EFITA ELVANDARI
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

SENDRATARI RAMAYANA TINJAUAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT EFITA ELVANDARI
Jurnal Dosen Universitas PGRI Palembang PROSIDING DOSEN UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG EDISI 9
Publisher : Jurnal Dosen Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKSendratari Ramayana: Tinjauan Sosial Budaya Masyarakat.Sendratari Ramayana merupakan bentuk pertunjukan drama tari Jawa yang tidak menggunakan dialog. Dialog dalam pertunjukan sendratari diganti dengan gerak- gerak gestikulasi atau gerak maknawi, terutama dengan sikap-sikap, gerak tangan, dan kepala. Gerak gestikulasi atau gerak maknawi adalah gerak-gerak yang secara visual memiliki makna atau maksud tertentu yang bisa dimengerti dan dipahami oleh orang yang melihatnya. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek sosial budaya sendratari Ramayana dalam masyarakatpenikmatnya.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifkualitatif dengan pendekatan kultural, yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan aspek-aspek sosial budaya dalam sendratari Ramayana. Dalam pembahasannya akan dipergunakan konsep Raymond William tentang elemen-elemen sosiologi budaya yang meliputi lembaga budaya, isi budaya, dan efek budaya darikeberadaan sendratari Ramayana. Lembaga budaya membahas tentangi penghasil produk budaya, pengontrol produk budaya, dan bagaimana kontrol itu dilakukan; isi budaya membahas tentang apa yang dihasilkan dan simbol apa yang terdapat dalam suatu hasil dari produk budaya tersebut; efek budaya, membahas tentang konsekuensi atau tujuan dan manfaat yang diharapkan dari suatu proses budaya dalam masyarakat penghasil produk budaya.Kata kunci: sendratari ramayana, sosial budaya, masyarakat
Berjiwa Seni Melalui Olah Tubuh Sehat Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 Di SMA Negeri 4 OKU Treny Hera; Nurdin Nurdin; Efita Elvandari; Naomi Diah Budi Setyaningrum; Rio Eka Putra; Deria Sepdwiko; Rully Rochayati; Auzy Madona Adoma
Wahana Dedikasi : Jurnal PkM Ilmu Kependidikan Vol 5, No 1 (2022): Wahana Dedikasi : Jurnal PkM Ilmu Kependidikan
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/dedikasi.v5i1.6081

Abstract

Kegitan Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM) adalah salah satu tugas pokok di dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi Universitas PGRI Palembang. Capaian kegiatan PkM yang dilakukan adalah guru dan siswa khususnya di SMA Negeri 4 OKU agar mampu menguasai gerak sehat melalui seni “Zapin Corona”. Pendidikan kesenian khususnya seni memiliki banyak potensi dan peran dalam menghadapi pandemi Covid-19 terutama untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan yang meangkibatkan sesorang bisa stress. Melalui seni jiwa kita bisa mengungkapkan potensi seni sehingga daya ekspresi bisa menimbulkan relaksasi bagi kita yang telah mengalami kejenuhan di rumah saja. Melaui olah tubuh seni jiwa menjadi sehat dan pikiran menjadi terhibur sehingga kecemasan terhadap pandemi bisa berkurang. Seni merupakan sesuatu yang menarik untuk diapresiasi. Peran seni dapat mendalam pada pikiran dan tubuh. kesenian memiliki dampak secara aktif menjadi kreatif. Kegiatan PkM merupakan kegiatan melatih guru dan siswa menari tari Zapin Corona melalui workshop berjiwa seni melalui olah tubuh sehat dalam menghadapi pandemi Covid-19 di SMA Negeri 4 OKU Sumatera Selatan
PERTUNJUKAN SENDRATARI RAMAYANA: ANTARA TONTONAN DAN TUNTUNAN Efita Elvandari
Jurnal Sitakara Vol 1, No 1 (2016): Jurnal Sitakara
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/sitakara.v1i1.706

Abstract

ABSTRAKSendratari Ramayana merupakan bentuk pertunjukan drama tari Jawa yang tidak menggunakan dialog. Dialog dalam pertunjukan sendratari diganti dengan gerak-gerak gestikulasi atau gerak maknawi, terutama dengan sikap-sikap, gerak tangan, dan kepala. Gerak gestikulasi atau gerak maknawi adalah gerak-gerak yang secara visual memiliki makna atau maksud tertentu yang bisa dimengerti dan dipahami oleh orang yang melihatnya. Kajian ini bertujuan untuk memahami  pertunjukan  sendratari Ramayana yang dipandang sebagai tontonan sekaligus tuntunan bagi masyarakat penikmatnya (penonton), dalam kajian ini akan mengambil objek pertunjukan sendratari Ramayana di Candi Prambanan Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan kultural, yaitu bertujuan untuk memahami  pertunjukan sendratari Ramayana yang dipandang sebagai tontonan sekaligus tuntunan bagi masyarakat penikmatnya (penonton). Dalam pembahasannya akan dipergunakan teori-teori dan pernyataan-pernyataan dari para ahli yang dapat memperkuat pembahasan kajian ini berkaitan dengan pertunjukan sendratari Ramayana sebagai tontonan dan tuntunan bagi masyarakat penikmatnya (penonton).Kata kunci: Sendratari Ramayana, tontonan dan tuntunan
TARI GAJAH MENUNGGANG DALAM PERSPEKTIF SOSIO-KULTURAL MASYARAKAT SUKU SAWANG BELITUNG Efita Elvandari
Jurnal Sitakara Vol 2, No 2 (2017): Jurnal Sitakara
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/sitakara.v2i2.1189

Abstract

ABSTRAKSuku Sawang adalah suku asli pulau Belitung, dimana mereka adalah orang-orang nomaden yang hidup di atas perahu dan mengembara di kawasan perairan di wilayah Bangka terutama Belitung. Mereka biasanya hidup dalam kelompok kecil dimana satu perahu ditempati oleh satu keluarga terdiri dari 5-6 orang anggota keluarga. Masyarakat suku Sawang, merupakan  pelaut, perenang, dan penyelam yang handal yang membuat perahunya sendiri serta melengkapinya dengan alat-alat menangkap ikan sederhana seperti panah, tombak, pancing, jala. Mereka mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dari laut, baik untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk ditukar dengan kebutuhan lain (sembako) (Salim Y.A.H. dalam Renaldhi, 2012:32). Sebagai “orang laut”, begitulah suku ini dikenal, suku Sawang mempunyai kedekatan dengan alam laut tempat mereka menyandarkan kehidupannya, mereka mengenal adanya mitos Gaja Mina, sebagai bentuk legitimasi hubungan antara suku Sawang dengan laut itu sendiri. Dari mitos Gaja Mina ini terbentuklah tari Gajah Menunggang, yang merupakan salah satu tari tradisi suku Sawang, sebagai bentuk ekspresi mereka yang berbudaya maritim. Berdasarkan budaya maritim yang dianut oleh suku Sawang, tulisan ini bertujuan untuk mengkaji tari Gajah Menunggang dari perspektif sosio-kultural masyarakatnya (suku Sawang), dengan menggunakan teori Raymond Williams yang menganalisis sosio-kultural masyarakat dari sisi lembaga budaya, isi budaya dan efek budaya (masyarakatnya).Kata kunci: Tari Gajah Menunggang, Sosio-Kultural, Suku Sawang
PENERAPAN KONSEP HASTHA SAWANDA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KEMAMPUAN MENARI Efita Elvandari
Jurnal Sitakara Vol 2, No 1 (2017): Jurnal Sitakara
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/sitakara.v2i1.866

Abstract

AbstrakHastha Sawanda adalah delapan unsur dalam bidang seni tari yang merupakan syarat mutlak untuk diperhatikan oleh seorang penari. Dalam ensiklopedi Tari  Indonesia dijelaskan bahwa Hastha Sawanda adalah istilah dalam seni tari Jawa (Surakarta), terdiri atas kata Hastha yang berarti delapan  dan Sawanda yang berarti unsur. Hastha Sawanda terdiri dari (a) pacak, (b) pancat, (c) ulat, (d) wiled, (e) luwes, (f) lulut, (g) wirama, dan (h) gendhing. (Depdikbud Jakarta, 1985: 4)  Konsep Hastha Sawanda pertama kali muncul pada tahun 1950 dalam sarasehan tari yang dihadiri oleh dewan ahli tari Himpunan Budaya Surakarta. Dalam sarasehan tari yang diikuti oleh dewan ahli di organisasi kesenian tersebut, diduga oleh S. Ngaliman bahwa konsep Hastha Sawanda yang telah dikemukakan adalah konsep R.T. Koesumokesowo, karena ia paling banyak menjelaskan tentang Hastha Sawanda, bahkan menurut Ny. Sri Sutjiati Djoko Suhardjo, yang merupakan penari dan tokoh tari gaya Surakarta juga menyatakan bahwa pencetus konsep Hastha Sawanda adalah R.T. Koesumokesowo (mertuanya), mengingat yang menjelaskan pengertian Hastha Sawanda secara rinci kepadanya adalah R.T. Koesumokesowo. Kajian  ini bertujuan untuk menguraikan penerapan konsep Hastha Sawanda yang bermanfaat untuk meningkatkan kualitas kemampuan (seseorang) dalam menari.Kata kunci: konsep Hastha Sawanda, kemampuan menari
DESAIN ATAS (AIR DESIGN) DALAM DIMENSI ESTETIK PERTUNJUKAN KARYA TARI Efita Elvandari
Jurnal Sitakara Vol 3, No 1 (2018): Jurnal Sitakara
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/sitakara.v3i1.1531

Abstract

ABSTRAK             Tari sebagai sebuah produk karya seni, apapun jenis dan bentuknya tentunya akan mengandung suatu nilai keindahan. Nilai keindahan ini seyogyanya dihadirkan dalam setiap penampilan karya tari, sehingga tidak ada kesan bahwa sajian sebuah karya tari bukan hanya sekedar bentuk rangkaian gerak tubuh semata. Salah satu hal yang membuat penikmat tari dapat merasakan keindahan sebuah gerak tari adalah ketika pelakunya (penari) mampu menarikan dengan kekuatan, kelenturan, keseimbangan, dan koordinasi yang sempurna sehingga rasa gerak yang dilakukan dapat dirasakan oleh penonton. Esensi dan makna gerak menjadi jiwa dunia tari dan manusianya, sehingga segala hal yang berkaitan dengan gerak (tari) menjadi faktor penentu berhasilnya sebuah karya tari dalam berkomunikasi dengan penontonnya. Kajian ini bertujuan untuk membahas penggunaan desain atas (air design), sebagai salah satu penambah nilai estetik  dalam sebuah pertunjukan karya tari; melalui desain-desain ini penari dapat menonjolkan watak/karakter tertentu serta dapat membangkitkan suatu perasaan emosional tertentu bagi penontonnya. Dalam pembahasannya digunakan konsep La Meri mengenai jenis-jenis desain atas (air design) dan sifat-sifatnya. Kata kunci: desain atas, dimensi estetik, pertunjukan karya tari