Sri Utami
Departemen Biologi, Fakultas Sains Dan Matematika, Universitas Diponegoro

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Inventarisasi Anggrek (Orchidaceae) Epifit di Kawasan Hutan Petungkriyono Pekalongan Jawa Tengah Mika Mardiyana; Murningsih Murningsih; Sri Utami
Jurnal Akademika Biologi Vol. 8 No. 2 Juli 2019
Publisher : Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.058 KB)

Abstract

Anggrek berdasarkan tempat hidupnya dikelompokkan menjadi dua yaitu anggrek terestrial atau anggrek yang tumbuh diatas permukaan tanah dan anggrek epifit yang hidup menempel pada tumbuhan lain. Keberadaan anggrek epifit lebih banyak ditemukan di alam karena berhubungan dengan pohon inangnya sehingga memudahkan untuk mendapat cahaya matahari.  Anggrek banyak dijumpai di hutan hujan tropis. Salah satu hutan hujan tropis dengan keanekaragaman anggrek yang tinggi adalah Petungkriyono yang dijadikan sebagai kawasan ekowisata. Potensi anggrek di kawasan Hutan Petungkriyono perlu dikaji agar tetap terjaga dan lestari. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 23 Maret – 12 April 2019 di Hutan Petungkriyono Pekalongan Jawa Tengah.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji jenis anggrek epifit di kawasan Hutan Petungkriyono Pekalongan Jawa Tengah. Penelitian dilakukan dengan membagi wilayah menjadi 3 stasiun berdasarkan ketinggian yang berbeda, yaitu stasiun I (700-900 m dpl), stasiun II (900-1.100 m dpl), stasiun III (1.100-1.300 m dpl). Setiap stasiun dibagi menjadi 3 titik sampling. Setiap titik sampling dibuat 3 plot sebagai ulangan dengan ukuran 10 x 10 m. Hasil penelitian di kawasan Hutan Petungkriyono didapatkan 46 jenis anggrek yang termasuk dalam 22 genus, dua diantaranya adalah anggrek endemik yaitu Malaxis junghuhnii dan Oberonia similis
Morfologi Talus Lichen Dirinaria Picta (Sw.) Schaer. Ex Clem pada Tingkat Kepadatan Lalu Lintas yang Berbeda di Kota Semarang Tati Nasriyati; Murningsih Murningsih; Sri Utami
Jurnal Akademika Biologi Vol. 7 No. 4 Oktober 2018
Publisher : Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.252 KB)

Abstract

Perkembangan sektor industri dan transportasi berpotensi terhadap penurunan kualitas lingkungan hidup terutama meningkatnya polusi udara. Keberadaan zat pencemar dapat membahayakan mahluk hidup termasuk manusia. Oleh karena itu, pemantauan kualitas udara perlu dilakukan, salah satunya dengan keberadaan lichen sebagai bioindikator di lingkungan. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui morfologi talus lichen Dirinaria picta yang terdapat pada pohon peneduh jalan dengan tingkat kepadatan lalu lintas yang berbeda di kota Semarang. Pengambilan sampel dilakukan di Nglimut Gonoharjo Kendal, Terminal Mangkang dan Simpang Lima Semarang. Morfologi lichen diamati secara makroskopik meliputi perbedaan pada warna, bentuk dan menghitung luas tutupan talus. Sampel lichen diamati pada permukaan kulit batang pohon dengan ketinggian ±150 cm dari permukaan tanah.  Hasil penelitian menunjukan bahwa, warna talus cenderung berwarna hijau pucat atau hijau keabua-abuan. Warna talus cenderung semakin menggelap seiring meningkatnya kepadatan lalu lintas. Bentuk talus cenderung membulat, lonjong, dan tidak beraturan mengikuti pola substrat. Luas penutupan talus lichen terendah terdapat di lokasi Simpang Lima yang memiliki kepadatan lalu lintas tertinggi.
KEANEKARAGAMAN ANGGREK (Orchidaceae) DI CAGAR ALAM GEBUGAN, JAWA TENGAH Tria Farokhah; Sri Utami; Jumari Jumari
Jurnal Akademika Biologi Vol. 7 No.2 April 2018
Publisher : Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Anggrek  merupakan  tumbuhan  yang  mempunyai  nilai  estetika  tinggi.  Pengambilan anggrek secara langsung oleh masyarakat dari habitat aslinya, menyebabkan keberadaan aggrek di alam terancam. Potensi keanekaragaman   anggrek   yang   ada di   kawasan Cagar  Alam Gebugan perlu digali supaya kelestariannya tetap terjaga. Tujuan penelitian ini  adalah  untuk  mengetahui  keanekaragaman  serta kelimpahan  jenis  anggrek  serta mengetahui kondisi lingkungan di Cagar Alam Gebugan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan plot kuadrat dan penentuan letak plot secara sistematik pada 2 stasiun yang memiliki perbedaan ketinggian (900 m dpl dan 1045 m dpl). Dibuat 5 plot dengan ukuran 10 m x 10 m di masing-masing stasiun dengan jarak tiap plot 50 meter. Jenis anggrek  yang  ditemukan  di  Cagar  Alam  Gebugan  12  jenis  anggrek,  diantaranya 11 spesies anggrek epifit dan 1 spesies anggrek terestrial. Kelimpahan individu jenis anggrek relatif lebih tinggi pada tempat yang memiliki ketinggian yang lebih tinggi. Micropera sp merupakan jenis anggrek yang kelimpahannya paling tinggi dan Corymborkis veratrifolia merupakan jenis anggrek dengan kelimpahan terendah. Kondisi lingkungan Cagar Alam Gebugan sesuai untuk menjadi tempat hidup anggrek.
DISTRIBUSI DAN REGENERASI JAMUJU (Dacrycarpus imbricatus (Blume) de Laub) DI CAGAR ALAM GEBUGAN KABUPATEN SEMARANG Evananda Waskitaningtyas; Sri Utami; Erry Wiryani
Jurnal Akademika Biologi Vol. 7 No.3 Juli 2018
Publisher : Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (204.889 KB)

Abstract

Cagar Alam Gebugan merupakan salah satu hutan lindung yang masih memiliki habitat alami Dacrycarpus imbricatus. D. imbricatus memiliki potensial penghasil kayu yang banyak digunakan oleh masyarakat, sehingga jamuju banyak dieksploitasi yang menyebabkan jenis pohon ini sulit ditemukan di habitat alaminya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan regenerasi D. imbricatus, vegetasi di sekitar jamuju serta mengkaji faktor lingkungan abiotik dari habitat D. imbricatus. Metode yang digunakan untuk pengambilan jamuju dengan metode sistematik. Jumlah plot yang digunakan yaitu sebanyak 15 dengan luas masing-masing plot 10 m x 10 m. Masing-masing plot dihitung jumlah individu jamuju pada tingkat pohon, tingkat tiang, tingkat pancang dan tingkat semai. Vegetasi di sekitar jamuju untuk pohon dengan plot  10 m x 10 m ,semak dengan plot 5 m x 5 m dan herba dengan plot 1 m x 1 m. Data mengenai distribusi D. imbricatus diolah dengan menggunakan analisis distribusi poisson. Vegetasi sekitar jamuju dianalisis dengan metode Analisis Vegetasi. Hasil penelitian bahwa distribusi D. imbricatus adalah mengelompok. Regenerasi jamuju di Cagar Alam Gebugan berjalan kurang baik, hal ini ditunjukkan oleh kerapatan individu tingkat pohon (5 individu/0,15 ha= 33,3 ind/ha), tingkat tiang (tidak ditemukan), pancang (4 individu/ 0,15 ha= 26,6 ind/ha), dan semai (21 individu/ 0,15 ha= 140 ind/ha). Vegetasi di sekitar jamuju terdapat 11 jenis pohon dengan INP tertinggi adalah Castanopsis argentea, terdapat 5 jenis semak dengan INP tertinggi adalah Calliandra. sp dan terdapat 6 jenis herba dengan INP tertinggi adalah Orthosiphon aristatus. Faktor lingkungan jamuju ditemukan tumbuh pada ketinggian 1.050 m dpl, suhu 26,70C sampai 270C, kelembaban 53% sampai 61%, pH tanah 6,3 sampai 7.
Keanekaragaman Fitoplankton Pada Tambak Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) di Tireman Kabupaten Rembang Jawa Tengah Indah Riasih Umami; Riche Hariyati; Sri Utami
Jurnal Akademika Biologi Vol. 7 No.3 Juli 2018
Publisher : Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.713 KB)

Abstract

Budidaya udang Vaname (Litopenaeus vannamei) menjadi andalan komoditas peningkatan perekonomian petani tambak di Indonesia. Fitoplankton merupakan salah satu mikrorganisme yang dapat dijadikan pengukur produktivitas primer perairan karena fitoplankton mampu melakukan fotosintesi dan hasil dari fotosintesis berupa oksigen yang dapat dimanfaatkan oleh biota di dalam perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman fitoplankton dan kualitas perairan tambak. Metode pengambilan sampel fitoplankton dengan puporsive random sampling. Analisis data menggunakan indeks keanekaragaman Shanon Wiener (H’), indeks keseragaman (e), indeks dominansi (D), dan kelimpahan. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis fitoplankton berjumlah 14 jenis yang tergolong ke dalam kelas Bacillirophyceae 6 Chlorophyceae 2 jenis, Cyanophyceae 4 jenis, dan Dinophyceae 2 jenis. Jenis fitoplankton yang paling banyak ditemui selama penelitian yaitu Skletonema costatum pada stasiun 3 yang tergolong dari kelas Bacillirophyceae. Indeks Keanekaragaman (H’) berkisar antara 1,42 – 2,16. Nilai tersebut menggambarkan keanekaragaman jenis fitoplankton dalam tingkat sedang. Nilai indeks pemerataan (e) berkisar antara 0,59 – 0,98 yang menggambarkan jenis fitoplankton dinyatakan merata. Nilai indeks dominansi (D) berkisar antara 0,12 – 0,36 yang menggambarkan tidak ada jenis yang mendominasi. Kualitas perairan tambak udang Vaname berdasarkan DO, suhu, salinitas, pH, kecerahan, dan kandungan nitrat-fosfat masih baik digunakan untuk budidaya udang.
Kajian Etnobotani Tumbuhan yang Digunakan Pada Upacara Pernikahan Adat Jawa Di Sekitar Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Titri Anggraini; Sri Utami; Murningsih Murningsih
Jurnal Akademika Biologi Vol. 7 No.3 Juli 2018
Publisher : Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika Undip

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.335 KB)

Abstract

Kajian etnobotani merupakan suatu ilmu yang mempelajari hubungan tumbuhan dengan suatu budaya masyarakat. Salah satu budaya Jawa yang masih dijaga dan sering dilaksanakan yaitu upacara pernikahan. Lembaga yang dapat dijadikan pusat kajian budaya Jawa adalah Keraton Surakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara pernikahan adat Jawa dan makna penggunaannya, tingkat pengetahuan etnobotani, nilai kepentingan tumbuhan, serta upaya penyediaan dan konservasi yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Keraton Surakarta. Metode yang digunakan yaitu dengan observasi langsung, wawancara mendalam dengan 5 orang key persons, dan pemberian kuesioner kepada 92 responden. Hasilnya terdapat 47 spesies tumbuhan yang diketahui digunakan dalam upacara pernikahan adat Jawa, dengan makna dari penggunaaan tumbuhan tersebut sebagai pelengkap, simbol, harapan dan doa agar mendapatkan berkah dan kesejahteraan. Tumbuhan dengan nilai kepentingan paling tinggi terdapat pada kenanga (C. odorata Lam.), melati gambir (J. elongantum Ait.), melati (J. sambac Ait.), cempaka putih (M. alba D.C.), bunga sedap malam (P. tuberosa L.), mawar putih (R. alba L.), dan mawar merah (R. hibrida L.). Pengetahuan etnobotani masyarakat cukup baik namun belum terdapat upaya konservasi terhadap jenis tumbuhan yang digunakan pada upacara pernikahan adat Jawa.
Regenerasi Jamuju (Dacrycarpus imbricatus (Blume.) de Laub.) di Cagar Alam Gebugan, Kabupaten Semarang Jawa Tengah Evananda Waskitaningtyas; Sri Utami; Erry Wiryani
Jurnal Biologi Tropika Vol.1, No. 2, Tahun 2018
Publisher : Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.081 KB) | DOI: 10.14710/jbt.1.2.1-5

Abstract

Gebugan Nature Reserve is one of the protected forest that still has the natural habitat of Dacrycarpus imbricatus. D. imbricatus has the potential of producing wood that is widely used by the people while the exploitation of Jamuju causes this tree species difficult to find in their natural habitat. The aim of this research was to asses D. imbricatus regeneration. The method used for taking jamuju was systematic method. The number of plots used were 15 with 10 m x 10 m area for each plot. The number of individual jamuju at the tree level, pole level, sapling level and seedling level were counted at each plot. The result of this research showed the regeneration of jamuju in Gebugan Nature Reserve was poor, indicated by tree-level individual density (5 individuals/0.15 ha = 33.3 ind/ha), pole level (not found), sapling (4 individuals/0.15 ha = 26.6 ind/ha), and seedlings (21 individuals/0.15 ha = 140 ind/ha). The environmental factors of Jamuju were found to grow at the altitude of 1,050 m asl, temperature 26.7°C to 27°C, humidity 53% to 61%, soil pH 6.3 to 7.
Keanekaragaman jenis tumbuhan paku epifit di Hutan Petungkriyono Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Indri Lestari; Murningsih Murningsih; Sri Utami
NICHE Journal of Tropical Biology Vol. 2, No. 2, Year 2019
Publisher : Department of Biology, Faculty of Sciences and Mathematics, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (405.206 KB) | DOI: 10.14710/niche.2.2.14-21

Abstract