Pudji Astuti
Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Jember, Indonesia

Published : 15 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search
Journal : Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitansAntibacterial activity of red betel (Piper crocatum) leaf extract on the growth of Aggregatibacter actinomycetemcomitans Rosanita Firdausi Oktaviani; Pudji Astuti; Melok Aris Wahyukundari
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 34, No 1 (2022): April 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v34i1.34833

Abstract

Pendahuluan: Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit inflamasi kronis yang menyerang periodonsium yang disebabkan oleh salah satu mikroorganisme yaitu Aggregatibacter actinomycetemcomitans. Perawatan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan bahan alam salah satunya daun sirih merah (Piper crocatum). Daun sirih merah memiliki aktivitas senyawa antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan A. actinomycetemcomitans. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap pertumbuhan A. actinomycetemcomitans. Metode: Penelitian dilakukan dengan metode difusi cakram pada media MHA (Mueller Hinton Agar) dengan mengukur zona bening yang terbentuk menggunakan jangka sorong. Jenis penelitian yang digunakan eksperimental laboratoris dengan sampel sebanyak 30 sampel. Hasil: Daya hambat ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap A. actinomycetemcomitans terdapat pada kelompok perlakuan dengan konsentrasi 25%, 50%, dan 100%. Aktivitas antibakteri konsentrasi 25% dikategorikan sedang, konsentrasi 50% dan 100% dikategorikan kuat. Kelompok kontrol positif terdapat aktivitas daya hambat bakteri dengan nilai rerata diameter 23,42 mm, sedangkan kelompok kontrol negatif tidak menunjukkan adanya zona hambat. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa signifikansi (0,00) dengan p<0,05 dilanjutkan dengan uji Mann Whitney menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) pada semua kelompok konsentrasi. Simpulan: Ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) terdapat aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan A. actinomycetemcomitans dengan daya hambat yang terkecil pada konsentrasi 25% dan daya hambat ekstrak daun sirih merah yang terbesar pada konsentrasi 100%.Kata kunci: penyakit periodontal; daun sirih merah; Aggregatibacter actinomycetemcomitans ABSTRACTIntroduction: Periodontal disease is a chronic inflammatory disease of the periodontium caused by microorganisms such as Aggregatibacter actinomycetemcomitans. Periodontal disease treatment can be carried out with natural ingredients such as red betel (Piper crocatum) leaf. Red betel leaf has an antibacterial activity which can inhibit the growth of A. actinomycetemcomitans. This study aimed to determine the antibacterial activity of red betel (Piper crocatum) leaf extract on the growth of A. actinomycetemcomitans. Methods: The study used the disc diffusion method on MHA (Mueller Hinton Agar) media by measuring the clear zone formed using a calliper. The type of study was an experimental laboratory conducted on 30 samples. Results: The inhibitory activity of red betel (Piper crocatum) leaf extract against A. actinomycetemcomitans was found in the treatment group of 25%, 50%, and 100%. The antibacterial activity in the concentration of 25% was categorised as moderate, while categorised as strong in the concentrations of 50% and 100%. The positive control group had a bacterial inhibitory activity with a mean diameter of 23.42 mm, while the negative control group showed no inhibition zone. The results of the Kruskal-Wallis test showed significant results (0.00; p<0.05), followed by the Mann-Whitney test, which also showed a significant value of less than 0.05 (p<0.05) in all concentration groups. Conclusion: Red betel leaf (Piper crocatum) extract has antibacterial activity against the growth of A. actinomycetemcomitans with the lowest inhibition at a concentration of 25% and the highest inhibitory activity at a concentration of 100%.Keywords: periodontal disease; red betel leaf; Aggregatibacter actinomycetemcomitans
Potensi ekstrak daun singkong (Manihot esculenta Crantz.) terhadap profil leukosit darah tepi model tikus disfungsi ovarium dan periodontitisPotential of cassava leaves (Manihot esculenta Crantz.) extract on peripheral blood leukocyte profile in ovary dysfunction and periodontitis rat model Lutfi Meiga Sari; Zahara Meilawaty; Pudji Astuti; Amandia Dewi Permana Shita; Agustin Wulan Suci Dharmayanti; Zahreni Hamzah
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 33, No 1 (2021): April 2021
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v33i1.30751

Abstract

Pendahuluan: Disfungsi ovarium merupakan keadaan ovarium yang mengalami kegagalan dalam sekresi hormon seks steroid. Penurunan sekresi hormon terutama estrogen dapat memicu peningkatan sitokin proinflamasi seperti IL-1, IL-6 dan TNF-α yang berperan dalam resorpsi tulang dan reaksi inflamasi periodontal. Salah satu drug of choice dari periodontitis adalah metronidazole. Penggunaan metronidazole secara sistemik dapat mengakibatkan efek samping, sehingga diperlukan bahan alternatif yang memiliki efek terapi antiinflamasi. Salah satu tanaman yang memiliki efek antiinflamasi adalah daun Singkong. Tujuan penelitian adalah menganalisis potensi ekstrak daun Singkong sebagai antiinflamasi terhadap profil leukosit darah tepi model tikus disfungsi ovarium dan periodontitis. Metode: Jenis penelitian eksperimental laboratoris dengan post-test only control group design. Sampel penelitian sebanyak 18 ekor tikus betina yang dibagi menjadi dua kelompok besar yakni kelompok disfungsi ovarium dan kelompok kecil periodontitis. Pembuatan model tikus disfungsi ovarium dan tikus periodontitis dilakukan selama 28 hari. Setelah masing-masing kelompok dibagi menjadi 3 kelompok yang diberikan perlakuan aquades, metronidazole dan ekstrak daun Singkong selama 7 hari. Setiap tikus diambil darahnya melalui plexus infraorbitalis pada hari ke-1, hari ke-3 dan hari ke-7. Darah yang diambil selanjutnya dilakukan perhitungan jumlah sel leukosit darah tepi menggunakan kamar hitung dan perhitungan jenis dengan cara visual. Hasil: Hasil uji LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna jumlah leukosit darah tepi antar hari pada kelompok tikus yang mengalami disfungsi ovarium (p≤0,05). Simpulan: Ekstrak daun Singkong (Manihot esculenta Crantz) dapat menurunkan profil leukosit perifer model tikus disfungsi ovarium dan periodontitis.Kata kunci: Disfungsi ovarium, periodontitis, profil leukosit perifer, ekstrak daun singkong. ABSTRACTIntroduction: Ovarian dysfunction is when the ovaries fail in the secretion of steroid sex hormones. Decreased secretion of hormones, especially estrogen, can trigger an increase in pro-inflammatory cytokines such as IL-1, IL-6 and TNF-α, which play a role in bone resorption and periodontal inflammatory reactions. One drug of choice for periodontitis is metronidazole. Systemic use of metronidazole can cause side effects, so an alternative material with a therapeutic anti-inflammatory effect is needed. One of the plants that have an anti-inflammatory effect is cassava leaves. The research objective was to analyse the potential of cassava leaf extract as an anti-inflammatory against the peripheral blood leukocyte profile in a mouse model of ovarian dysfunction and periodontitis. Methods: This was an experimental laboratory study with a post-test only control group design. The research sample consisted of 18 female rats divided into two large groups: the ovarian dysfunction group and the small periodontitis group. The making of mouse models of ovarian dysfunction and periodontitis rats was carried out for 28 days. After each group was divided into three groups treated with distilled water, metronidazole and cassava leaf extract for seven days. Blood was drawn from each mouse through the infraorbital plexus on day 1, day three, and 7. The blood that was taken was then performed to calculate the number of peripheral blood leukocytes using the counting room and the calculation of the type by visual means. Results: The results of the LSD test showed that there was a significant difference in the number of peripheral blood leukocytes between days in the group of rats with ovarian dysfunction (p≤0.05). Conclusion: Cassava leaf extract (Manihot esculenta Crantz) can reduce the profile of peripheral leukocytes in a mouse model of ovarian dysfunction and periodontitis.Keywords: Ovarian dysfunction, periodontitis, peripheral leukocytes profile, cassava leaf extract.
Uji efektivitas waktu aplikasi gel bromelain konsentrasi 10% terhadap degradasi jaringan karies pada dentin menggunakan scanning electron microscope (SEM)The effectiveness test of application time of 10% bromelain gel on the degradation of carious tissue in dentin using a scanning electron microscope (SEM) Berlian Prihatiningrum; Indah Widyanti; Pudji Astuti
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 34, No 1 (2022): April 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v34i1.34537

Abstract

Pendahuluan: Enzim bromelin dari bagian daging dan bonggol buah nanas (Ananas comosus (L.) Merr,) berpotensi sebagai bahan chemo-mechanical caries removal (CMCR) berbasisenzim yang aman dan ekonomis. Namun, belum ada penelitian yang membahas lebih lanjut mengenai waktu aplikasi yang efektif bagi enzim bromelin dalam melakukan degradasi jaringan karies pada dentin. Tujuan penelitian adalah menganalisis waktu aplikasi yang efektif bagi enzim bromelin konsentrasi 10% dalam mendegradasi jaringan karies pada dentin dengan waktu aplikasi selama 1, 2, dan 3 menit. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories menggunakan 36 sampel gigi premolar permanen rahang atas dengan kondisi karies klas I yang dibagi menjadi 9 kelompok penelitian. Bahan uji yang digunakan dalam penelitian merupakan gel enzim bromelin konsentrasi 10% yang diperoleh melalui proses presipitasi menggunakan ammonium sulfat 60% dan dilanjutkan dengan proses sentrifugasi. Seluruh sampel diukur kedalaman degradasi jaringan karies yang terbentuk menggunakan SEM. Data yang diperoleh dilakukan uji statistic Kruskall Wallis kemudian dilanjutkan uji Mann Whitney. Hasil: Uji Kruskall Wallis menyatakan terdapat perbedaan yang bermakna dengan nilai p=0,002 (p<0,05) rerata kedalaman degradesi jaringan karies pada dentin berdasarkan kelompok perlakuan (kontrol, plasebo dan perlakuan aplikasi gel bromelin 10%). Uji Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antarkelompok dengan lama waktu aplikasi bahan 1 menit dengan nilai p=0,644 (p>0,05), sedangkan pada kelompok dengan waktu aplikasi 2 menit dan 3 menit terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Simpulan: Waktu aplikasi bahan gel bromelin konsentrasi 10% untuk memperoleh degradasi jaringan karies pada dentin yang efektif adalah 3 menit.Kata kunci: gel bromelain; chemo-mechanical caries removal; degradasi jaringan karies ABSTRACTIntroduction: Bromelain enzyme from the flesh and tubers of pineapple (Ananas comosus (L.) Merr.) has the potential as a safe and economical enzyme-based chemo-mechanical caries removal (CMCR) material. However, no further study discusses the effective application time of the bromelain enzyme in the degradation of carious tissue in dentin. Therefore, the study aimed to analyse the effective application time of 10% bromelain enzyme in degrading carious tissue in dentin with application times of 1, 2, and 3 minutes. Methods: This study was an experimental laboratory study using 36 samples of permanent maxillary premolars with class I caries conditions which were divided into 9 study groups. The test material used in this study was a bromelain enzyme gel with a concentration of 10% obtained through a precipitation process using 60% ammonium sulfate and followed by a centrifugation process. All samples have measured the depth of caries tissue degradation using SEM. The Kruskall-Wallis statistical test carried out the data obtained and then continued by the Mann-Whitney test. Results: Kruskall-Wallis test stated that there was a significant difference with a p-value=0.002 (p<0.05) in the mean depth of caries tissue degradation in dentin based on treatment groups (control, placebo and 10% bromelain gel application treatment). The Mann-Whitney test showed no statistically significant difference between groups with 1 minute of application time with p-value=0.644 (p>0.05), whereas, in the group with 2 minutes and 3 minutes of application time, there was a statistically significant difference with a value of p = 0.000 (p <0.05). Conclusion: The application time of 10% bromelain gel material to effectively degrade carious tissue in dentin is 3 minutes.Keywords: bromelain gel; chemo-mechanical caries removal; carious tissue degradation
Penapisan fitokimia dan kandungan flavonoid total tanaman Calotropis gigantea: Studi eksperimental laboratoris Pudji Astuti; Zahara Meylawaty; Agustin Wulan Suci Dharmayanti; Sari Setyaningsih
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Vol 35, No 2 (2023): Agustus 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkg.v35i2.47123

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Efek samping penggunaan obat analgesik anti-inflamasi dapat menyebabkan infeksi saluran cerna serius dan dapat berakibat fatal. Tanaman obat biduri (Calotropis gigantea) mempunyai kandungan flavonoid yang berkhasiat analgesik-antiinflamasi, dimana kualitas tanaman obat ditentukan oleh metabolit sekundernya. Kadar flavonoid dan senyawa fenolik lain di dalam tanaman berbeda–beda di setiap bagian, jaringan, dan umur tanaman. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis penapisan fitokimia dan kadar flavonoid total dari berbagai bagian tanaman Calotropis gigantea. Metode: Jenis penelitian eksperimental laboratoris yaitu menggunakan ekstrak etanol dari daun, bunga, getah dan kulit akar tanaman Calotropis gigantea, kemudian dilakukan penapisan fitokimia untuk mengetahui adanya metabolit sekunder, seperti alkaloid, tannin, saponin, fenol, steroid dan terpenoid serta flavonoid. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar flavonoid total menggunakan spektrofotometer uv-vis. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan independent T-test dengan nilai p=0,05. Hasil: Daun Calotropis gigantea mengandung tanin, saponin, fenol, steroid dan flavonoid; pada bunga mengandung tanin, fenol, steroid dan flavonoid; pada getah mengandung fenol, tannin, saponin dan steroid; pada kulit akar mengandung fenol, tannin, dan terpenoid. Flavonoid ditemukan pada daun dan bunga. Kadar flavonoid total berbeda signifikan antara daun dan bunga, dengan p=0,000<0,05. Simpulan: penapisan fitokimia pada daun, bunga, getah dan kulit akar Calotropis gigantea mengandung fenol, tannin dan steroid. Saponin terdapat pada daun dan getah, sedangkan flavonoid hanya terdapat pada daun dan bunga. Kadar flavonoid total pada daun lebih banyak daripada bunga.Kata kuncicalotropis gigantea, calotropis gigantea, flavonoid, penapisan, fitokimiaScreening of phytochemical and total flavonoid value of Calotropis gigantea  plant: Study eksperimental laboratorisIntroduction: Using anti-inflammatory analgesic drugs may lead to severe gastrointestinal infections that could be life-threatening. The medicinal plant Calotropis gigantea contains flavonoids, which possess analgesic and anti-inflammatory properties. The quality of this medicinal plant is contingent on its secondary metabolites. The levels of flavonoids and other phenolic compounds within the plant vary across different parts, tissues, and developmental stages. This study aimed to conduct a phytochemical screening and assess the total flavonoid content in various components of the Calotropis gigantea plant. Method: This laboratory experimental research involves utilizing ethanol extracts from the leaves, flowers, sap, and root bark of the Calotropis gigantea plant. The objective is to conduct a phytochemical screening to identify the presence of secondary metabolites, including alkaloids, tannins, saponins, phenols, steroids, terpenoids, and flavonoids. Subsequently, the total flavonoid content is measured using a UV-vis spectrophotometer. The collected data undergo analysis using an independent t-test, with a significance level set at p = 0.05. Results: show that Calotropis gigantea leaves contain tannins, saponins, phenols, steroids, and flavonoids; flowers contain tannins, phenols, steroids, and flavonoids; the latex contains phenols, tannins, saponins, and steroids; and the root bark contains phenols, tannins, and terpenoids. Flavonoids are present in both leaves and flowers. Notably, the total flavonoid levels exhibited significant differences between leaves and flowers, with a p-value of 0.00 < 0.05. Conclusion: Phytochemical screening of the leaves, flowers, sap, and root bark of Calotropis gigantea revealed the presence of phenols, tannins, and steroids. Saponins were identified in leaves and sap, while flavonoids were exclusively detected in leaves and flowers. Furthermore, the leaves' total flavonoid content was higher than the flowers.Keywordscalotropis gigantea , calotropis gigantea, flavonoids, phytochemical, screening