Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : RUANG: JURNAL LINGKUNGAN BINAAN (SPACE: JOURNAL OF THE BUILT ENVIRONMENT)

PERLUASAN TERITORI RUMAH DI PERUMAHAN RELOKASI NELAYAN KECAMATAN AMPENAN Tjok Istri Widyani Utami Dewi; I Nyoman Widya Paramadhyaksa; Ngakan Putu Sueca
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 3 No 1 (2016): April 2016
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (830.634 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2016.v03.i01.p02

Abstract

Abstract This is a study of new settlements that accommodate communities which have been relocated due to natural disasters. Case studies are carried out in the fishing communities of Ampenan and Tanjung Karang coasts of Lombok which were hit by tidal wave disasters in 1997. In order to house the affected communities, the government of Mataram City developed housing units which have since been gradually adapted by dwellers to meet their needs for extra space. These forms of adaptation include: (1) introduction of new functions; (2) the use of public spaces for private purposes; (3) the inclusion of space outside domestic territory for personal use; (4) development of additional fencing; and (5) an expansion of house floor areas. These also in turn bring about change in the occupational profile of inhabitants. The main aim of this study is to identify factors underlining the aforementioned conditions. It implements qualitative research methods derived from the paradigm of phenomenology. Data collection was centralized at Kampong Gatep - a settlement of Ampenan Coast -, where 19 housing units to be studied are located. These 19 family homes exist among the total of 56 relocated family groups. Since each unit is limited in scale, its occupants began their spatial expansion by containing their belongings within their spatial allocation. This gradually expanded as their needs changed. The final findings shows that the dominant factors behind such spatial expansion include: (1) inhabitants' past habit to use space outside domestic sphere; (2) increasing demands for space due to changes in lifestyle; (3) limited space provided by local government for each unit; (4) space available outside housing unit; and (5) locally derived consensus in regard to non-domestic space utilization. Keywords: territoriality, relocated settlement, fishing community, Ampenan Abstrak Pemerintah Daerah Kota Mataram memberi bantuan berupa perumahan relokasi kepada nelayan korban bencana gelombang pasang yang terjadi di sepanjang pantai Ampenan dan Tanjung Karang yang telah terjadi sejak tahun 1997. Pascarelokasi, banyak fenomena terkait teritori yang terjadi di perumahan relokasi berupa: (1) penambahan fungsi bangunan; (2) pemanfaatan ruang publik untuk keperluan pribadi; (3) pemanfaatan lahan sisa; (4) penambahan pagar rumah; (5) penambahan luas lantai; dan (6) perubahan profesi kepala keluarga. Mencermati gambaran fenomena tersebut, muncullah gagasan untuk memfokuskan arah penelitian kearah teritorialitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang melatarbelakangi adanya perluasan area teritori. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan paradigma fenomenologi. Lokasi penelitian ini adalah di Kecamatan Ampenan, tepatnya di perkampungan Gatep. Jumlah masyarakat nelayan pesisir Pantai yang telah direlokasi pada tahap pertama adalah 56 kepala keluarga. Kasus dipilih menggunakan teknik purposive (bertujuan), yaitu dengan memilih 19 kasus yang memiliki karakter kuat sesuai dengan fenomena yang terjadi. Fenomena-fenomena yang terkait perluasan area teritori bermula dari terbatasnya fasilitas yang disediakan Pemerintah Daerah di perumahan relokasi. Terbatasnya ruang menyebabkan penghuni mulai melakukan invasi dengan meletakkan property pribadi di lahan-lahan sisa yang tersedia. Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor dominan yang menjadi latar belakang adanya perluasan area teritori, antara lain: (1) masa lalu; (2) tuntutan kebutuhan ruang; (3) keterbatasan lahan; (4) adanya lahan sisa; dan (5) konsensus penggunaan lahan. Kata kunci: teritorialitas, perumahan relokasi, nelayan, Ampenan.
Pola Penggunaan Ruang Publik untuk Berdagang Tidak Tetap di Area Sekitar Pasar Badung, Denpasar Surya Putra; I Nyoman Widya Paramadhyaksa; Tri Anggraini Prajnawrdhi
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 7 No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2205.331 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2020.v07.i02.p04

Abstract

Non-permanent trading activities in the area around Badung Market, Denpasar City, Bali Province caused several problems such as obstructed vehicle traffic and pedestrian access, as well as giving a poor visual impression. The aforementioned problems form the basis of this research so that it can be studied how the pattern of non-permanent trading occurs, and how the background of non-permanent trading activities around Badung Market formed. This study aims to determine the pattern of non-permanent trading activities in the area around the Badung Market and factors underlying the non-permanent trading activities around Badung Market. The research method used is a qualitative research method with a naturalistic approach. The results of this study indicate the pattern of non-permanent trading activities which is concentrated in a particular function and the background of how non-permanent trading activities formed caused by several factors such as licensing factors. This research is expected to be useful as a reference for the Denpasar City Government in drafting local regulations in the future so that it can realize temporary trading activities in the area around the Badung Market which has visual beauty and does not impede the flow of vehicle traffic.Keywords: public space; non-permanent traders; Badung market AbstrakKegiatan berdagang tidak tetap di area sekitar Pasar Badung, Kota Denpasar, Provinsi Bali menyebabkan beberapa permasalahan seperti terhambatnya lalu lintas kendaraan dan akses pejalan kaki, serta memberi kesan visual yang kurang baik. Permasalahan tersebut menjadi landasan penelitian ini dilakukan agar dapat dipelajari bagaimana pola berdagang tidak tetap terjadi, serta bagaimana latar belakang kegiatan berdagang tidak tetap di sekitar Pasar Badung terbentuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola berdagang tidak tetap di area sekitar Pasar Badung serta faktor-faktor yang melatarbelakangi kegiatan berdagang tidak tetap di sekitar Pasar Badung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan naturalistik. Hasil penelitian ini menunjukkan pola berdagang tidak tetap yang terkonsentrasi pada suatu fungsi tertentu dan latar belakang terbentuknya kegiatan berdagang tidak tetap disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor perizinan. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan Pemerintah Kota Denpasar dalam menyusun peraturan daerah kedepannya sehingga dapat terwujud kegiatan berdagang tidak tetap di area sekitar Pasar Badung yang memiliki keindahan visual dan tidak menghambat kelancaran lalu lintas kendaraan.Kata kunci: ruang publik; pedagang tidak tetap; Pasar Badung
Tipologi Perubahan Elemen Sekitar Pura Tambang Badung, Denpasar Anak Agung Kresna Mahadhipa; I Nyoman Widya Paramadhyaksa; Ngakan Ketut Acwin Dwijendra
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 6 No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1661.949 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2019.v06.i02.p03

Abstract

It is a common spatial formation of various centers during the monarchy era in Indonesia, in which a palace is located in close proximity to a sacred complex - the center for royal ritual activities. Puri Pemecutan as part of Badung Kingdom of Bali's past also has a royal sacred spatial entity called Pura (Temple) Tambang Badung, a highly respected site. However, various spatial changes have occurred within its immediate outer area which is classified as a residential zone. Such a development is viewed as a serious disturbance to the sacred attributes of this temple. The development and operation of the surrounding residential area have been claimed to intrude both physical and non-physical elements of the temple. This article is a summary of a study that aims to examine the typology of spatial changes taking place within Pura Tambang Badung's surrounding areas. This study applies a qualitative method with a historical approach to reconstruct past images. Data collection is done by a study of relevant literature, observation, and interviews. In its final stage, this study draws a thorough typology of spatial changes by considering three groups of determining elements, which are: first, the core determining elements which include banyan trees and road nodes; second, the peripheral determining elements which include road lanes, shrines of temple territories, open spaces of outer temples, temple bear houses, and bale banjar buildings; and third, the additional determining elements that include temple land which is now the Pasah Pemecutan Market area. Keywords: typology, change, element, royal temple, castle Abstrak Dalam pengetahuan tata ruang pusat kota kerajaan di Indonesia lazimnya dikenal adanya bangunan kediaman penguasa wilayah yang berlokasi tidak jauh dengan kompleks bangunan suci kerajaan sebagai pusat kegiatan ritual keagamaan. Puri Pemecutan sebagai salah satu bagian Kerajaan Badung pada masa kerajaan di Bali juga memiliki bangunan suci kerajaan yang bernama Pura Tambang Badung. Tapak pura ini sangat disakralkan oleh penguasa pada masanya. Seiring perkembangan zaman, berbagai perubahan keruangan telah terjadi di sekitar area tapak pura kerajaan ini. Area pura yang sakral menjadi seperti membaur dengan ruang profan permukiman penduduk. Artikel ini merupakan rangkuman dari sebuah penelitian yang bertujuan mengkaji gambaran tipologi perubahan elemen sekitar Pura Tambang Badung. Penelitian ini menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan historis untuk merekonstruksi gambaran elemen sekitar pura pada masa lalunya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi literatur, observasi, dan wawancara. Temuan akhir penelitian menunjukkan pola kecenderungan bahwa fenomena perubahan ruang yang terjadi di sekitar tapak Pura Tambang Badung adalah bertumpu pada upaya proteksi ruang sakral yang berupa area pura dan elemen-elemen pendukungnya atas penurunan kualitas akibat pencemaran dari area permukiman yang bersifat profan di sekitarnya. Perubahan elemen yang terjadi ditipologikan berdasarkan atas elemen inti yang meliputi pohon beringin dan simpul jalan; elemen pinggiran yang meliputi jalur jalan, penyengker teritori pura, ruang terbuka teritori luar pura, rumah pengemong pura, dan bangunan bale banjar; elemen tambahan meliputi tanah milik pura yang saat ini sudah menjadi area Pasar Pasah Pemecutan. Kata kunci: tipologi, perubahan, elemen, pura kerajaan, puri
Dinamika Fungsi Ruang di Bale Banjar Titih Denpasar, Bali Putu Ayu Hening Wagiswari; Nyoman Widya Paramadhyaksa; Gusti Ayu Made Suartika
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 6 No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (827.661 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2019.v06.i02.p04

Abstract

The existence of public space has an important role in city development. In Bali, bale banjar (bale: a hall; banjar: a neighborhood association) is known as a place for various socio-cultural activities. Every member of a banjar is tied up by certain moral values, consensus, codes, and traditions which are all contained in a set of banjar awig-awig (rules). Bale banjar is one of many unique traditions in built form that remains intact in Bali. This article explains the dynamic functions of spaces available in a bale banjar. Two main research problems discussed within are the dynamic functions of spaces in a bale banjar throughout different periods in history and also the determining factors affecting this dynamic. In its process of unveiling both of these phenomenons, this research uses qualitative method with a phenomenology approach and selects Banjar Titih as a case study. The study result finds that the dynamic functions of a bale banjar demonstrate that as times go by, there is a tendency for the bale Banjar Titih to have more complex types and uses of spaces. This is due to mainly to the following factors, including the growing number of the banjar members; the shifting view from that which sees bale banjar as a socio-cultural center of the community into a view that sees bale banjar as a space to bring in financial profits/contribution; and change in people's people way of interactions. To date members of the Banjar Titih cope well with this shift as to how the spaces in their bale banjar have been modified from time to time to suit changes in many determining factors. Keywords: dynamic, functions of space, bale banjar Abstrak Keberadaan ruang publik memiliki peran penting dalam perkembangan sebuah kota dalam mewadahi kegiatan masyarakat. Di Pulau Bali dikenal dengan adanya bale banjar sebagai wadah masyarakat dalam melakukan kegiatan sosio kultural. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh warga banjar terikat oleh nilai moral, hukum dan kebudayaan yang diatur dalam awig-awig banjar. Bale banjar merupakan wujud budaya yang telah mempertahankan eksistensi masyarakat Bali hingga saat ini. Artikel ini membahas tentang dinamika fungsi ruang bale banjar. Fokus permasalahan yang diangkat adalah bagaimana proses terjadinya dinamika fungsi ruang bale banjar dari periode awal hingga periode modern serta faktor-faktor yang mempengaruhi. Dalam mengungkap fenomena ini digunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Hasil survey lapangan ditemukan bahwa Banjar Titih merupakan salah satu banjar yang mengalami dinamika fungsi ruang. Adapun hasil temuan menunjukkan adanya kecenderungan merubah fungsi ruang bale banjar dari bentuk yang sederhana menjadi modern karena disebabkan oleh faktor pertumbuhan penduduk, faktor ekonomi dan faktor pola pikir masyarakat. Fenomena dinamika fungsi ruang bale Banjar Titih merupakan topik yang menarik untuk diteliti karena relevan dengan dasar ilmu planologi. Warga Banjar Titih mampu mengelola fungsi ruang bersinergi dengan fungi utamanya sebagai ruang publik sehingga dinamika fungsi ruang yang terjadi dapat bermanfaat bagi warga banjar. Kata kunci: dinamika, fungsi ruang, bale banjar
Eksistensi Konsepsi Kiwa-Tengen pada Tata Ruang Umah Dadia di Desa Sukawana, Kintamani, Bangli Made Chryselia Dwiantari; I Nyoman Widya Paramadhyaksa; Tri Anggraini Prajnawrdhi
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 6 No 1 (2019): April 2019
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1666.235 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2019.v06.i01.p08

Abstract

Sukawana Village is a village patterned in the Bali Aga culture located in the highland region of Kintamani District, Bangli Regency, Bali. The village's residential area is surrounded by hilly areas, ravines, and fields belonging to the residents. Within this village area there is a parent settlement complex that is the forerunner of the village. The settlements are in four banjar areas, namely in Munduk Lampah, Banjar Tanah Daha, Banjar Sukawana, and Banjar Desa. Each of these banjars is also composed of several umah dadia units in the form of a series of residential buildings in one natah or shared yard which is inhabited by a group of people who still have family ties. The pattern of building a house in one house unit is described as following the left lane pattern (kiwa) and the right lane (tengen). This pattern is formed in such a way based on many conceptual foundations that have been passed down from generation to generation. This study aims to determine the manifestation of the implementation of the concept of kiwa-tengen known in the cultural order in the village of Sukawana. The study was focused on spatial phenomena in umah dadia by applying rationalistic research methods. Findings found that the existence and application of the kiwa-tengen conception in Sukawana Village culture is related to the observer's point of view, the dichotomic conception of hulu-teben, brotherly relations between siblings and siblings, and the existence of imaginary axes in the umah dadia. Keywords: conception, kiwa-tengen, umah dadia, Sukawana Village, hulu-teben Abstrak Desa Sukawana adalah sebuah desa bercorak kultur Bali Aga yang berlokasi di wilayah dataran tinggi Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Wilayah permukiman desa ini dikelilingi oleh daerah perbukitan, jurang, serta area ladang milik para penduduk. Dalam wilayah desa ini terdapat suatu kompleks permukiman induk yang menjadi cikal bakal desa. Permukiman tersebut berada di empat wilayah banjar, yaitu di Banjar Munduk Lampah, Banjar Tanah Daha, Banjar Sukawana, dan Banjar Desa. Masing-masing banjar ini juga tersusun atas beberapa unit umah dadia yang berwujud sederetan bangunan rumah tinggal dalam satu natah atau pekarangan bersama yang dihuni oleh sekelompok orang yang masih mempunyai hubungan ikatan keluarga. Pola bangunan rumah dalam satu unit umah dadia digambarkan menganut pola lajur kiri (kiwa) dan lajur kanan (tengen). Pola ini terbentuk sedemikian rupa berdasarkan banyak dasar konsepsual yang sudah berlaku secara turun temurun. Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran wujud implementasi dari konsepsi kiwa-tengen yang dikenal dalam tatanan budaya di Desa Sukawana. Kajian yang dilakukan terfokus pada fenomena keruangan dalam umah dadia dengan menerapkan metode penelitian rasionalistik. Temuan yang didapatkan bahwa keberadaan dan penerapan konsepsi kiwa-tengen dalam kultur Desa Sukawana adalah terkait dengan sudut pandang pengamat, konsepsi dikotomik hulu-teben, serta keberadaan sumbu aksis imajiner dalam pekarangan umah dadia. Kata kunci: konsepsi, kiwa-tengen, umah dadia, Desa Sukawana, hulu-teben
Pola Pemanfaatan Ruang sebagai Tempat Usaha pada Rumah Tinggal di Koridor Jalan Gunung Rinjani, Perumnas Monang Maning Denpasar Ni Luh Made Marini; I Nyoman Widya Paramadhyaksa; Gusti Ayu Made Suartika
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 7 No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1467.65 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2020.v07.i02.p07

Abstract

Perumnas Monang Maning, Denpasar – Bali is an example of a state housing project in Indonesia that has gone through an unanticipated rapid development. Apart from retaining its initial function to shelter urban dwellers, this housing has been transformed into a potential commercial area. This phenomenon is clearly exhibited by its Gunung Rinjani Street Corridor, which is also taken as the locus of the study documented in this article. Discussion within the response to the following research questions: 1) what is the pattern of spatial utilization of houses which have dual function as a home and a place to conduct commercial activities; and 2) What are prominent spatial elements that have been adapted in order to accommodate this added function. This research applies qualitative-naturalistic approaches. Its findings demonstrate that the added function has brought changes to the overall layout of homes, both vertically and horizontally. These changes are then followed by the alteration of spatial elements that construct an adapted home to best accommodate the added commercial function and its extended activities.Keywords: pattern of spatial; business space; residential home; housing; Denpasar AbstrakDalam wilayah Kota Denpasar, Provinsi Bali, terdapat banyak perumahan yang dibangun pengembang sebagai upaya pemenuhan kebutuhan perumahan masyarakat kota ini. Salah satu perumahan yang mengalami perkembangan yang sangat pesat adalah Perumnas Monang Maning Denpasar. Perumahan ini telah berubah menjadi suatu area usaha dan bisnis yang sangat prospektif. Salah satu fenomena keruangan yang menarik untuk dijadikan materi penelitian adalah berkenaan dengan terjadinya perubahan pola pemanfaatan ruang pada rumah tinggal menjadi tempat usaha dalam penelitian ini. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) bagaimanakah pola pemanfaatan ruang yang cenderung terjadi pada tempat tinggal yang difungsikan sebagai tempat usaha; dan 2) bagaimana wujud elemen pembentuk ruang usaha di rumah tinggal yang difungsikan sebagai tempat usaha. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pola kecenderungan perubahan keruangan serta wujud elemen pembentuk. Penelitian dilaksanakan dengan menerapkan metode penelitian kualitatif naturalistik. Dipilihnya metode naturalistik pada penelitian ini karena informannya bersifat heterogen, mengingat bahwa subjek penelitian di Perumnas Monang Maning ini terdiri dari beragam latar belakang sosial. Pada penelitian kualitatif ini, pemilihan responden dilakukan secara purposive. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa adanya pola kecenderungan pemanfatan ruang secara horizontal dan vertikal pada rumah tinggal. Perubahan yang terjadi disertai dengan adanya perubahan elemen-elemen pembentuk ruang pada rumah tinggal yang dijadikan sebagai tempat usaha.Kata kunci: pola pemanfaatan; ruang usaha; rumah tinggal; perumahan; Denpasar
PENGADAAN PERUMAHAN SKALA MENENGAH DI DENPASAR: STUDI BERDASARKAN STRATEGI PENGEMBANG Dewa Ngakan Made Juliastika; I Nyoman Widya Paramadhyaksa; Ciptadi Trimarianto
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 3 No 3 (2016): Oktober 2016
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (762.354 KB) | DOI: 10.24843/JRS.2016.v03.i03.p08

Abstract

In Denpasar, demands for housing are increasing rapidly and creating a potential economic opportunity in housing development. Since housing is seldom provided by the state, its provision relies heavily on developers, who, to date, have successfully delivered various housing types as well as competitive marketing strategies to attract more consumers. But problems occur when developers focus more on generating profits than conforming to the housing development guidelines and policies that have been established. Taking this situation as a point of departure, this paper suggests seven sets of strategies implemented by various developers at seven different housing developments. Utilizing qualitative research methods, the study has identified three important strategies in the development of medium-scale housing by developers in Denpasar, including: (1) those used during pre-construction; (2) those implemented during  the construction phase; and those applied in the aftermath of sales post-construction. All three strategic groupings of strategies are the basis for developing the characteristics of medium-scale housing delivery in Denpasar. Keywords: housing delivery; strategy of housing development; developer Abstrak Pertambahan penduduk di kota Denpasar menyebabkan peningkatan permintaan akan kebutuhan perumahan,sehingga pihak swasta, khususnya developer, berupaya mengembangkan perumahan dengan berbagai tipe. Adanya persaingan antar pengembang dalam pengadaan perumahan memunculkan berbagai konsep strategi untuk menarik calon pembeli. Permasalahan yang sering terjadi adalah pihak pengembang kurang memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam mengembangkan perumahan yang sudah diatur pada kebijakan-kebijakan terkait pengadaan perumahan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif induktif. Lokasi penelitian terletak di Kota Denpasar dengan mengambil tujuh kasus yang mewakili masing-masing kecamatan. Hasil penelitian ini adalah: (1) Konsep pengadaan perumahan skala menengah pada tahap pra konstruksi dan juga tahap konstruksi; (2) Pengelolaan perumahan skala menengah pada tahap pasca konstruksi, yaitu pada tahap purna jual; dan (3) Karakteristik pengadaan perumahan skala menengah di Denpasar. Ketiga hasil penelitian ini ditinjau dari strategi yang dilakukan oleh pengembang. Dialog dilakukan meliputi dialog antar isu di lapangan, serta dialog antara isu di lapangan dengan pemahaman umum secara etik.
Tipologi dan Dinamika Wilayah Pesisir Padangbai di Kabupaten Karangasem I Putu Wahyu Wedanta Pucangan; Tri Anggraini Prajnawrdhi; I Nyoman Widya Paramadhyaksa
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 10 No 2 (2023): October 2023
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JRS.2023.v10.i02.p01

Abstract

This study examines typologies and dynamics, disaster potential and development schemes for the Padangbai coastal area. Analysis within is based on primary and secondary spatial typologies. The results of the literary synthesis show that there is a link between coastal typologies and coastal dynamics, which are inseparable from potential disasters and coastal development. This study uses a qualitative method of descriptive analysis of both secondary data and data collected from field observations. The development of typologies for the Padangbai coastal area is divided into three stages. The first is the establishment of a man-made coastal typology. The second is the formation of beaches on cliffs due to erosion by sea waves. The third is the formation by sedimentation processes on the coast, namely sea deposition beaches. Coastal dynamics that occur in the Padangbai Coastal Area consist of two processes, namely anthropodynamics and hydrodynamics. Based on the typology of the wave erosion coast, potential forms of development for the Padangbai Coastal Area are accommodation for tourism, snorkelling, diving and water sports with a low level of disaster potential. The potential for development in the Padangbai Coastal Area based on the coastal typology of the marine deposition coast is the development of marine infrastructure (harbour) and tourism accommodation with high to low levels of disaster potential.Keywords: coastal; typology; dynamics; disaster AbstrakPenelitian ini mengkaji tipologi pesisir, dinamika pesisir, potensi bencana dan pengembangan pesisir di Wilayah Pesisir Padangbai. Analisisnya didasarkan pada tipologi keruangan primer dan sekunder. Hasil sintesa literatur didapat bahwa ada kaitan antara tipologi dan dinamika pesisir yang tidak terpisahkan dari potensi bencana serta pengembangannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif terdiri dari deskriptif dari data yang diperoleh dari data sekunder dan observasi lapangan. Pembentukan tipologi di Wilayah Pesisir Padangbai dapat dibagi menjadi tiga tahapan. Pertama adalah pembentukan tipologi pesisir buatan manusia. Kedua pembentukan wave erotion coast pada cliff , dan ketiga pembentukan oleh proses sedimentasi di pesisir yaitu marine deposition coast. Dinamika kepesisiran yang terjadi di Wilayah Pesisir Padangbai terdiri dari dua proses yaitu antropodinamik dan hidrodinamik. Potensi pengembangan di Wilayah Pesisir Padangbai berdasarkan tipologi pesisir wave erotion coast adalah akomodasi pariwisata, snorkeling, menyelam dan olahraga air dengan potensi bencana rendah. Potensi pengembangan di Wilayah Pesisir Padangbai berdasarkan tipologi pesisir marine deposition coast adalah pembangunan infrastruktur laut (pelabuhan) dan akomodasi pariwisata dengan potensi bencana tinggi-rendah.Kata kunci: pesisir; tipologi; dinamika; bencana