Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Pola Pengasuhan Orang Tua Dan Moral Remaja Dalam Islam Miftahul Jannah
Jurnal Edukasi : Jurnal Bimbingan Konseling Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Edukasi : Jurnal Bimbingan Konseling
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/je.v1i1.318

Abstract

Style of parenting can`t be separated by moral behavior in educating children, how to have morals in life, especially in the family environment and parents this sekolah.Dewasa many difficulties and problems in educating children, from academics, intellectuals, state officials moreover from lower socioeconomic circles who have no education and mature economies. The problem lies in the failure of parents to educate generations obedient to Allah and will understand Islamic values. Various problems occur for example brawl, free sex, lack incapacity to control children in the associate, drugs, and various other criminal. Events and these events often occur in big cities but now shifts to all levels of society, both in rural and metropolitan cities. The teenagers went along with all the negative behavior without thinking about the impact of the negative impacts that will be experienced both for himself and his parents have failed to maintain the good name of both parents in the world and in the presence of Allah, for failing to do good deeds as an eternal charity before Allah Swt. Our country is far backward from the Islamic civilization since leaving the values of Islam, the developed world have left their ignorance and are following Islamic law that is believed to be true in the welfare of the ummah. Generani Islamic Ummah and Islam must educate by parents who have the foundation of Islam in the household so that kusesesan begins within the family nucleus and then continues into the school environment and the community. Abstrak: gaya pengasuhan orang tua tidak terlepas dengan moral dalam mendidik perilaku anak, bagaimana agar memiliki moral dalam kehidupan, terutama di lingkungan keluarga dan sekolah.Dewasa ini orang tua banyak mengalami kesulitan dan permasalahan dalam mendidik anak, b aik dari kalangan akademisi, intelektual, petinggi negara apalagi dari kalangan sosial ekonomi bawah yang tidak memiliki pendidikan dan ekonomi yang matang. Permasalahan orang tua terletak pada gagalnya mendidik generasi yang taat pada Allah Swt dan paham akan nilai-nilai keislaman. Berbagai masalah terjadi misalnya tawuran, free sex, ketidak sanggupan mengontrol anak dalam bergaul, narkoba, dan berbagai macam kriminal lainnya. Kejadian dan peristiwa ini sering terjadi di kota besar namun sekarang bergeser ke semua tingkatan masyarakat baik di desa, dan kota metropolitan. Para remaja ikut - ikutan dengan segala dampak perilaku negatif tanpa memikirkan dampak negatif yang akan dialami baik untuk dirinya dan orang tuanya telah gagal menjaga nama baik orang tua baik di dunia dan di hadapan Allah Swt, karena gagal dalam beramal shalih sebagai amal yang kekal di hadapan Allah Swt. Negara kita jauh mundur ke belakang dari peradaban Islam karena meninggalkan nilai-nilai islam, dunia maju telah meninggalkan kejahilan mereka dan sedang mengikuti syariat islam yang diyakini kebenarannya dalam mensejahterakan ummat. Ummat islam dan generani Islam harus didik oleh orang tua yang memiliki landasan keislaman dalam rumah tangga sehingga kusesesan di mulai dalam keluarga inti kemudian berlanjut ke dalam lingkungan sekolah dan masyarakat Kata kunci: Pola Pengasuhan orang tua, moral dan remaja
KONSEP KELUARGA IDAMAN DAN ISLAMI Miftahul Jannah
INTERNATIONAL JOURNAL OF CHILD AND GENDER STUDIES Vol 4, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/equality.v4i2.4538

Abstract

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran penting dalam memajukan bangsa dan negara. Perlu kekuatan dan perjuangan dalam membina rumah tangga agar seluruh komponen dalam keluarga mampu menjalankan fungsi dan tugas masing-masing sesuai struktur dalam keluarga. Keluarga idaman adalah dambaan semua orang setelah berkeluarga, menjadi orangtua yang sukses mendidik anak-anaknya, membesarkan anak dengan fisik dan psikis yang berkembang maksimal, dan memiliki akhlak mulia serta melahirkan generasi yang penuh dengan keimanan kepada Allah SWT. Menjalankan fungsi, tugas dan tanggung jawab dalam keluarga haruslah selalu berharap kepada Allah SWT agar seluruh keluarga mampu menjalani hidup di dunia ini sesuai dengan perkembangan zaman dan tetap menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.
TUMBUH KEMBANG ANAK DI DAYCARE UIN AR-RANIRY DAN PENGARUH KURIKULUM Munawiah Munawiah; Miftahul Jannah
INTERNATIONAL JOURNAL OF CHILD AND GENDER STUDIES Vol 1, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/equality.v1i1.780

Abstract

Tumbuh kembang pada usia dini cukup penting karena akan mempengaruhi perkembangan pada usia selanjutnya. Kurikulum juga mempengaruhi tumbuh kembang anak baik psikis yang berupa aspek kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, emosi, sosial dan agama, maupun perkembangan dan fisik. Fisik yang sehat dan kuat ikut berperan dalam perkembangan psikis anak.Membahas tentang kurikulum tentunya sangat luas diantaranya kurikulum mencakup azas, prinsip, Pendekatan, dan proses pengembangan kurikulum, fungsi dan peranan pengembangan kurikulum, dan bagaimana perkembangan kurikulum di Indonesia, tulisan ini akan membahas tentang bagaimana pengembangan kurikulum selama ini dan khususnya kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini dan bagaimana pengaruh kurikulum terhadap tumbuh kembang anak.
RENTANG KEHIDUPAN MANUSIA (LIFE SPAN DEVELOPMENT) DALAM ISLAM Miftahul Jannah; Fakhri Yacob; Julianto Julianto
INTERNATIONAL JOURNAL OF CHILD AND GENDER STUDIES Vol 3, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/equality.v3i1.1952

Abstract

Manusia adalah makhluk yang paling istimewa di dunia ini, manusia terus mengalami perubahan (change over time), memulai kehidupan dalam kandungan ibu selama sembilan bulan melalui tahapan nuthfah (0- 2 minggu) biasa disebut dengan zigot, alaqah (2-8 minggu) biasa disebut dengan embrio, kemudian mudhghah (9 minggu-lahir) biasa disebut dengan janin atau fetus, kemudian manusia lahir ke dunia dalam keadaan fithrah (suci) yakni membawa nilai-nilai ketauhidan (mengesakan Allah), kemudian lahir ke dunia biasa disebut dengan infancy (usia 0-2 minggu), usia ini adalah kritis bagi bayi, perlu sikap positif, peka, stimulus dan respons yang kuat, memberi stimulan dan respons yang cepat lalu tumbuh menjadi bayi (usia 2 minggu- 2 tahun), kanak-kanak (thufuulah) atau biasa disebut dengan usia emas (golden age) dimulai dari usia 2- 10 tahun, remaja (usia 10-19 tahun), dalam Islam usia remaja digolongkan dalam baligh (sudah sampai umur) dan sudah terbeban hukum (mukallaf), kemudian berlanjut ke tahapan kehidupan manusia yang paling panjang dan kompleks adalah usia dewasa (usia 30-60 tahun) kemudian lanjut usia ( usia 60-an ke atas) sampai meninggal, Rentang kehidupan manusia diabadikan Allah Swt di dalam Alquran Al-Hajj ayat 5,mengimani ada kehidupan setelah kematian.
TRAUMA & TAZKIYATUN NUFUS (Pada Santri korban konflik di Markaz Al-Aziziyah Lueng Bata Banda Aceh) Miftahul Jannah
INTERNATIONAL JOURNAL OF CHILD AND GENDER STUDIES Vol 2, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/equality.v2i2.1467

Abstract

Konflik yang berkepanjangan di Aceh menyisakan trauma yang mendalam bagi masyarakat Aceh baik ketika orde baru dan ketika konflik GAM dan Militer pada tahun 1998 yang menghilangkan nyawa lebih dari 3500 orang. Konflik di Aceh masih menyisakan trauma pada anak-anak korban konflik yang saat ini sudah berusia di dewasa, ada yang menyimpan dendam dan tidak, namun secara tidak langsung nampak dari tingkah laku dan cara berpikir mereka. Mendampingi dan menjalin hubungan sosial yang baik dengan mereka adalah salah satu cara untuk mengurangi dampak trauma yang mereka alami. Membangkitkan semangat santri untuk terus berkarya dan menjadi orang yang bermanfaat bagi semua orang adalah yang terpenting untuk menjaga kondisi psikis yang kurang normal. Kurangnya pemahaman terhadap potensi yang mereka miliki, bahwa ada dalam diri mereka kekuatan yang hebat yang bisa membawa perubahan dalam hidup mereka para santri yang ada di dayah al-Aziziyah ini. Objek penelitian ini adalah 22 orang santri yang berasal dr berbagai daerah di Aceh terutama anak-anak yatim yang orang tuanya korban konflik dan ada juga yang orangtuanya korban tsunami. Penelitian ini menggunakan jenis data penelitian kualitatif dan kuantitatif. Kualitatif menggunakan wawancara terstruktur, konseling individu, observasi dan dokumentasi, sedangkan penelitian kuantitatif menggunakan angket trauma dengan skala Likert. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek trauma yang paling tinggi adalah AA Anxiuous Arousal 52 %, Anger Irratability 9,42%, Depression 46,5%, Defensive Avoidance 53,2%, Dissociation 44,8%, Dysfunctional Sexual Behaviour 44 18%, Instrusive Experience 38.5%, Impaired Self Reference 46,7%, Sexual Concern 14,9 %, Tension Reduction Behaviour 29,10 %.
TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PADA USIA KANAK-KANAK Miftahul Jannah
INTERNATIONAL JOURNAL OF CHILD AND GENDER STUDIES Vol 1, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/equality.v1i2.792

Abstract

Manusia adalah makhluk yang terus mengalami perubahan usia, mulai dari alam kandungan, infansi, bayi, kanak-kanak, remaja, sampai usia dewasa dan akhirnya meninggal. Setiap tahapan kehidupan manusia mempengaruhi tahapan kehidupan selanjutnya baik dari aspek psikologis diantaranya agama, kognitif, bahasa, moral, sosial, dan aspek fisiologis, diantaranya fisik, motorik anak. Usia kanak-kanak adalah usia emas (golden age) yang harus dilewati oleh setiap manusia, jika usia kanak-kanak tumbuh dan berkembang dengan baik maka anak akan tumbuh dan berkembang dengan matang pada usia selanjutnya. Usia kanak-kanak sangat menentukan tahapan kehidupan selanjutnya, apabila usia kanak-kanak telah menyelesaikan tugas-tugas perkembangan maka anak akan melanjutkan tahapan perkembangan berikutnya dengan matang tanpa ada yang hilang pada diri si anak. Anak yang hidup dalam keluarga yang penuh kasih sayang dan terpenuhi kebutuhan fisik dan psikis dianggap mampu menjalankan tugas-tugas perkembangannya dan mampu mengembangkan aspek psikis. Anak mampu melangkah ke tahapan berikutnya mampu mengembangkan aspek psikis sampai pada usia selanjutnya, matang ketika memasuki usia pubertas, remaja sampai usia dewasa yang penuh dengan tantangan kehidupan. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat hambatan perkembangan. Meskipun ada hambatan-hambatan dalam perkembangan anak masih dalam keadaan normal dan tidak mengganggu perkembangan anak. Itulah konsep manusia yang memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai hamba yang terus berkembang dan mengalami perubahan (change over time), yang perlu mengintrospeksi diri dan mengembangkan diri menjadi hamba Allah yang bertaqwa.
Portrait of Sexual Harassment Victims and Religious Support of the Parents in Aceh Salami Salami; Fadhilah Fadhilah; Miftahul Jannah; Inayatillah Inayatillah
Jurnal Ilmiah Peuradeun Vol 8 No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Peuradeun
Publisher : SCAD Independent

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26811/peuradeun.v8i2.470

Abstract

Parental religious education is the most important thing in educating and raising children. The religious education that parents have will influence the norms and behavior of children to be educated and mature individuals. But now, even though parents understand the religious values, it is still difficult to implement these values in the family, especially in controlling the interaction of their children. This study investigated the religious value of parents in raising their children and the solution they offer to solve the problem related to sexual harassment issues faced by the children. This study used interviews, documentation, and observation, conducted in three locations namely in Bireuen district with four families, in North Aceh with three families, in Pidie Jaya with seven families, a total of all 14 families. The survey results in Bireuen showed even though their children suffered sexual harassment and rape but the parents were still able to hold their emotions because they had a strong religious education. They were happy to have children because it was assumed that they came from intact families. There is a stigma of society that their children are victims of sexual violation, whereas their parents have a good religious education. Complete intact families that still have both parents, can bring happiness, comfort, protect, and communicate well with their children. Otherwise, incomplete families whose children suffered sexual abuse victims are difficult to solve the problems being faced, especially to cheer up their children.
REMAJA DAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGANNYA DALAM ISLAM Miftahul Jannah
Psikoislamedia : Jurnal Psikologi Vol 1, No 1 (2016): Psikoislamedia : Jurnal Psikologi
Publisher : State Islamic University (UIN) Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (519.662 KB) | DOI: 10.22373/psikoislamedia.v1i1.1493

Abstract

Perkembangan remaja penting untuk dikaji ulang, karena setiap individu melewati usia remaja dalam rentang kehidupannya. Remaja harus mampu mengembangkan seluruh potensi baik yang ada dalam dirinya sehingga mampu melewati perkembangannya tanpa stres dan penuh kebimbangan. Sehingga teori yang mengatakan usia remaja adalah identik dengan usia badai dan sress adalah keliru. Saat ini semakin banyak remaja mengalami hambatan dalam melaksanakan tugas perkembangannya padahal remaja dituntut agar mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dengan tetap menjaga keimanan yang kokoh, tidak terlibat narkoba, adiktif terhadap pornografi, melakukan seks bebas, dan menjadi korban pelecehan seksual. Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah bagaimana perkembangan remaja mampu melewati fase kritis dengan tidak mengalami tekanan yang berat, sehingga berdampak pada perilaku negatif . Studi ini menelaah beberapa kajian teori dan menyesuaikan dengan fenomena yang terjadi saat ini, dan menunjukkan bahwa remaja saat ini sulit menjalankan tugas-tugas perkembangannya jika tidak didukung oleh lingkungan yang sehat. Penyelesaian masalah remaja memerlukan kajian ulang dengan mengkaji pengetahuan yang integratif dan komprehensif tentang bagaimana konsep remaja yang mampu membangkitkan kesadaran mereka sebagai makhluk Allah yang paling berharga di dunia dan menjadi harapan bangsa dan negara.
THE IMPACT OF TRAUMA FOR RELIGIOUS IDENTITY AFTER CIVIL CONFLICT: STUDY AT BOARDING SCHOOL BABUL ALA NURILLAH BEUTONG ATEUH NAGAN RAYA ACEH INDONESIA Miftahul Jannah; Siti Rozaina Kamsani; Nurhazlina Mohd Ariffin
Psikoislamedia : Jurnal Psikologi Vol 6, No 2 (2021): PSIKOISLAMEDIA : JURNAL PSIKOLOGI
Publisher : State Islamic University (UIN) Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/psikoislamedia.v6i2.11000

Abstract

The impact of prolonged civil conflict in Aceh has caused lost family and mental disorder to the local community. One of the tragedy occurred during conflict in Aceh was the killing tragedy in Boarding School Babul 'Ala Nurillah, Blang Meurandeh village Beutong Blang Galang Nagan Raya Aceh Province Indonesia on July 23, 1999 and killed more than 50 man when they are in Boarding School ( Dayah) and learn Islamic knowledge.The peace agreement after conflict between Free Aceh Movement and Indonesia Goverment has 16 years ago since August 18, 2005. They are saw their husband killed by army, andmany women became widows and became poor life. The purpose of this study is to know how the traumatic post conflict and misdevelopment about the religious identity. The Method of this study used quantitative and qualitative method, used scale TSI (Trauma Syndrome Inventory) for trauma by Briere with 100 items and MRPI (Muslim Religious-Personality Inventory)  for scale religious identity. MRPI has 47 item. The sample in this research 25 Woman and 5 man who directly saw the extrajudicial killing, this sample technique used random assigned sampling.The result showed that the victims there are have traumatized is: high trauma 3, low trauma 3, and middle trauma 24 person . The result of this study is that there is a relationship between trauma and religious identity is low  r = -0,312. The correlation beetween trauma and Islamic worldview and spiritual is r = 0.312 (low), trauma with ritual r= 0.543 (medium), trauma with muamalat = 0.157 (very low). This meaning that although the victims feel traumatized but their ritual (hablun min Allah) still good in medium correlation, but the correlation between trauma and Islamic worldview and spiritual is low, and correlation between trauma and mu’amalat (hablun min an-naas) is very low, as well as in religious personality which is divided into Islamic worldview and spiritual, ritual (hablun minallah) and muamalat (hablun min an-naas). After twenty years ago they can to growth with their self and they want to forgotten the tragedy July 23 1999, and want to live in peace. And now they have the commitment to explore and learn Islamic knowledge again after twenty years ago they life without learning the Islamic knowledge in boarding school.
THE EFFECTIVENESS OF RESILIENCY TRAINING TO IMPROVE FAMILY WELL-BEING AMONG WOMEN EXPERIENCED SEXUAL VIOLENCE IN ACEH Eka - Srimulyani; Miftahul Jannah; Ida Fitria; Fatmawati Fatmawati; Rawdhah Binti Yasa; Iyulen Pebry Zuanny
Psikoislamedia : Jurnal Psikologi Vol 6, No 1 (2021): PSIKOISLAMEDIA : JURNAL PSIKOLOGI
Publisher : State Islamic University (UIN) Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/psikoislamedia.v6i1.8945

Abstract

Sexual harassment has many negative impacts on the victims, both physically and psychologically. Women as victims of sexual harassment feel difficulties when they interact in social environment. The psychological impact on the victim will result in prolonged trauma and depression which can then lead to unhealthy attitudes such as insecurity, excessive fear, and disturbed mental conditions. For this reason, this study aimed to examine the effectiveness of resiliency training to improve family well-being among women victims of sexual violence in Aceh. The number of participants recruited were 7 women who have experienced sexual violence in PSAA Aceh. The research design used a one group pretest-posttest design and the data were collected using family well-being scale. The results of data analysis indicated that the provision of resiliency training did not have a significant contribution on increasing family well-being. This could be explained because the incidents of sexual violence experienced by the subjects have happened several years ago, so they have adapted to their families to the presence of children born from the sexual violence.