Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

MODEL BIO-EKONOMI PERIKANAN CUMI-CUMI DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA, PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG (Bio-Economic Model of Squid Fisheries in The Waters of Bangka Regency, Bangka Belitung Islands Province) Wawan Oktariza; Budy Wiryawan; Mulyono S. Baskoro; Rahmat Kurnia; Sugeng H. Wisudo
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 7 No. 1 (2016): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (585.235 KB) | DOI: 10.29244/jmf.7.1.97-107

Abstract

ABSTRACTSquid captured in the waters of Bangka Regency has grown, both with traditional and modern fishing gear. Fishing gear used consisted of squid jigging and stationary lift net. Squid fisheries in this water have not been well managed as evidenced by the tendency of squid production decreased in Sungailiat Fishing Port 17.59% per year in the period 2010-2013, the number of outside fishers who caught squid and rampant illegal tin mining in coastal waters. This study aims to determine the optimal level of squid resource management in the waters of Bangka based on biological and economic aspects. The analysis used is Schnute bio-economic models because it is more appropriate to estimate squid stock in this water. The results showed squid resources utilized in this water was overfishing, both biologically and economically since 2010 in which the production rate for the year has been 116.12% of MEY and 115.94% of MSY. Optimal production levels at MEY conditions are 767.13 tons per year with efforts 5,544 trips per year. The production level at MSY conditions are 768.33 tons per year and the efforts 5,733 fishing trips per year.Keywords: Bangka Regency waters, MEY, MSY, overfishing, squid fisheries-------ABSTRAKPenangkapan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka telah berkembang, baik dengan alat tradisional maupun modern. Alat tangkap yang digunakan terdiri dari squid jigging dan bagan tancap. Perikanan cumi-cumi di perairan ini belum dikelola dengan baik seperti terlihat dari kecenderungan produksi cumi-cumi di PPN Sungailiat yang menurun 17,59% per tahun pada periode 2010 – 2013, banyaknya nelayan luar yang menangkap cumi dan maraknya penambangan timah illegal di perairan pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat pengelolaan sumberdaya cumi-cumi yang optimal di perairan Kabupaten Bangka berdasarkan aspek biologi dan aspek ekonomi. Analisis yang digunakan yaitu model bio-ekonomi Schnute karena lebih sesuai untuk menduga stok cumi-cumi di perairan ini. Hasil penelitian menunjukkan pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di perairan ini sudah mengalami tangkap lebih baik secara biologi maupun ekonomi sejak tahun 2010. Dimana tingkat produksi pada tahun tersebut sudah mencapai 116,12% dari MEY dan 115,94 dari MSY. Tingkat produksi optimal pada kondisi MEY yaitu 767,13 ton/tahun dengan upaya tangkap 5.544 trip/tahun. Adapun pada kondisi MSY, tingkat produksi 768,33 ton per tahun dan upaya tangkap 5.733 trip per tahun.Kata kunci: perairan Kabupaten Bangka, MEY, MSY, tangkap lebih, perikanan cumi-cumi
STRATEGI PERCEPATAN FUNGSIONALISASI SENTRA KELAUTAN PERIKANAN TERPADU NATUNA Tri Wiji Nurani; Wawan Oktariza; Taryono; Wini Trilaksani; Luky Adrianto; Mubariq Ahmad; Umi Muawanah; Christy Desta Pratama
Marine Fisheries : Journal of Marine Fisheries Technology and Management Vol. 11 No. 2 (2020): Marine Fisheries: Jurnal Teknologi dan Manajemen Perikanan Laut
Publisher : Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29244/jmf.v11i2.36278

Abstract

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Inpres No.7/2016 yang ditujukan untuk percepatan pembangunan sektor perikanan. Natuna merupakan salah satu lokasi yang ditetapkan sebagai Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT). Tujuan penelitian adalah menyusun strategi bagi percepatan fungsionalisasi SKPT Natuna. Kajian diawali melalui analisis situasi terhadap keberadaaan SKPT Natuna untuk dapat mengidentifikasi peluang dan tantangan, dilanjutkan dengan memberikan rekomendasi langkah-langkah strategis bagi percepatan fungsionalisasi SKPT Natuna. Hasil penelitian dapat diidentifikasi peluang dan permasalahan untuk percepatan fungsionalisi SKPT Natuna, yaitu potensi sumberdaya ikan pelagis dan demersal memiliki peluang besar untuk dimanfaatkan dan adanya peluang ekspor produk segar untuk ikan demersal. Permasalahan yang dihadapi diantaranya yaitu, usaha penangkapan ikan merupakan usaha skala kecil dengan pengetahuan dan keterampilan nelayan rendah, tempat pendaratan ikan tersebar di beberapa lokasi, terbatasnya ketersediaan es untuk melaut, usaha pengolahan ikan masih skala rumah tangga dan terbatas pada olahan tradisional, terbatasnya kapasitas tenaga kerja, mahalnya biaya pengemasan, dan terbatasnya aksesibilitas untuk pemasaran. Langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan yaitu optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis dan demersal melalui peningkatan keterampilan nelayan, peningkatan armada penangkapan yang dikendalikan dengan perizinan dan pendataan, serta perlunya perencanaan secara terintegrasi pengembangan industri penangkapan, pengolahan dan pemasaran. Kata kunci: fungsionalisasi SKPT, Natuna, peluang, permasalahan, strategi
Analisis Margin dan Efisiensi Pemasaran Ikan Bandeng dan Ikan Tongkol di DKI Jakarta (Analysis Marketing Margin and Efficiency of Milkfish and Mackarel Tuna Fish at DKI Jakarta) D Iwan Riswandi; Wawan Oktariza
Jurnal Sains Terapan : Wahana Informasi dan Alih Teknologi Pertanian Vol. 5 No. 1 (2015): Jurnal Sains Terapan, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2015
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.801 KB) | DOI: 10.29244/jstsv.5.1.60-73

Abstract

Ministry of Marine Affairs and Fisheries has continued to roll out policies for the empowerment of fisherman and fish farmers, especially the micro scale. In order to enhance the welfare and income of fish farmers and fisherman, the problems in marketing that need to be getting the attention that is associated marketing margin and efficiency of capture fisheries and aquaculture commodity. The purpose of this study is to analyze marketing margin and efficiency of milkfish and mackarel tuna coming into Jakarta market as well as provide marketing policy recommendations of fishery products. The results showed that the marketing of milkfish and mackarel tuna to the Jakarta market based on marketing costs have been efficient because the costs are relatively low compared to the price of the consumer level. However, based on marketing cost-benefit ratio is not efficient because it can not hold a fair sharing of the overall price paid by the consumers to producers and middleman involved in the production and marketing of the commodity. Therefore, there needs to be marketing regulation to protect the interests of fish farmers, fisherman and consumers in the marketing of fishery commodities.Keyword: marketing efficiency, milkfish and mackarel tuna, marketing regulation
KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN DI KAWASAN PERDESAAN MELALUI USAHA BUDIDAYA PERIKANAN DI KABUPATEN MALANG Wawan Oktariza; Anggraini Sukmawati
Jurnal Sains Terapan : Wahana Informasi dan Alih Teknologi Pertanian Vol. 7 No. 1 (2017): Jurnal Sains Terapan, Volume 7 Nomor 1, Tahun 2017
Publisher : IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.496 KB) | DOI: 10.29244/jstsv.7.1.1-11

Abstract

AbstrakKabupaten Malang memiliki potensi perikanan budidaya yang cukup besar. Produksi perikanan budidaya daerah ini tahun 2016 mencapai mencapai 20,562.55 ton. Komoditas utama budidaya yaitu ikan lele dan nila dengan produksi masing-masing 9,593.97 ton dan 8,940,13. Jenis usaha budidaya yang dikembangkan meliputi budidaya pembenihan, budidaya pendederan dan budidaya pembesaran. Pengembangan usaha perikanan budidaya di kawasan pedesaan di kabupaten ini dijadikan salah satu upaya pengentasan kemiskinan. Tujuan kajian ini yaitu untuk menganalisis kebijakan pengentasan kemiskinan di kawasan perdesaan melalui pengembangan usaha budidaya perikanan di Kabupaten Malang. Metode analisis kajian ini menggunakan analisis hierarki proses (AHP) dengan menggunakan perangkat lunak expert choice 2000. Dari hasil analisis diketahui bahwa usaha budidaya pembesaran merupakan alternatif kebijakan prioritas dengan bobot 0,402; alternatif kebijakan kedua usaha budidaya pembenihan (0,357) dan ketiga usaha pendederan (0,239). Hal ini karena usaha budidaya pembesaran memberikan tingkat pendapatan yang relatif lebih tinggi dibanding usaha pembenihan dan pendederan. Satu hal yang harus diperhatikan apabila alternatif kebijakan ini diterapkan yaitu perlu bantuan modal yang lebih besar karena usaha pembesaran memerlukan modal usaha yang lebih besar dibanding usaha pembenihan dan pendederan.
PENYUSUNAN TOLOK UKUR PENGELOLAAN PERIKANAN BERKELANJUTAN UNTUK KEARIFAN LOKAL DI DESA ADAT KEDONGANAN PROVINSI BALI Ari Kurniawan; . Darmawan; Wawan Oktariza
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 11, No 1 (2021): JUNI 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jksekp.v11i1.9103

Abstract

Kearifan lokal dalam pengelolaan sumber daya harus diartikan sebagai praktik yang mampu menjaga keberlanjutan sumber daya tersebut. Sementara itu, dalam pengelolaan berkelanjutan terdapat sejumlah ukuran sehingga keberadaan tolok ukur tentang praktik pengelolaan yang arif menjadi sangat relevan. Penelitian  yang dilakukan pada Juni – Juli 2019 ini bertujuan menyusun tolok ukur tingkat kearifan masyarakat dalam mengelola sumber daya ikan. Studi kasus dilakukan pada sebuah praktik pengelolaan yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai kerifan lokal, yaitu di Desa Adat Kedonganan, Bali. Penyusunan tolok ukur dalam penelitian ini dimulai dengan studi pustaka, yang hasilnya kemudian diuji melalui pendekatan observasi lapang dan wawancara mendalam terhadap narasumber yang dipilih secara purposif. Narasumber tersebut adalah lima orang perangkat prajuru adat dan lima orang perwakilan kelompok nelayan. Hasil penelitian ini adalah satu instrumen tolok ukur yang memiliki dua bagian yaitu: (a) aspek dasar pemikiran (factual knowledge) dan (b) aspek praktik pengelolaan (procedural knowledge). Masing-masing bagian memiliki lima kriteria yaitu: (i) ekosistem dan sumber daya, (ii) perencanaan dan tata kelola, (iii) kelembagaan, (iV) alat tangkap dan teknologi, dan (v) sosial dan ekonomi, di mana setiap kriteria tersebut memiliki indikator    dan parameter penilaian tertentu. Hasil uji lapang mengungkap adanya perbedaan tingkat kearifan di antara prajuru adat dengan nelayan. Pada aspek factual knowledge, tingkat kearifan nelayan teridentifikasi kuat pada kriteria ‘sosial dan ekonomi’, moderat pada ‘alat tangkap dan teknologi’, dan lemah pada tiga kriteria lainnya. Sementara itu, prajuru desa hanya lemah pada kriteria ‘sumber daya dan ekosistem’. Pada aspek procedural knowledge, tidak teridentifikasi perbedaan kearifan; baik prajuru desa maupun nelayan, keduanya cenderung lemah pada kriteria ‘ekosistem dan sumber daya’ dan ‘perencanaan, dan kelembagaan’, moderat pada kriteria “alat tangkap’ dan tinggi pada kriteria “sosial ekonomi’. Tittle:  The Development of Sustainable Fisheries Management Benchmarker for Local Wisdom in Kedonganan Tradisional Village, Bali Local wisdom in resource management must be interpreted as a practice that is able to maintain the sustainability of these resources. Meanwhile, in sustainable management there are a number of measures, which is why the existence of benchmarks on wise management practices is exceptionally relevant. The research, which was conducted in June – July 2019, aimed to compile a benchmark for the level of community wisdom in managing fish resources. The case study was carried out on a fisheries management practice in the Kedonganan Traditional Village of Bali, that has been determined by the government as local wisdom. The study began with a literature study, the results of which were then tested through a field observation approach and in-depth interviews with purposively selected sources. These resource persons are five persons of prajuru adat leaders and five representatives from five fishing groups. The results of this study are a benchmark instrument that has two parts: (a) aspects of the rationale (factual knowledge) and (b) aspects of management practices (procedural knowledge). Each part has five criteria, namely: (i) ecosystem and resources, (ii) planning and governance, (iii) institutional, (iV) fishing gear and technology, and (v) social and economic, where each criterion has certain indicators and assessment parameters. Results from the field test revealed that there were differences in the level of wisdom between leaders in prajuru adat and the fishers. On factual knowledge aspect, the level of fisherman’s wisdom was identified as strong on the ‘social and economic’ criteria, moderate on ‘fishing gear and technology’, and weak on the other three criteria. Meanwhile, leaders in prajuru adat is only weak on the criteria of ‘resources and ecosystems’. On procedural knowledge aspect, no differences in wisdom level were identified; both prajuru adat and fishers tend to be weak on the criteria of ‘ecosystems and resources’ and ‘planning, and institutions’, moderate on the criteria of “fishing gear” and high on the criteria of “socio-economic.
PERAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) CIKIDANG TERHADAP USAHA PERIKANAN DRIFT GILLNET Irfan Syauqi; Retno Muninggar; Wawan Oktariza
ALBACORE Jurnal Penelitian Perikanan Laut Vol. 3 No. 3 (2019): Albacore
Publisher : Departemen PSP IPB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.323 KB) | DOI: 10.29244/core.3.3.321-330

Abstract

Peran Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cikidang telah diatur dalam Permen KP No 8 tahun 2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan. Permasalahan penelitian adalah belum adanya informasi yang lengkap terkait peran PPI Cikidang terhadap usaha perikanan drift gillnet berdasarkan fungsi yang telah diatur dalam Permen KP No 8 ahun 2012. Disisi lain informasi terbaru terkait analisis usaha perikanan drift gillnet juga belum tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis peran PPI Cikidang terhadap usaha perikanan drift gillnet menggunakan pendekatan gap analysis dan melakukan analisis usaha perikanan drift gillnet. Penelitian menggunakan metode pengumpulan data purposive sampling dan simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran PPI Cikidang terhadap kegiatan usaha perikanan drift gillnet berupa dukungan fasilitas pokok seperti breakwater dan dermaga sudah cukup baik, namun ada beberapa aspek yang masih belum sesuai dengan fungsi PP/PPI pada Permen KP No.08 tahun 2012, yaitu aspek transportasi hasil tangkapan, pendataan hasil tangkapan dan administrasi. Analisis usaha perikanan drift gillnet secara rata-rata memiliki keuntungan sebesar Rp21.720.045 per tahun, nilai R/C rata-rata sebesar 1,37, nilai pengembalian investasi sebesar 0,37 dan waktu pengembalian investasi mencapai 2 tahun 2 bulan. Kata kunci: analisis usaha, drift gillnet, gap analysis, PPI Cikidang
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL UPAYA MENINGKATKAN PENDAPATAN PRODUSEN STROBERI SELAMA PANDEMI COVID 19 DI MAGELANG JAWA TENGAH Prima Gandhi; Wawan Oktariza; Muhammad Kahfi; Annisa Rizky
Journal of Management Small and Medium Enterprises (SMEs) Vol 15 No 2 (2022): JOURNAL OF MANAGEMENT Small and Medium Enterprises (SME's)
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35508/jom.v15i2.6723

Abstract

Horticultural agribusiness such as fruits has local and international market share. Besides that, Fruit agribusiness supports the eighth Sustainable Development Goals (SDGs). One of the fruits that have become a commodity for agribusiness in Indonesia is the strawberry. Magelang Regency is a regency in Indonesia that produces strawberries. SOGA Farm Indonesia (SFI) located in Ngablak District is a strawberry producer that fulfills the demand for strawberries in Magelang Regency. To meet the demand for strawberries to income, SFI regulates the cropping pattern with a single row plant system to produce grade A strawberries and processes strawberries of below standard quality into strawberry jam. To determine financial feasibility, it is done by calculating the Net Present Value (NPV), Gross B/C, Net B/C, Internal Rate of Return (IRR), and Payback Period. The financial analysis results of these two businesses are feasible to increase SFI's income during the Covid 19 pandemic. Keywords: Income, Productivity, SDGs, Jam, Single Row Plant