Claim Missing Document
Check
Articles

Found 36 Documents
Search

KAJIAN TINGKAT PELAYANAN PUSKESMAS DI KABUPATEN BANJARNEGARA Umi Musrifatun Khoeriyah; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (844.031 KB)

Abstract

Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diukur dengan indikator tingkat kesehatan masyarakat. Fasilitas kesehatan merupakan salah satu jenis fasilitas umum yang dibutuhkan masyarakat yang berfungsi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.Puskesmas sebagai salah satu dari fasilitas kesehatan bertanggung jawab untuk setiap masalah kesehatan yang terjadi di wilayah kerjanya di kecamatan terutama di Kabupaten Banjarnegara. Faktor topografi, jumlah penduduk, kualitas pelayanan kesehatan, ketersediaan, tenaga kesehatan, jangkauan pelayanan dan tingkat pelayanan yang beragam dan tidak sama, merupakan masalah yang dihadapi sehingga akan berpengaruh pada status kesehatan dan tingkat pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat di kabupaten Banjarnegara.Sehingga saat ini puskesmas di Kabupaten Banjarnegara masih kurang diminati oleh masyarakat dibanding dengan fasilitas kesehatan lain yang berada di lingkungan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tingkat pelayanan puskesmas di Kabupaten Banjarnegara berdasarkan pendapat masyarakat yang ada di wilayah kabupaten Banjarnegara. Metode pengambilan data yang digunakan yaitu dengan penyebaran kuesioner, dokumentasi dan observasi. Variabel tingkat pelayanan yang digunakan dalam penelitian ini yang ditanyakan kepada responden diantaranya yaitu biaya berobat, kualitas pelayanan puskesmas, kelengkapan peralatan, ketersediaan puskesmas, akses menuju puskesmas, lokasi, sarana (kondisi) puskesmas, kondisi jalan, kepemilikan asuransi kesehatan, dan proses pelayanan. Setelah data terkumpul, digunakan metode kuantitatif sebagai metode penelitian utama yang didukung dengan analisis deskriptif kualitatif. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat dihasilkan beberapa temuan yaitu jumlah total skor variabel tingkat pelayanan yang berpengaruh terhadap penggunaan puskesmas di Kabupaten Banjarnegara rata-rata sudah masuk kategori baik (391-414), walaupun masih ada yang kurang yaitu variabel lokasi dan kondisi jalan menuju puskesmas. Untuk hasilskor rata-rata tiap variabel, tingkat pelayanan puskesmas di Kabupaten Banjarnegara masih ada yang masuk kategori kurang (25,50-27,42) yaitu puskesmas Susukan 2, Purworejo Klampok 2, Mandiraja 2,  Pungggelan 1, Punggelan 2, Pagedongan dan  Pandanarum. Sebagian masyarakat berpendapat hal ini dikarenakan akses, lokasi, dan kondisi jalan yang sulit dijangkau, namun dengan didukung oleh ketersediaan puskesmas di setiap kecamatan, sedangkan wilayah kerja puskesmas tidak hanya menjangkau setiap puskesmas tetapi ada yang diluar wilayah pelayanan puskesmas (luar kecamatan). Untuk itu tingkat pelayanan puskesmas di Kab. Banjarnegara harus terus ditingkatkan mutu pelayanannya dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat.Terutama terkait dengan ketersediaan (persebaran) puskesmas, jangkauan pelayanan (lokasi) dan tingkat pelayanan puskesmas. Hal ini dilakukan sesuai dengan tujuan puskesmas itu sendiri yaitu pelayanan, pemerataan dan perluasan jangkauan untuk mencapai kondisi hidup sehat yang optimal.
Kesesuaian Lahan Permukiman Pada Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor Di Kabupaten Temanggung Heru Christanto Hasibuan; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 6, No 4 (2017): November 2017
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2106.351 KB)

Abstract

The geographical conditions of Indonesia were formed by the three major tectonic plates of the earth that are, the plate of Indo-Australian, Eurasian and Pacific which led to the zone of vulnerable to natural hazard for several regions in Indonesia. Temanggung Regency is one of the regions that were in the zone of vulnerable to natural hazard. Its bumpy topographical condition is starting from the flattened topography at 0-8% up to the steepness more than 40%, which causing the existence of landslide hazard area. Over the last 5 years, Temanggung Regency had suffered at least nine cases of landslide which resulting the loss of life and the material losses in a wide range. Besides was backgrounded by the natural physical condition, it is also triggered by human activity in utilizing the land which does not fit to its designation, especially on the land use settlement. Therefore, an evaluation toward the land use settlement to the landslide-disaster hazard sector in Temanggung Regency will be conducted in this study. From the result of analysis shows that the land use settlement in Temanggung Regency not entirely as it should be, as set out in laws and regulations. Because in its development from 2011 to 2015 was found the comprehensive accretion of land use settlement on the landslide hazard area, especially on the high level and very high level.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN PERUMAHAN DAN TIPE RUMAH DI PERUMAHAN BUKIT EMERALD Bagus Zakarya Putra; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (471.524 KB)

Abstract

Keterbatasan lahan di pusat kota mengakibatkan pembangunan perumahan mengarah ke daerah pinggiran Kota Semarang, seperti Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang. Perumahan Bukit Emerald merupakan salah satu perumahan di Kelurahan Meteseh yang dikembangkan dengan 433 unit rumah hunian dan ruko. Perumahan ini salah satu lokasinya berbatasan langsung dengan tebing terjal yang berpotensi longsor tetapi seluruh unit huniannya habis terjual dalam waktu yang relatif cepat, seakan potensi bencana tersebut tidak mempengaruhi penghuni perumahan dalam menentukan pemilihan perumahan.Keadaan tersebut menarik untuk diteliti, dengan pertanyaan penelitian: Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap keputusan penghuni perumahan untuk membeli dan tinggal di Perumahan Bukit Emerald? Faktor yang menjadi indikator pemilihan perumahan pada penelitian ini adalah faktor lokasi perumahan, kondisi lingkungan perumahan, kondisi rumah hunian dan harga rumahnya.Metode yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Teknik pengumpulan datanya menggunakan kuesioner dan observasi lapangan. Tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi penghuni dalam memilih membeli dan bertempat tinggal di Perumahan Bukit Emerald.  Hasil akhir penelitian ini menyatakan bahwa faktor harga rumah hunian merupakan faktor yang paling mempengaruhi dalam memilih perumahan, urutan faktor yang mempengaruhi berikutnya adalah faktor kondisi lingkungan perumahan, lokasi perumahan dan kondisi rumah hunian.
KAJIAN DAMPAK KEBERADAAN INDUSTRI PT. KORINDO ARIABIMA SARI DI KELURAHAN MENDAWAI, KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT Fittiara Aprilia Sari; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 1 (2014): Februari 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1081.244 KB)

Abstract

Kota Pangkalan Bun sebagai Ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat mengalami perkembangan cukup pesat. Salah satu faktor yang mampu mempengaruhi perkembangan wilayah tersebut adalah industri PT. Korindo Ariabima Sari di Kelurahan Mendawai. Selain itu, keberadaan industri tersebut telah memberikan dampak terhadap kondisi fisik, lingkungan, dan sosial ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dampak keberadaan industri PT. Korindo Ariabima Sari, baik dampak positif dan negatif berdasarkan kondisi fisik, lingkungan, dan sosial ekonomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuantitatif serta teknik analisis deskriptif dan spasial. Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan bahwa industri PT. Korindo Ariabima Sari cenderung memberikan dampak negatif terhadap kondisi fisik (penggunaan lahan) dan lingkungan. Luas perubahan penggunaan lahan di Kelurahan Mendawai sejak Tahun 1979-2012 sekitar 163,038 Ha dengan perubahan terbesar terjadi pada hutan seluas 59,318 Ha menjadi permukiman (17,847 Ha) dan industri (16,271 Ha). Selain itu, dampak negatif terhadap kondisi lingkungan ditunjukkan dengan terjadinya degradasi lingkungan ditinjau berdasarkan kebisingan, pencemaran udara, dan pencemaran air. Selain dampak negatif, industri tersebut juga memberikan dampak positif terhadap kondisi fisik (ketersediaan fasilitas umum dan kondisi prasarana jalan) dan sosial ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan fasilitas umum dan kondisi prasarana jalan cukup lengkap dan memadai, sedangkan tingkat pendapatan masyarakat saat ini diatas UMR Kota Pangkalan Bun sebesar Rp. 1.600.000,-. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlunya zonning regulation untuk mengendalikan perkembangan kawasan permukiman dan dampak lingkungan.
KAJIAN PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FUNGSI BANGUNAN SEKITAR PUSAT PERBELANJAAN (MAL) DI KOTA BEKASI Yeda Nurul Cahyaningtyas; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1402.975 KB)

Abstract

Pembangunan pada dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam segala bidang yang terkait dengan kehidupan manusia. Pembangunan pusat perbelanjaan modern merupakan fenomena yang dapat ditemui baik di kota kecil maupun kota besar di Indonesia, keberadaan dari pusat perbelanjaan berpengaruh terhadap perkembangan suatu kota (Hariyono, 2002). Kota Bekasi merupakan wilayah agraris yang kemudian berubah menjadi kota yang memiliki banyak pusat perbelanjaan dan membuat Kota Bekasi menjadi kota yang modern dan maju, serta memiliki 15 mal bahkan lebih. Mal dapat diartikan sebagai suatu ruang yang memiliki bentuk memanjang yang difungsikan sebagai tempat berbelanja bagi pejalan kaki dan mal ini biasanya terbentuk oleh deretan pertokoan. Fenomena perkembangan mal ini terjadi di Kecamatan Bekasi Selatan khususnya Kelurahan Pekayon Jaya, Kelurahan Marga Jaya, dan Kelurahan Kayuringin  Jaya yang memicu terjadinya perkembangan penggunaan lahan dan fungsi bangunan sekitar mal dan memicu kepada Kelurahan Sepanjang Jaya, karena letak yang berdekatan dengan Kelurahan Marga Jaya dan Kelurahan Pekayon Jaya. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa mal pertama dibangun pada tahun 1993 yaitu Mall Metropolitan. Sedangkan pada tahun 2005 sudah terjadi peningkatan jumlah mal sebanyak 4 mal, dengan pengggunaan lahan sekitar mal didominasi oleh permukiman (33,28%). Hingga tahun 2014 jumlah mal sebanyak 8 mal. Penggunaan lahan pada tahun 2014 lebih didominasi oleh permukiman (31,98 %) serta perdagangan dan jasa (2,44 %). Perkembangan mal tersebut menjadikan daerah disekitar mal tersebut banyak mengalami perubahan jenis penggunaan lahan. Kawasan perdagangan yang lebih mendominasi pada jalur utama. Perubahan jenis penggunaan lahan yang terjadi yaitu dengan berkurangnya lahan terbuka seperti kebun (23,44%), sawah (6.25%), dan tegalan (15,13%), selain itu adanya perubahan penggunaan lahan memicu terjadinya banjir karena dalam pembangunan kurang memperhatikan kondisi drainase. Sedangkan untuk perubahan fungsi bangunan dapat diketahui bahwa pemilik rumah yang menambah fungsi bangunan untuk usaha (laundry, tempat kos, toko sembako, fotokopi) sebesar 74%. Adanya tambahan fungsi bangunan untuk usaha, namun pemilik usaha tidak menyediakan lahan parkir, hal ini dapat memicu terjadinya kemacetan pada wilayah penelitian.
Kajian Risiko Banjir Di Kabupaten Pati Berbasis Sistem Informasi Geografis Muhammad Rofiq Andhesta; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 6, No 3 (2017): Agustus 2017
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1877.966 KB)

Abstract

Pati Regency is a city where almost every year, hit by the floods. Pati regency, whose land is mostly lowland regions have sunken to the flat topography is particularly vulnerable site affected by the flooding. Therefore, research by identifying the level of flood risk in Pati regency. In this study conducted with a quantitative approach, using the scoring method, overlay, weighting and descriptive analysis. Regional analysis of vulnerability to floods, flood vulnerability analysis region is determined by three variables: physical vulnerability, the vulnerability of social, economic vulnerability, the vulnerability of the environment.According to the results of processing and classification of risk maps using GIS (Geographic Information System) that in Pati District there are 181 village or sub-district 21 that indicated an impact of flooding. If you look at the results of the total area of the village affected by flooding risk in Pati District has a total area of 47.038 hectares with flooding risk classification level high up to very high.If seen in the results table which classified the risk that there are villages and districts that have to be followed-up for flood mitigation response efforts, villages and districts are District of Kayen, Kayen village with an area of very high risk classification and with an area of 1.221. 2million polygon risk 506 ha, Tegalombo Village, Dukuhseti Subdistrict with area high flood risk level classification 660.050 and with an area of polygons that affect the risk area of 1.012 ha.In the flood disaster risk assessment efforts in Pati District serves as the basis for developing a policy in this flood disaster management. This created a policy that would later become the basis for flood disaster management plans. In order government risk assessments that have been made are as a base, in making an action to be performed in the field in collaboration with stakeholders or the communities in disaster risk reduction.
Kajian Daya Dukung Beras di Kabupaten Pekalongan Dimas Suryo Aji; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 9, No 3 (2020): Agustus 2020
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pekalongan Regency is a rice-producing district and one of the rice barns in Central Java Province. However, the high conversion of agricultural land has caused a decrease of the agricultural land in Pekalongan Regency. One of them is the construction of Pemalang-Batang highway which spent 175,252 m2 of land converted into a highway. In addition, Rob flood that occurred on the coast of Pekalongan Regency has damaged the agricultural land and no longer productive. These phenomenon can impact the decrease of the paddy fields  land area as well as the productivity which also has an impact on the reduction of food carrying capacity and weakening  of food security. The aim of this research is to examine the carrying capacity of rice in Pekalongan Regency. The result of this research show that the carrying capacity of rice in Pekalongan Regency in 2018 and 2028 has value more than one, so Pekalongan Regency is able to provide rice needs for its residents independently. In 2018, there were thirteen districts that had a surplus while six sub-districts had a deficits . In 2028 there were three sub-districts which changed their carrying capacity into deficits, namely Talun, Paninggaran, and Subdistrict Subdistrict
Faktor-Faktor Pemilihan Lokasi Hunian Perumahan Di Kecamatan Ungaran Barat Annisa Rezita; Sri Rahayu
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 6, No 3 (2017): Agustus 2017
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1018.488 KB)

Abstract

Ungaran Barat sub-district formed in 2005 the construction of Sub Ungaran Barat quite rapidly because it is crossed by the arterial road which connects Semarang-Solo-Yogyakarta makes development and regional development along the arterial road and a pretty rapid progression one development of housing. The development of housing in Ungaran Barat as the impact from the Semarang city developments away from the city centre and to the Administration that is out of bounds to Ungaran Barat. Ungaran Barat Sub-district currently is the target of the urban development especially in the field of housing currently ranging from simple residential, medium as well as the elite housing. The purpose of this study is to identify factors that affect housing residents to buy housing and inhabit in Ungaran Barat. The research method used is the quantitative quantitative methods, descriptive and factor analysis. Based on the results of the analysis, there are twelve factors that affect residents assessed in the selection of the location of residential housing that is quieteness, pollution-free, the view, the condition of clean water, electricity, security conditions, the status of ownership, type of housing units, home design, method of payment, income, house prices. Factor availability facilities and accessibility of housing within the means of votes not too affect residents since most residents can reach the outside of the housing with the use of private vehicles. Based on the analysis of the factors obtained six factors that affect residents in deciding to buy and inhabit the housing is a factor of social economy, then tersediaan means, the characteristics of the home and the environment, accessibility, comfort factors and factors of the condition of the infrastructure.
KAJIAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT WADUK PLUIT PASCA RELOKASI DI RUSUNAWA MUARA BARU Bunga Kasih Agyaputeri; Sri Rahayu
Jurnal Pengembangan Kota Vol 5, No 1: Juli 2017
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256 KB) | DOI: 10.14710/jpk.5.1.17-27

Abstract

The role of Jakarta is the center of commerce and national government has implication on higher rates of in-migration that leads to increasing price of land and housing due to high demand. For people who can not afford a decent place to live forced to live in illegal settlements and slums, such as illustrated in the edge of Pluit reservoir. Therefore, the government implemented a program of normalization reservoir to reduce the risk of flooding in Jakarta. Here, the community of this neighbourhood were relocated to the flats (vertical housing) that had been prepared, one of which is located in the Muara Baru. This research contributes on the decision making related to the improvement of urban quality of life by considering a more comprehensive approach in assessing the impact of community relocation. The focus of this assessment is to see change in the quality of life of this community, including their environmental, economic, and social condition. The method used is mixed with a questionnaire to calculate the scores and interviews to clarify the results of the questionnaire and explore the maintenence applied in this area. In addition, a factor analysis was also conducted to determine the factors that influence the changes in quality of life. This research found that the relocation of residents from the edge Pluit reservoir for Muara Baru Rusunawa can improve the quality of life that previously in moderate to good levels. 
TRIP RATE DAN POLA PERGERAKAN PADA TRANSMART SETIABUDI SEMARANG SEBAGAI SALAH SATU PUSAT PERBELANJAAN BERKONSEP MULTI-AKTIVITAS Yudi Basuki; Sri Rahayu; Maestri Gritanarum
Jurnal Pengembangan Kota Vol 7, No 1: Juli 2019
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (732.553 KB) | DOI: 10.14710/jpk.7.1.77-82

Abstract

Maraknya pembangunan pusat perbelanjaan mendorong perusahaan untuk terus melakukan inovasi, salah satunya adalah konsep 4 in 1 pada Transmart Setiabudi Semarang. Pembangunan ini akan berpengaruh terhadap peningkatan jumlah tarikan perjalanan. Tujuan penelitian ini mengetahui trip rate sebagai model tarikan perjalanan dan pola pergerakan. Metode yang digunakan untuk membentuk model tarikan perjalanan dalam penelitian ini adalah trip rate dan analisis pola pergerakan. Metode ini menggunakan data kedatangan pengunjung dibagi dengan luas aktivitas guna lahan, sedangkan pola pergerakan diperoleh  dari data sebaran tempat asal pengunjung. Hasil dari penelitian ini adalah trip rate dan pola perjalanan. Trip rate total yaitu jumlah pengunjung dibagi luas area Transmart didapat 0,057 orang/m2. Trip rate tiap aktivitas terdiri dari trip rate area aktivitas belanja yaitu 0,035 orang/m2, trip rate area aktivitas bersantap 0,152 orang/m2, trip rate area aktivitas bermain 0,072 orang/m2, trip rate area aktivitas menonton 0,298 orang/m2. Pola pergerakan pengunjung Transmart berasal dari dalam dan luar Kota Semarang dan terdiri dari tujuan perjalanan satu aktivitas dan multi-aktivitas. Pusat perbelanjaan dengan konsep 4 in 1 memiliki trip rate yang rendah karena karakteristik perjalanan pengunjung dengan multi-aktivitas yang dilakukannya.