Alimin Maidin
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

MODEL PERMASALAHAN EFEKTIFITAS SISTEM KOORDINASI PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM DAERAH BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA Suhadi, Suhadi; Maidin, Alimin; Palutturi, Sukri; Bahar, Burhanuddin; Nurmaladewi, Nurmaladewi; Yasnani, Yasnani; Junaid, Junaid; La Dupai, La Dupai; Astuty, Esti
Preventif Journal Vol 4, No 1 (2019): Preventif Journal
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.833 KB) | DOI: 10.37887/epj.v4i1.9434

Abstract

AbstrakRumah Sakit sebagai lembaga pelayan publik tidak hanya melakukan fungsi bisnis tetapi juga melakukan fungsisosial bagi masyarakat. Dalam konteks lembaga usaha pelayan publik modern, rumah sakit terus dituntut untukmemaksimalkan pelayanan kesehatan sehingga tercipta pelayanan yang bermutu dan memuaskan pelanggan.Tujuan Penelitian adalah menganalisis efektifitas koordinasi Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit BadanLayanan Umum Daerah (RS-BLUD) Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, menyusun model permasalahan dansolusi masalah efektifitas sistem koordinasi pelayanan kesehatan. Jenis Penelitian kualitatif, denganmenggunakan pendektan studi kasus. Informan penelitian adalah pasien dan petugas RS. Pengumpulan datadengan menggunakan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen. Hasil penelitian menunjukanumumnya sistem koordinasi pelayanan kesehatan di RS BLUD Bahteramas belum seluruhnya efektif. Dalampelaksanaannya masih mengalami permasalahan diantaranya kurangnya informasi pada pasien hal koordinasipetugas dalam pelayanan, koordinasi petugas kurang cepat, koordinasi petugas kurang tepat, koordinasipetugas kurang sesuai harapan, dan kurang koordinasi antar petugas. Pelaksanaan sistem koordinasi pelayanankesehatan di RS BLUD belum sepenuhnya efektif.Kata Kunci: Rumah Sakit, JKN, Sistem Koordinasi, Efektivitas
The Effect of Spiritual Qur’anic Emotional Freedom Technique (SQEFT) Therapy on Reducing Anxiety Value and Blood Cortisol Levels in NAPZA (Narcotics, Psychotropic, Other Addictive Substances) Residents Asmawati, Veny Hadju; Alimin Maidin; Andi Ummu Salmah; Ridwan Amiruddin; Aminuddin Syam; Muh.Tahir Abdullah
Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology Vol. 15 No. 2 (2021): Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology
Publisher : Institute of Medico-legal Publications Pvt Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37506/ijfmt.v15i2.15111

Abstract

Introduction: The patients in general and, in particular, the patients of drug/NAPZA (Narcotics,Psychotropic, and Other Addictive Substances) residents seek spiritual support during illness and undergorehabilitation. Both religion and spirituality are related to positive coping mechanisms (psychological)and exercise (physical). NAPZA (drug) residents undergoing rehabilitation experience anxiety, includingmoderate anxiety and severe anxiety, which can adversely affect physical and mental disorders. Thisresearch aims to determine the effect of Spiritual Qur’anic Emotional Freedom Technique (SQEFT) therapyon reducing anxiety values and blood cortisol levels in NAPZA residents. Method: The experiment wasused with a pre-post control group design, and purposive sampling was as the sampling technique. Thisresearch was conducted at Mandatory Report Recipient Institution (IPWL) Pelita Jiwa Insani Foundationin Padang, consisting of 44 respondents who were divided into two groups, namely the experimental group(n=24) and the control group (n=20). Data were collected using the Hamilton Rating Scale questionnaire todetermine the reduction in anxiety values and venous blood sampling for measuring blood cortisol levels.Data were analyzed using the Wilcoxon signed-rank test and the Mann-Whitney test. Results and Analysis:the results of the research on the anxiety variable obtained p-value = 0.004 (p<0.05), which means that thereis a significant difference given the Spiritual Qur’anic Emotional Freedom Technique (SQEFT) therapy inreducing the value of anxiety in NAPZA residents currently undergoing rehabilitation. The cortisol variableresults showed p=0.00 (p<0.05), so it can be interpreted that there is a significant difference in the differencevalue of cortisol in reducing blood cortisol levels in NAPZA residents who are undergoing rehabilitation.Discussion and Conclusion: There is a significant effect of giving Spiritual Qur’anic Emotional FreedomTechnique (SQEFT) therapy on reducing anxiety values and blood cortisol levels in NAPZA residents.
BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MAKASSAR Agustina Pujilestari; Alimin Maidin; Rini Anggraeni
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 10 No. 1: MARET 2014
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.196 KB) | DOI: 10.30597/mkmi.v10i1.484

Abstract

Keselamatan telah menjadi isu global sejak Institude of Medicine (IOM) di Amerika Serikat menerbitkan laporan bahwa angka kematian akibat KTD meningkat pada pasien rawat inap di Amerika berkisar 44.000-98.000 per tahun. IOM merekomendasikan pengembangan keselamatan pasien yang merujuk pada budaya organisasi untuk memprediksi peluang kesalahan yang dapat terjadi dengan melakukan survei untuk mengukur iklim keselamatan pasien di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran budaya keselamatan pasien oleh perawat dalam melaksanakan keselamatan pasien di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel mengunakan proportionate stratified random sampling. Responden pada penelitian ini berjumlah 75 perawat. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 75 responden, 37 reponden (49,3%) memiliki budaya keselamatan pasien rendah dan 38 responden (50,7%) memiliki budaya keselamatan pasien tinggi. Responden dengan budaya keselamatan rendah diantaranya terdapat 23 perawat (62,2%) dengan pelaksanaan pelayanan yang kurang baik dan 14 perawat (37,8%) dengan pelaksanaan pelayanan yang baik. Responden dengan budaya keselamatan pasien yang tinggi seluruhnya (100%) telah melaksanakan pelayanan dengan baik.
KEARIFAN LOKAL KOMUNITAS ADAT TERPENCIL SUKU TABURTA DALAM PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BERBASIS RUMAH TANGGA Marthen Sagrim; Nur Nasry Noor; Ridwan M. Thaha; Alimin Maidin
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 11 No. 4: DESEMBER 2015
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.86 KB) | DOI: 10.30597/mkmi.v11i4.526

Abstract

Program PHBS merupakan salah satu tatanan dalam rumah tangga sehat yang hendak dicapai dengan pemberdayaan anggota rumah tangga yang diharapkan masyarakat tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat, serta ikut berperan aktif dalam gerakan-gerakan peningkatan kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengkaji kearifan lokal yang dapat mempengaruhi perubahan dan pemahaman suku Taburta dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi Rumah Tangga di Komunitas Adat Terpencil (KAT) Kampung Taria Distrik Megambilis Kabupaten Mamberamo Tengah. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain studi etnografi. Informan penelitian adalah masyarakat KAT suku Taburta, kepala suku, Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA), petugas kesehatan (dokter), dan Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Membramo Tengah. Hasil penelitianc menunjukkan Suku Taburta sangat menjunjung tinggi adat istiadat terkait nilai-nilai kesehatan yang mereka pahami. Terdapat nilai yang berkenan dengan PHBS, yakni penimbangan bayi dan balita, JPKM, olahraga dan aktifitas fisik, penggunaan air bersih, dan memberantas jentik nyamuk. Nilai-nilai yang tidak berkenan dengan PHBS, yakni persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI ekslusif, pola makan dan gizi seimbang, tidak merokok, dan pemanfaatan jamban sehat. Kebijakan dan program intervensi PHBS berbasis rumah tangga hendaknya dilakukan dengan merujuk pada kearifan lokal masyarakat suku setempat.
Kondisi Fisik, Pengetahuan, Pendidikan, Pekerjaan Ibu, dan Lama Pemberian ASI Secara Penuh Muhammad Tahir Abdullah; Alimin Maidin; Andi Dwi Lestari Amalia
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8 No. 5 Desember 2013
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (809.939 KB) | DOI: 10.21109/kesmas.v8i5.386

Abstract

Berbagai studi dan pengamatan memperlihatkan kecenderungan penurunan pemberian ASI dan berganti dengan susu fomula menjadi kebiasaan umum di dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan mengetahui pola pemberian ASI pada periode 12 bulan umur bayi dan perbedaan pengaruh variabel determinan terhadap lama pemberian ASI secara penuh (ASI secara penuh) tanpa makanan lain. Penelitian observasional analitik yang dilaksanakan di dua wilayah kerja puskesmas Kecamatan Tallo Kota Makassar ini menggunakan rancangan studi potong lintang dengan jumlah sampel 300 responden. Analisis multivariat dilakukan dengan metode Cox Proportional Hazard. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi bayi untuk mendapatkan ASI secara penuh pada bulan pertama adalah sekitar 0,86, pada bulan ke 6 menurun sekitar 31%, dan pada periode 5,06 bulan menurun menjadi sekitar 50%. Ada perbedaan lama pemberian ASI secara penuh berdasarkan variabel keadaan fisik ibu, pengetahuan ibu, pendidikan, dan pekerjaan. Hasil analisis lanjut menunjukkan variabel yang berbeda secara nyata dalam hubungan dengan durasi pemberian ASI secara penuh adalah keadaan fisik ibu dan pengetahuan ibu.Various studies and observations indicate declining trend of breastfeeding and replacing breast milk with formula is already a common thing in society. This study aimed to find out the pattern of breastfeeding in infants up to 12 months, and to know the difference effect of the determinant variables of full breastfeeding. This observational research with cross sectional study design that involved 300 respondents was conducted in the Tallo District of Makassar City. Data analysis was performed by univariate, bivariate with Kaplan Meier and multivariate with Cox Proportional Hazard. The results showed that proportion of infants get full breastfeeding in first month was 0.86, infants who still get full breastfeeding on the 6th month are 31%, and half of the number of infants are not get full breastfeeding after 5.06 months. There are differences in the duration of full breastfeeding on the mother’s physical status, education, and occupation. The further analysis showed a markedly different variables in influencing the duration of full breastfeeding are mother’s phisical status and knowledge.