Claim Missing Document
Check
Articles

Found 31 Documents
Search

PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN KERUANGAN: PERWUJUDAN DAN KOMUNIKASI ANTAR KEPENTINGAN DALAM PEMANFAATAN LAHAN Suartika, G.A.M.
Jurnal Natah Vol. 5, No. 2 Agustus 2007
Publisher : Jurnal Natah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (96.531 KB)

Abstract

Belum hilang dari ingatan bagaimana proyek reklamasi pantai Padang Galak Sanur, pembangunan BaliNirwana Resort (BNR), Garuda Wisnu Kencana (GWK), akuisisi lahan di Desa Selasih Puhu untuklapangan golf, eksistensi hutan Bakau Suwung yang semakin menyusut, penolakan masyarakat Kutaterhadap proyek saluran limbah yang lebih dikenal dg nama DSDP, masalah persampahan dan tingginyapencemaran sepanjang perairan di Bali, telah menimbulkan polemik sekaligus keprihatinan akankeberlangsungan lingkungan fisik dan sosial di Bali (Supartha 1998, Suartika 2005b). Belum pula surut,terjadi lagi pembabatan hutan lindung guna mendukung pembangunan pembangkit listrik tenaga panasbumi (PLTP), Geothermal Bedugul. Bapak I Nyoman Gelebet MSi. secara definitif menyatakan PLTPadalah proyek dengan tiga cacat: hukum, sosial dan lingkungan. Pandangan pesimis juga dilontarkanoleh Ibu Ida Ayu Mas (Bali Post, 22/08/05) salah satu anggota Dewan Perwakilan Daerah yangmenganggap PLTP ini sebagai tindakan non-kondusif terhadap lingkungan. Ibu Mas lebih lanjutmendiskripsikan, ketakutan akan kepetengan, lebih pada wujud aspirasi pelaku-pelaku bisnis pariwisatayang tidak menginginkan turis meraba-raba di gulitanya malam tanpa secercah sinar penerang.Artikel ini menyimak pendekatan konsepsual dengan mengintegrasikan kelompok kepentingan dalampembangunan yang beragam dan kompleks, dikaitkan dengan eksistensi keruangan yang terbatas.Pendekatan yang dirumuskan diposisikan dalam kerangka berpikir keberadaan ruang, lahan dalam halini, yang di satu pihak adalah wujud fisik pendukung praktek-praktek budaya keruangan atau territorialcultural practices (Hall, 1973), sedangkan di pihak lain adalah faktor produksi yang definite.Pemanfaatannya harus diatur jika pembangunan diopsikan sebagai metode menjamin hak setiapkomponen kepentingan untuk memperoleh akses yang adil dan proporsional: salah satu kunci pendukungpembangunan yang berkeseimbangan, equilibrium, sekaligus menyeluruh dan berkesinambungan,holistik & sustainable. Tulisan ini memiliki latar belakang kontekstual berupa wujud-wujud pembangunanyang terjadi di Pulau Dewata yang tidak bisa dipisahkan dari industri pariwisata, dan sekaliguskepentingan menjaga keberlangsungan lingkungan fisik dan sosial jika sektor pariwisata dan sektorlainnya hendak dipertahankan.
SPASIAL EKONOMI, KEPADATAN KOTA, DAN KETINGGIAN BANGUNAN: STUDI KASUS HONGKONG Suartika, Gusti Ayu Made
Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi Vol 6, No 2 (2007)
Publisher : Universitas Gunadarma

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini mendiskusikan bagaimana isu ketinggian bangunan dan kepadatan wilayahdiregulasi dalam kebijakan perencanaan dan praktek-praktek terkait. Paper ini merefleksikantantangan yang dihadapi oleh beragam daerah, khususnya perkotaan, dalamperkembangannya saat ini maupun di masa yang akan datang. Sementara daerah perkotaanmemiliki keterbatasan skala keruangan, mereka diharapkan memiliki kemampuanmengakomodasi pertumbuhan populasi yang berkelanjutan, serta kompleksitas aktivitas,seiring tahapan pembangunan. Dengan menerapkan metode penelitian hermeneutic danmengambil Hongkong sebagai studi kasus, penelitian ini menekankan jika pada kondisitertentu, konsolidasi dan perencanaan daerah berkepadatan tinggi merupakan sebuahkeharusan, jika bukan keputusan perencanaan yang paling tepat. Beranjak dari pandangandimana keterbatasan lahan diopsikan sebagai faktor pendorong utama, dari yangkelihatannya sebagai pelonggaran pembatasan ketinggian bangunan di Hongkong,artikel ini menginvestigasi faktor-faktor intrinsik yang juga memiliki peranan penentu.Dalam mengilustrasikan argumentasinya, dikaji beragam strategi perencanaan terkait,yang diberlakukan di Hongkong, kondisi positif dan tantangan dalam implementasinya,termasuk permasalahan lingkungan yang muncul. Beragam kebijakan dan praktek yangdihasilkan dari prosedur ini diharapkan akan memberlakukan keseluruhan elemenelemenpenentu diatas sebagai satu kesatuan. Hanya dengan mensinergikan mereka,pembangunan berkelanjutan akan bisa diraih, seperti secara berulang ditekankan dalamdokumen Perserikatan Bangsa-Bangsa, Burtland Report (1983).AbstractThis article discusses how issues of density and building height are regulated within urbanplanning policies and practices. It reflects challenges encountered by many cities intheir current and potentially future development. While urban areas possess limited scaleof spatial resources, they are expected to have all the capacity to accommodate the continuallygrowing population, as well as intensity and complexity of the existing diverseactivities, taking place in line with their development stages. By using her-meneuticalresearch method and taking Hongkong as a case study, this paper emphasizes that tocertain cases consolidation and a high density approach is a must, if not the mostappropriate planning decision. Moving from an opinion in which limited spatialresources is viewed as the main motivator of the seemingly relaxed current buildingheight restriction in Hongkong, this paper further investigates intrinsic factors whichequally have determining roles. In illustrating its arguments, this article examinesrelevant urban planning strategies that have been enforced in Hongkong, pros and consfor their implementations, as well as arising environmental impacts the strategies haveinflicted. In measuring the appropriateness of similar strategies to other regions, such anendeavour requires preceding analysis of socio-cultural, economic, and political circumstancesof each given case. Added to this, an idealistic conception enforcing developmentas a process, which is not only accommodative to human basic, social, andeconomic needs, but also to the protection of the environment and nature, demands ahighlight (Chapin 1959, Godschalk, Keiser, Chapin 1997). As is often overlooked, thelater agenda should be consciously prioritised and imbedded within any planningapproaches. The anticipated policies and practices resulted out of this procedure areexpected to treat all these concerning matters as a unity. Only by synergizing them,sustainable development will be within our reach in the future, as are repeatedly viewedwithin the United Nation’s Burtland Report (1983).
Substansi Budaya dalam Kebijakan Tata Ruang di Bali Gusti Ayu Made Suartika
Humaniora Vol 22, No 3 (2010)
Publisher : Faculty of Cultural Sciences, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3534.318 KB) | DOI: 10.22146/jh.1341

Abstract

This article analyses essential elements of Balinese culture, which are formulative of land use planning for Bali. Using ethnographic and hermeneutic methodologies and a cultural matrix derived from E.T. Hall (1973), strategic territorialities are defined and correlated to nine dimensions of culture. The study is contextualised by the ongoing debate over the challenges Bali faces in conserving its cultural heritage while achieving its development objectives. The results emerge from Fundamental Research Scheme funded by the Indonesian Department for Education.
LAYANAN BANTUAN TEKNIS DAN BAKTI SOSIAL DI DUSUN SILIRKROMBANG DESA SENEPOREJO KECAMATAN SILIRAGUNG KABUPATEN BANYUWANGI JAWA TIMUR LAYANAN BANTUAN TEKNIS DAN BAKTI SOSIAL DI DUSUN SILIRKROMBANG DESA SENEPOREJO KECAMATAN SILIRAGUNG KABUPATEN BANYUWANGI I.N. Susanta; N.M. Swanendri; G.A.M. Suartika; I.W. Yudamanik; I.N. Sutarja
Buletin Udayana Mengabdi Vol 17 No 3 (2018): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1411.458 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2018.v17.i03.p02

Abstract

Pura Wonorejo terletak di Dusun Silirkrombang Desa Senepoorejo Kecamatan Silir Agung Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Pura ini merupakan sebuah pura yang oleh pengemongnya disebut juga dengan Pura Puja Dewata. Saat ini, walau secara umum kondisi fisik pura dapat dikatakan baik, namun dalam beberapa hal masih memerlukan penataan. Kondisi demikian telah mendorong pihak pengepong, pengurus dan pemangku untuk melakukan kegiatan penataan. Kegiatan penataan itu sendiri diawali dengan perencanaan yang telah dibuat dan atas punia dari Universitas Udayana melalui kegiatan pengabdian ‘Hibah Udayana Mengabdi 2016’. Bertolak dari kondisi tersebut, pengemong mengajukan inisiatif kembali untuk melaksanakan perbaikan/ pembangunan pada areal Pura Puja Dewata, yang mana dalam pelaksanaannya memerlukan bantuan teknis pembangunan berupa bimbingan dan pengawasan agar penataan dapat berjalan lancer, sesuai dengan tatanan filosofis, ettika dan upakara serta sesuai dengan desain rencana yang telah dibuat. Kegiatan layanan bantuan teknis bimbingan dan pengawasan pembangunan dirangkaikan juga dengan kegiatan bakti sosial untuk mensinergikan antara kegiatan tim layanan bantuan teknis dengan aktivitas sosial masyarakat setempat melalui Hibah Pengabdian Institusi periode 2017.
PENATAAN TERINTEGRASI PURA DALEM DESA GUNAKSA KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG I N. Susanta; I G. W. Laskara; N. M. Swanendri; G. A. M. Suartika
Buletin Udayana Mengabdi Vol 17 No 4 (2018): Buletin Udayana Mengabdi
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (542.844 KB) | DOI: 10.24843/BUM.2018.v17.i04.p23

Abstract

Pura Dalem Desa Gunaksa merupakan salah satu dari pura kahyangan tiga Desa Pakraman Gunaksa, Desa Gunaksa, Kecamayan Dawan, Kabupaten Klungkung. Pura Dalem Desa sebagai stana dan tempat pemujaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Siwa. Dalam kontek Tri Kona, Dewa Siwa sebagai pelebur/ pralina dari unsur-unsur kehidupan. Pura Dalem ini sebagai ulun setra, diempon dan disungsung oleh krama Desa Pakraman Gunaksa. Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan meliputi: petirtan/piodalan, perayaan hari raya suci umat hindu dan kegiatan upacara yang terkait dengan manusa yadnya, butha yadnya dan pitera yadnya. Tidak efektifya area tanah pura, sedangkan di sisi lainnya natah yang ada dirasakan tidak cukup memadai dalam upacara tertentu. Kesadaran bahwa jika kondisi tersebut tidak hanya akan mengganggu kelancaran pelaksanaan aktivitas keagamaan, namun juga kenyamanan dan keyakinannya. Kondisi demikian telah mendorong pihak pengempon, pengurus dan pemangku untuk melakukan kegiatan penataan. Kegiatan penataan itu sendiri diawali dengan perencanaan yang didukung oleh civitas akademika Jurusan Arsitektur Universitas Udayana melalui kegiatan pengabdian ‘Hibah Udayana Mengabdi’. Kegiatan perencaaan dan perancangan pada pengabdian ini terdiri dari beberapa tahap mulai dari permulaan/pengenalan, persiapan, pengajuan usul, evaluasi dan tindakan.
PENDIDIKAN MELALUI PENDEKATAN PERILAKU: SIKAP RAMAH LINGKUNGAN ANAK SEKOLAH DASAR DESA BEDULU, DALAM MENAGANGGULANGI PERMASALAHAN SAMPAH G. A. M. Suartika
Buletin Udayana Mengabdi Vol 15 No 3 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (476.934 KB)

Abstract

Paper ini merupakan dokumentasi dari aktivitas pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh penulisdi tahun 2015. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Hibah Udayana Mengabdi yang pembiayaannyaberasal dari pendapatan negara bebas pajak (PNBP) dari Universitas Udayana untuk tahun anggaran 2015.Tulisan ini mengulas tentang proses pendidikan yang mengimplementasikan pendekatan tingkah laku ramahlingkungan bagi dua kelompok siswa sekolah di Desa Bedulu, Gianyar Bali. Adapun fokus yang diambil adalahpembangunan tingkah laku yang mengurangi produksi, pengumpulan dan mengelolaan sampah sebagai produkbuangan. Melalui pelaksanaan kegiatan ini telah ditemukan jika, tingah laku 'ramah sampah' yang telahdibangun di sekolah digagalkan oleh anggota masyarakat di luar sekolah yang menunjukan pola perilaku yangsebaliknya.
PENGATURAN BATAS KETINGGIAN BANGUNAN DALAM MENJAGA KEBERLANJUTAN BENTANG ALAM DAN LINGKUNGAN TERBANGUN Gusti Ayu Made Suartika
Bumi Lestari Journal of Environment Vol 10 No 1 (2010)
Publisher : Environmental Research Center (PPLH) of Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article attempts to relate two important issues of regulating building height limit and sustainability of the natural environment. It is part of publications that document findings resulted from the so called fundamental research study, that was consecutively funded by the Indonesian Department of Education in 2008 and 2009. This study used hermeneutical research approach, which was observed through selective case studies. Within the last two decades, sustainability of our nature and life on earth have attracted a serious attention, not only from environmentalists, but also from economists, politicians, academics, as well as those who concern about socio-cultural development as a whole. In line with the intense environmental destruction\'s taking place in a speed which has never been anticipated, this aforementioned condition continues to require intensive actions. Architecture and regional planning, two disciplines that dedicate their focus of interests on building design and the management of spatial development, cannot turn their eyes away from such a world-widely spread phenomenon. Both disciplines utilize space – nature –, which consequently bring about impacts on the surrounding environment. In relation to local development, planning discipline especially, orients its activities toward developing various mechanisms in guiding and controlling development, as well as sanctioning violations of planning laws. Ideally, these attributes aim at balancing spatial need of numerous interests, mitigating potential negative impacts on the environments, and offering solutions in overcoming problems and conflicts. Contextualizing its discussions within the above circumstances, this article investigates three prominent topics of discussion. First, it examines the idea of development and sustainability. Second, it studies the implementation of sustainability to the context of spatial development. Third, it bridges the first and second sections with the issue of building height limit regulation at a global level. Before embarking on discussion over these three elements, this article draws an emphasis on the inextricable correlations between sustainable development, spatial development, and building height. Overall, this article critically summaries considerations and efforts in sustaining our life on earth by appropriately addressing considerations of either limiting or relaxing building height limit in a particular planned area.
Belajar melalui Praktik Global: Pengaturan Densitas Daerah dan Batas Maksimum Ketinggian Bangunan Gusti Ayu Made Suartika
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) Vol 2 No 1 (2012): TANTANGAN TATA RUANG BALI
Publisher : Pusat Kajian Bali Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1886.403 KB)

Abstract

AbstractThis article focusses on the significance of non-physical aspects in regulating the maximum height of buildings, a determining element of urban density. Here, it addresses global practices that underline this dimension of the issue. The paper uses four significant classifications, namely: (i) safeguarding historical legacies; (ii) implementation of values and practices pertaining to systems of belief; (iii) political objectives; and (iv) the creation and the strengthening of an urban image. Each category impacts on development in regard to space. Overall, they have become determinants in limiting height, they have laid a foundation for the instigation of relevant development control policies, and have even been considered as red lights to the relaxation of a current building height restriction. Similarly, the paper has four sections. The first examines the importance of building height regulation within the context of spatial planning. The second discusses the position of sociospatial issues within the planning process. The third explores the role and position of the four non-physical aspects defined above, in policing building height. The fourth section synthesises effects and conclusion.
Revisiting Reuter: Symbolic and material economies in Bali aga society Alexander R. Cuthbert; G.A.M. Suartika
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) Vol 7 No 1 (2017): RELASI ETNISITAS DI BALI
Publisher : Pusat Kajian Bali Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (708.645 KB) | DOI: 10.24843/JKB.2017.v07.i01.p14

Abstract

The objective of this paper is to analyse Thomas Reuter’s seminal text The Custodians of the Sacred Mountains and to discuss some of the theoretical and other issues that flow from the reading. Indirectly it is also intended to assist many local scholars who find the text somewhat impenetrable, let alone making connections to its extensive implications. The book is the second study to emerge that covers the regional basis for the Bali Aga, the first being that of Wälty (1997). The text is one of a kind - erudite, complex and intellectually challenging. The paper begins with historical interventions since the status economy of Bali Aga is wholly dependent on a mythical past. Next, the use of theory, focussing on anthropology and Bali studies is discussed to place Reuter’s work in context. Then his basic concepts are analysed, those of precedence, status, and representation. Subsequently, we focus on place and space since geography is a defining feature of Bali Aga. Finally the mental (symbolic) and material (political economy) dimensions are contrasted with the observation that omission of any consideration of the latter weakens an otherwise seminal work.
Detil Publikasi Gusti Ayu Made Suartika
RUANG: Jurnal Lingkungan Binaan (SPACE: Journal of the Built Environment) Vol 5 No 1 (2018): April 2018
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (241.003 KB)

Abstract