrasi kitosan yang digunakan sebagai edible coating semakin lama waktu simpan, akan tetapi hanya bertahan hingga 4 hari. Pada posisi hari ke-6 dan ke-8 jumlah mikroba yang diperoleh semakin banyak mencapai 5,2 x 106.