Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Penyusunan dan Penerapan Peraturan Desa tentang Pengendalian Schistosomiasis di Daerah Endemis Junus Widjaja; Ahmad Erlan; Intan Tolistiawaty; Yuyun Srikandi; Hasrida Mustafa
Jurnal Vektor Penyakit Vol 15 No 2 (2021): Edisi Desember
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Donggala, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vektorp.v15i2.5492

Abstract

ABSTRACT In Indonesia, schistosomiasis is caused by the blood worm Schistosoma japonicum, resulting harmful impact on the economy and public health. Can lead to including stunting (stunting) and reduced learning ability, especially in of children. Schistosomiasis elimination strategies include cross-sectoral involvement and community participation. Implementation of the Bada Model is community empowerment in an effort to control schistosomiasis. Implementation of the Schistosomiasis Village Regulation is an important part. Methods were activities of drafting, submitting the drafts to the secretariat of the Poso Regional Government, socializing village regulations and ratifying village regulations and evaluating the implementation of village regulations. There was a decrease in the prevalence of schistosomiasis in humans, increased fecal collection coverage, and a decline in the number of snail foci. The application of village regulations apparently strengthens the control of schistosomiasis in endemic areas. ABSTRAK Di Indonesia, schistosomiasis disebabkan oleh cacing darah Schistosoma japonicum, Dampak buruk pada ekonomi dan kesehatan masyarakat. stunting dan berkurangnya kemampuan belajar pada anak-anak. Strategi eliminasi schistosomiasis antara lain keterlibatan lintas sektor dan peran serta masyarakat, Implementasi Model Bada merupakan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pengendalian schistosomiasis, Pelaksanaan Peraturan Desa Schistosomiasis merupakan salah bagian yang penting. Metode melalui pembuatan draf, pengajuan draf ke sekretariat Pemda Poso, sosialisasi perdes, pengesahan perdes dan evaluasi penerapan perdes. Adanya penurunan prevalensi schistosomiasis pada manusia, peningkatan cakupan pengumpulan tinja dan berkurangnya jumlah fokus keong. Penerapan Perdes menguatkan pengendalian schistosomiasis di daerah endemis.
PROMOSI KESEHATAN DALAM PENGENDALIAN FILARIASIS Ahmad erlan
BALABA: JURNAL LITBANG PENGENDALIAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG BANJARNEGARA Volume 10 Nomor 2 Desember 2014
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Banjarnegara Badan Litbangkes Kemenkes RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.841 KB) | DOI: 10.22435/blb.v10i2.770

Abstract

ABSTRAKPromosi kesehatan adalah cara yang efektif untuk mengubah perilaku masyarakat agar menjadi lebih sehat dan terhindar daripenyakit. Penularan filariasis dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu lingkungan, perilaku dan sosial budaya. Hasil dari beberapapenelitian menunjukkan bahwa faktor yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian filariasis dari faktorlingkungan yaitu rawa-rawa di sekitar permukiman (OR=2,433); faktor perilaku seperti kebiasaan menggunakan kelambu,tidak menggunakan pakaian lengan panjang dan tidak menggunakan kasa di ventilasi (p<0,05); faktor pengetahuan danstigma (p=0,07). Promosi kesehatan melalui penyuluhan ke masyarakat dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuanmasyarakat dan perubahan perilaku untuk memutuskan rantai penularan filariasis.
Masterplan Pengendalian Schistosomiasis Dalam Upaya mendukung Eliminasi di Kabupaten Sigi Propinsi Sulawesi Tengah 2022-2024 Junus Widjaja; Anis Nurwidayati; Hayani Anastasia; Octaviani Octaviani; Ahmad Erlan
Jurnal Vektor Penyakit Vol 16 No 2 (2022): Edisi Desember
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Donggala, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vektorp.v16i2.6122

Abstract

ABSTRACT Schistosomiasis is a neglected tropical disease caused by blood trematodes of the genus Schistosoma, which remains a major public health problem worldwide. Schistosomiasis japonica, in Asia endemic to China, the Philippines and parts of Indonesia. Schistosomiasis in Indonesia is only found in Central Sulawesi Province, namely Napu Highlands and Bada Highlands, Poso Regency and Lindu Highlands, Sigi Regency. Schistosomiasis can cause anemia and trigger stunting and reduced learning abilities in children. It also causes organ damages, such as severe hepatosplenism, periportal fibrosis, even some cases died. With Indonesia's commitment to realizing Sustainable Development Goals (SDGs) as stated in the 2030 Agenda, schistosomiasis is one of the diseases that will be eliminated in Indonesia. This study used descriptive analysis method with a qualitative approach through in-depth interviews and discussions in the form of meetings. The results of the preparation of the schistosomiasis control master plan 2021-2024. The Masterplan is prepared cross-sectorally between the Health Service, Public Works and Spatial Planning, Livestock and Animal Health Service, Community and Village Empowerment Service, Food Security and Fisheries Service, Food Crops and Horticulture Service, Education and Culture Office and Planning and Research Agency. Area. The structured activities are treatment for humans and animals, environmental modification, control of snail habitat, implementation of surveillance on humans and animals and snails that transmit schistosomiasis, technical capacity building, provision of drinking water and proper and sustainable sanitation. Schistosomiasis control master plan which can be the basis and guideline for schistosomiasis control in Sigi District in 2022-2024. ABSTRAK Schistosomiasis adalah penyakit tropis terbaikan yang disebabkan oleh trematoda darah dari genus Schistosoma, yang tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia. Schistosomiasis japonica, di Asia endemik di Cina, Filipina dan sebagian Indonesia. Schistosomiasis di Indonesia hanya ditemukan di Propinsi Sulawesi Tengah, yaitu Dataran Tinggi Napu dan Dataran Tinggi Bada, Kabupaten Poso serta Dataran Tinggi Lindu, Kabupaten Sigi. Schistosomiasis ini dapat menyebabkan anemia dan memicu kekerdilan (stunting) dan berkurangnya kemampuan belajar pada anak-anak. Penyakit tersebut juga menimbulkan kerusakan organ spesifik organ seperti hepatosplenisme parah, fibrosis periportal, bahkan beberapa kasus meninggal dunia. Dengan komitmen Indonesia untuk mewujudkan Pembangunan yang Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) sebagaimana tertuang dalam Agenda 2030, maka schistosomiasis menjadi salah satu penyakit yang akan dieliminasi di Indonesia. Penelitian menggunakan metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dan diskusi dalam bentuk pertemuan. Hasil penelitian adalah tersusunnya masterplan pengendalian schistosomiasis 2021-2024. Penyusunan masterplan dilakukan dengan lintas sektor antara Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Badan Perencanaan dan Penelitian Daerah. Kegiatan yang termasuk dalam master plan pengendalian schistosomiasis meliputi pengobatan pada manusia dan hewan, modifikasi lingkungan, pengendalian pada habitat keong, pelaksanaan surveilans pada manusia dan hewan serta pada keong perantara schistosomiasis, peningkatan kapasitas teknis, penyediaan air minum dan sanitasi yang layak dan berkesinambungan. Masterplan pengendalian schistosomiasis yang dapat menjadi dasar dan pedoman kegiatan pengendalian schistosomiasis di Kabupaten Sigi Tahun 2022-2024.