Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Efektivitas Biolarvasida Bactivec SL® Terhadap Larva Aedes spp. di Kelurahan Bentiring Kota Bengkulu Dessy Triana; Naura Thania Salsabillah; Mardhatillah Sariyanti; Martini Martini; Ari Suwondo; Muchlis Achsan Udji Sofro
Jurnal Vektor Penyakit Vol 15 No 2 (2021): Edisi Desember
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Donggala, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vektorp.v15i2.4812

Abstract

ABSTRACT Vector-borne diseases such as dengue are still a health problem in Indonesia. Vector control is the most effective measure to prevent disease transmission. Bactivec SL® has been used since 2008 in Bengkulu City in the dengue control program in Bengkulu City. Evaluation of the effectiveness of the use of biolarvicides has not been carried out effectively. This study aimed to asses the effectiveness of Bactivec SL® against larvae of Aedes sp. used to control dengue in 2020 from Bentiring Village, Bengkulu City. This research was an experimental post test only control group design in November to December 2020 . The sample was obtained from the Bentiring Village as many as 160 larvae of Aedes sp. instar III and instar IV and they were divided into 2 groups (control group and treatment group). This study used the biological test method (4 replications). Data were analyzed by one way ANOVA test and probit analysis to determine the value of LT50,90,99. The results showed that Bactivec SL® was no longer effective in controlling Aedes sp. larvae. in Kelurahan Bentiring with a larval mortality rate of 35%. The value of LT50,90,99 were 76 hours, 107 hours and 131 hours, respectively. The incidence of dengue fever in Bengkulu City in 3 consecutive years (2017-2020) has increased larvicide use rotation is very necessary for optimal control of Aedes sp larvae. ABSTRAK Penyakit tular vektor seperti dengue masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pengendalian vektor merupakan tindakan yang paling efektif untuk mencegah penularan penyakit. Bactivec SL® telah digunakan sejak tahun 2008 di Kota Bengkulu dalam program pengendalian dengue di Kota Bengkulu. Evaluasi efektifitas penggunaan biolarvasida belum dilakukan dengan efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas Bactivec SL® terhadap larva Aedes sp. yang digunakan untuk kontrol dengue pada tahun 2020 yang berasal dari Kelurahan Bentiring Kota Bengkulu. Penelitian ini merupakan eksperimental post test only control group design pada bulan November-Desember 2020. Sampel penelitian ini didapatkan dari Kelurahan Bentiring sebanyak 160 ekor larva Aedes sp. instar III dan instar IV yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok uji dengan sembilan variasi waktu. Penelitian ini menggunakan metode uji hayati sebanyak empat kali replikasi. Data dianalisis dengan uji one way ANOVA dan analisis probit untuk menentukan nilai LT50,90,99. Hasil penelitian menunjukan Bactivec SL® dosis 3 µl/L sudah tidak efektif dalam mengendalikan larva Aedes sp. di Kelurahan Bentiring dengan angka kematian larva sebesar 35%. Nilai LT50,90,99 berturut-turut sebesar LT50 76 jam, LT90 107 jam dan LT 99 131 jam. Angka kejadian DBD di Kota Bengkulu dalam tiga tahun berturut-turut (2017-2020) mengalami peningkatan. Rotasi larvasida sangat diperlukan untuk pengendalian larva Aedes sp. yang optimal.
Profil Hasil Pemeriksaan GeneXpert Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) Terhadap Mycobacterium tuberculosis pada Pasien Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Bengkulu Periode Januari-Desember 2018 Mardhatillah Sariyanti; Ellysa Kurnia Fitriana; Besly Sinuhaji
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol 7 No 2 (2021)
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v7i2.15892

Abstract

Background: Tuberculosis (TB) is an infection that caused by Mycobacterium tuberculosis (MTB) and the droplets can be transmitted by the air. Mycobacterium tuberculosis mainly infected the lungs, but also and infected other organs like, glands, bones, and nervous system. World Health Organization reported that there are 10 million TB cases in 2017 and 1,3 million death caused by this disease. Based on the data from Health’s Profile in Bengkulu city in 2015 there are 18.982 lung tuberculosis suspects. GeneXpert is a brand new innovation to diagnose TB based on molecular examination that uses  Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) which targeting the gene rpoB hotspot in MTB integrated and automatically processing the sample’s Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) in disposable catridge. Method: This is an analytic description research. This research took secondary data (medical record) from the result of sputum examination by GenExpert tools from the lung tuberculosis patients at Bhayangkara Polda Bengkulu Hospital in January-December 2018 to acknowledge the result of MTB’s examination. Results: From this research, there were 150 male patients (70,1%) and 64 female patients (29,9%). The most patients in this research was from the age range 45-65 years old which is 102 patients (47,7%). The proportion of MTB rifampicin sensitive is 22 patients (10,3%). The proportion of MTB rifampicin resistance is 1 patient (0,05%). And the proportion of MTB not-detected is 191 patients (89,2%). Conclusion: Profile of the result of Genexpert examination in lung tuberculosis patients at Bhayangkara Polda Bengkulu Hospital is sensitive to rifampicin
Uji Efektivitas Antibakteri Daun Tanaman Nusa Indah (Mussaenda pubescens ait. f ) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ( Rosenbach ) Priscilla Dwi Utari; Welly Darwis; Mardhatillah Sariyanti
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol 8 No 1 (2022)
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v8i1.30109

Abstract

Latar Belakang: penyakit infeksi sering dijumpai pada wilayah dengan cuaca panas, basah, serta status ekonomi yang rendah. Salah satu bakteri yang menyebabkan infeksis ialah Staphylococcus aureus. Antibioik eritromisin yang digunakan untuk mengobati infeksi memiliki berbagai efek samping. Pemanfaatan tanaman obat merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Daun tanaman nusa indah merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak manfaat, salah satunya sebagai antibakteri. Penggunaan daun tersebut dengan cara menumbuk daun dan ditempelkan di bagain kulit yang terinfeksi, namun belum dilatar belakangi studi ilmiah. Metode: Ekstraksi daun tanaman nusa indah sebelumnya dilakukan pengujian fitokima. Selanjutnya, dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95% dan dilarutkan dengan akuades. Hasil ekstraksi kemudian dilakukan Uji Minimal Inhibitory Concentration (MIC). Setelah dilakukan uji MIC kemudian dilakukan pengujian efektivitas. Parameter yang digunakan ialah besarnya zona hambat yang terbentuk disekitar kertas cakram, dan Kontrol positif yang digunakan adalah larutan antibiotik Eritromisin 50 µg/ml untuk bakteri Staphylococcus aureus. Hasil: Hasil pengujian fitokimia didapatkan metabolit sekunder positif ialah flavonoid, tanin, saponin, dan steroid. Hasil pengujian MIC didapatkan bahwa ekstrak daun tanaman nusa indah memiliki kemampuan sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aures. Dari analisis statistik pengujian ANOVA ekstrak daun tanaman nusa indah dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus memiliki nilai Fhitung > Ftabel dengan nilai α = 0,05 dan kemudian diuji lanjut dengan menggunakan uji Duncan dan didapatkan zona hambat yang efektif dalam menghambat Staphylococcus aureus yaitu pada konsentrasi 75% (E5). Kesimpulan: Ekstrak daun tanaman nusa indah ( Mussaenda pubescens ait.f ) memiliki daya hambat terhadap pertumbuhn bakteri Staphylococcus aureus.
KORELASI INDEKS MASSA TUBUH DAN DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS: SEBUAH TINJAUAN KEPUSTAKAAN SISTEMATIS DAN META ANALISIS Bagus Pambudi; Amalia Rizkha Malini; Riry Ambarsarie; Maria Eka Patri Yulianti; Mardhatillah Sariyanti
JURNAL KEDOKTERAN RAFLESIA Vol 9 No 1 (2023)
Publisher : UNIVERSITAS BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/juke.v9i1.30131

Abstract

Latar belakang: Akne vulgaris (AV) adalah penyakit kulit tersering ke-3 di dunia. Studi mengenai pengaruh indeks massa tubuh (IMT) terhadap derajat keparahan AV telah banyak dilakukan dengan beragam metode dan menghasilkan laporan yang berbeda. Karena itu, diperlukan tinjauan kepustakaan sistematik (TKS) dan meta analisis untuk menyimpulkan penelitian yang ada. Tujuan: Mengeksplorasi korelasi antara IMT dan derajat keparahan AV. Metode: TKS dilakukan di Pubmed selama bulan Juli 2020. Penilaian kualitas studi menggunakan JBI. Korelasi antara IMT dan derajat keparahan AV dianalisis secara kualitatif dan meta analisis. Meta analisis menggunakan fixed effect analysis pada aplikasi comprehensive meta analysis (CMA). Hasil: Terdapat 3 literatur yang sesuai kriteria. Satu Literatur melaporkan hasil tidak bermakna secara statistik, sedangkan dua literatur lain bermakna. Secara klinis, korelasi antara IMT dan derajat keparahan AV dilaporkan lemah pada satu literatur, sedangkan satu literatur lainnya melaporkan tidak bermakna. Ketiga literatur dilakukan meta analisis dan dilaporkan bahwa korelasi antara IMT dan derajat keparahan AV bermakna secara statistik, tetapi secara klinis tidak. Kesimpulan: Secara statistik, terdapat korelasi bermakna antara IMT dan derajat keparahan AV, tetapi secara klinis tidak bermakna. Kata Kunci: Akne, IMT, Korelasi, Derajat Keparahan AV, Tinjauan Kepustakaan Sistematis