Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENDAYAGUNAAN LINGKUNGAN BAGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Ningrum, Epon
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 7, No 1 (2007)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v7i1.1711

Abstract

Pada hakikatnya, kolektivitas manusia yang memiliki tata aturan relatif permanen berada pada tiga tatanan lingkungan, yakni lingkungan: sosial, budaya, dan alam (fisis geografis). Ketiga tatanan lingkungan tersebut merupakan potensi bagi kelangsungan (survive) dan kemajuan masyarakat. Lingkungan terdiri atas komponen biotik dan abiotik, yang dapat didayagunakan bagi pemberdayaan masyarakat. Untuk itu, diperlukan upaya transformasi potensi lingkungan ke dalam keuntungan sosial dan kultural. Dinamika demografis menuntut intensitas transfer dan eksploitasi sumber daya lingkungan bagi terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Kondisi demikian dapat mengganggu keberadaan lingkungan, sehingga sangat penting upaya pemanfaatannya secara efektif dan efisien agar lingkungan berfungsi sebagai sumber kehidupan yang berkelanjutan bagi masyarakat. Teknologi yang dipandang efektif dan efisien serta memiliki daya suai dengan ketiga tatanan lingkungan adalah teknologi adaptif dan teknologi protektif. Pemberdayaan masyarakat dengan mendayagunakan potensi lingkungan mengacu pada lima strategi, yakni: need oriented, endogenous, self-reliant, ecologically sound, dan based on structural transformations. Pada prinsipnya, konsep pemberdayaan memiliki makna yang sama dengan konsep pembangunan dan pengembangan, yakni bertujuan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Berdasarkan kelima strategi tersebut, maka keberadaan masyarakat dalam koneksitas lingkungannya akan tercapai kondisi: (1) masyarakat dan lingkungannya berada pada keseimbangan yang terlestarikan; (2) potensi lingkungan dapat teraktualisasikan; dan (3) lingkungan sebagai sumber kehidupan dan proses pemberdayaan masyarakat dapat berkelanjutan, sehingga pada jangka panjang akan tercapai kesejahteraan masyarakat. Kata Kunci: Lingkungan, pemberdayaan, masyarakat, teknologi adaptif, teknologi protektif.
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA BIDANG PENDIDIKAN Ningrum, Epon
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 9, No 1 (2009)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v9i1.1681

Abstract

Sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor dominan dalam suatu institusi, tidak terkecuali pada bidang pendidikan. Pendidikan memerlukan SDM berkualitas untuk melaksanakan perannya dalam melayani kebutuhan pendidikan masyarakat. Kebutuhan pendidikan tersebut meliputi kebutuhan yang bersifat praktis situasional maupun bersifat prediktif antisipatif bagi transformasi sosial. Untuk itu, sangat penting upaya pengembangan SDM bagi terwujudnya SDM bidang pendidikan yang Berkualitas. Pengembangan SDM dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan, baik secara formal maupun informal, yang dilaksanakan secara simultan berkelanjutan. Terdapat lima domain SDM yang dipandang penting dalam pengembangan SDM bidang pendidikan. Kelima domain tersebut adalah: profesionalitas, daya kompetitif, kompetensi fungsional, keunggulan partisipatif, dan kerja sama. Namun demikian, pengembangan terhadap kelima domain SDM tersebut diperlukan Total Quality Control (TQC) dan program diklat terpadu agar tercapai efektivitasnya. Kata kunci: pengembangan, sumber daya manusia, pendidikan, profesionalitas, daya kompetitif, kompetensi fungsional, keunggulan partisipatif.
TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH SADAP KARET PTPN VIII WANGUNREJA DI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG Kanah, Kanah; Ningrum, Epon; Waluya, Bagja
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 15, No 2 (2015)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v15i2.3550

Abstract

Pendapatan buruh sadap karet di perkebunan PTPN VIII Wangunreja, Kecamatan Dawuan Subang, masih minim di bawah UMR. Pendapatan seseorang sangat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan, selain factor lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kesejahteraan buruh sadap karet berdasarkan indikator BPS tahun 2005. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi penelitiannya adalah seluruh masyarakat buruh sadap karet di PTPN VIII Wangunreja Kecamatan Dawuan. Sampel pada penelitian ini berjumlah 60 orang, yakni wara 1 (24 orang), wara 2 (6 orang), dan wara 3 (30 orang). Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (pendapatan, pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan menyekolahkan anak dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi), dan variabel terikatnya tingkat kesejahteraan. Analisis data penelitian ini menggunakan persentase dan skoring. Hasil penelitian menunjukan bahwa buruh sadap karet memiliki pendapatan yang rendah sedangkan pengeluarannya tinggi, buruh sadap karet sebagian besar tinggal di rumah yang permanen dengan fasilitas yang kurang lengkap, tingkat kesehatan buruh sadap karet termasuk kategori baik karena mereka mudah mendapatkan pelayanan kesehatan, buruh sadap karet cukup mudah dalam menyekolahkan anak dan kesulitan dalam mendapatkan fasilitas transportasi. Berdasarkan indikator kesejahteraan menurut BPS tahun 2005 sebagian besar buruh sadap karet di Kecamatan Dawuan  termasuk dalam tingkat kesejahteraan sedang, sebanyak 78,3%  dan sebagian lagi termasuk dalam tingkat kesejahteraan rendah sebanyak 15%, dan tingkat kesejahteraan tinggi sebanyak 6,7%.Kata kunci : perkebunan , kesejahteraan, buruh sadap karet.
MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR MAHASISWA Ningrum, Epon; Waluya, Bagja
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 14, No 1 (2014)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v14i1.3357

Abstract

Keterampilan dasar mengajar menjadi kemampuan prasyarat yang harus dimiliki mahasiswa calon guru bagi terlaksananya pembelajaran konstruktivistik dan PAKEM. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkembangkan melalui pembiasaan dalam proses perkuliahan melalui kegiatan yang terintegratif antara teoretis dan praktik. Salah satu model pembelajaran yang memiliki karakteristik PAKEM dan konstruktif adalah quantum teaching. Penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan dasar mengajar mahasiswa pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Geografi melalui model quantum teaching. Metode penelitian mengimplementasikan metodologi penelitian tindakan kelas pada mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Geografi. Fokus kajian model quantum teaching dan keterampilan dasar mengajar. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi, test, tugas, dan dokumentasi. Analisis data secara deskriptif. Indikator ketercapaian adalah meningkatnya keterampilan dasar mengajar. Hasil penelitian menunjukkan implementasi model quantum teaching di ruang microteaching meningkatkan keterampilan dasar mengajar mahasiswa pada setiap tindakan, yang meliputi: keterampilan membuka dan menutup pelajaran, memberikan pertanyaan dan penguatan, melaksanakan metode secara konsisten, menggunakan media, mengadakan variasi gerak dan mimik serta intonasi, mengelola kelas, dan memberikan penjelasan.Kata kunci: perangkat pembelajaran, quantum teaching, keterampilan dasar mengajar
MEMBANGUN SINERGI PENDIDIKAN AKADEMIK (S1) DAN PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) Ningrum, Epon
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 12, No 2 (2012)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v12i2.1783

Abstract

Kualitas pendidikan terus diupayakan, di antaranya melalui peningkatan profesionalitas guru. Guru profesional dihasilkan melalui pendidikan akademik (S1) dan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Untuk itu, dipandang penting membangun sinergi kedua lembaga pendidikan tersebut melalui kajian tentang kurikulum, sarana prasarana, sumberdaya manusia, dan program pengalaman lapangan, untuk menghasilkan guru yang memenuhi kualifikasi, memiliki kompetensi dan sertifikat pendidik. Kajian dilakukan terhadap tiga jurusan, yakni: Jurusan Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan Sejarah, dan Jurusan pendidikan Kewarganegaraan. Responden: pimpinan jurusan, dosen, guru, dan mahasiswa. Instrumen penelitian: dokumentasi, angket, dan pedoman wawancara. Analisis data secara deskriptif. Struktur dan isi kurikulum pendidikan akademik (S1) belum memiliki relevansi dan kontinuitas dengan kurikulum pendidikan profesi guru (PPG). Kualifikasi akademik, persyaratan administrasi dosen pada pendidikan akademik dan guru pamong belum memiliki daya dukung optimal bagi pelaksanaan PPG. Sarana prasarana pada pendidikan akademik belum memiliki daya dukung optimal bagi workshop Subject Spesific Pedagogy (SSP). PPL-S1 dan PPL-PPG terdiri atas tiga tahapan kegiatan yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penilaian. Terdapat komponen yang sama yaitu: dosen pembimbing, mahasiswa, guru, penguji, ujian, sekolah mitra, dan kelulusan, sedangkan komponen yang berbeda adalah prosedur pelaksanaan, supervisor, penguji, dan penilaian. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan pengembangan kurikulum, sumber daya manusia, optimalisasi penggunaan sarana prasarana, dan PPL pada pendidikan S1 bagi efisiensi dan efektivitas PPG. Kata kunci: pendidikan akademik, pendidikan profesi guru.
MENANAMKAN KONSEP DASAR KONSERVASI LAHAN MELALUI PEMBELAJARAN GEOGRAFI Ningrum, Epon
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 9, No 2 (2009)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v9i2.2453

Abstract

Lahan adalah sumberdaya potensial yang memiliki arti penting dan kedudukan strategis. Artinya, keberadaan lahan sangat mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai tempat tinggal dan wahana aktivitas ekonomi maupun secara politis-teritoris. Dengan demikian, sangat penting pengaturan lahan secara yuridis formal baik pada tataran institusional maupun pemanfaatannya pada tataran empiris, agar keberadaan lahan sebagai sumberdaya terjaga kelestariannya. Lahan sebagai sumber daya memiliki kemampuan dan peluang bagi pemanfaatannya. Penggunaan lahan (land use) sudah seharusnya memperhatikan potensi dan daya dukung lahan. Penggunaan IPTEK dan kepedulian masyarakat dalam pengelolaan lahan sangat menentukan keberadaan lahan sebagai sumberdaya. Agar sumberdaya lahan terjaga kelestariannya, maka manusia sebagai pengelolanya harus memiliki kesadaran akan konservasi lahan. Pengetahuan, pemahaman, dan kepedulian serta partisipasi masyarakat dalam konservasi lahan sangat penting ditumbuh kembangkan sejak dini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan. Tujuan pendidikan adalah menyiapkan calon warga masyarakat yang memiliki keunggulan partisipatif, termasuk di dalamnya partisipasi dalam konservasi lahan. Pendidikan secara operasional dinyatakan dalam bentuk pembelajaran, maka melalui kegiatan pembelajaran tersebut pengetahuan, pemahaman, dan kepedulian serta pembiasaan berpartisipasi dapat dikembangkan. Dalam pembelajaran geografi, lahan dipandang sebagai permukaan bumi yang dimaknai sebagai ruang. Ruang, lahan, tanah atau permukaan bumi merupakan laboratorium bagi geografi dan menjadi sumberdaya bagi kehidupan manusia. Untuk itu, maka pembelajaran geografi hendaknya dikemas dalam proses pembentukan sikap dan penanaman konsep konservasi lahan agar keberadaannya terlestarikan.  Kata kunci: konsep, konservasi, kelestarian, lahan, tanah, ruang, sumberdaya, dan pembelajaran geografi.
LEARNING MODEL BASED ON GEOSFER PHENOMENA FOR UNDERSTANDING THE DISASTER CONCEPT Ningrum, Epon
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 17, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v17i1.5995

Abstract

This study focused on the utilization of the geosphere phenomenon in learning geography for understanding the concept of disaster. Geosphere phenomenon based learning are formulated based on a literature review for obtain theoretical foundations that have the basic assumptions, descriptions, and basic concepts. Geosphere phenomenon based learning consists of seven steps activity that is (1) identification of basic competence; (2) identification of the geosphere phenomenon which has a carrying capacity; (3) identification of the ability of teachers; (4) identification of the characteristics of the students; (5) to formulate lesson plans; (6) implementing the learning activities; and (7) follow-up. Meanwhile, the learning process through four steps, that is (1) The concept exploration phase; (2) the stage of introduction of the concept; (3) the stage of development of the concept; and (4) the stage of concept application. Understanding the concept of a hierarchy of integrated disaster include: (1) the level of concrete); (2) the level of identity; (3) the level of classification; and (4) a formal level. The effectiveness of the geosphere phenomenon based learning teachers ability methodologically necessary and substantial.
Kontribusi Mata Pelajaran Geografi Untuk Meningkatkan Semangat Bela Negara Siswa SMA di Provinsi Aceh Gadeng, Ahmad Nubli; Ningrum, Epon; Abdi, Abdul Wahab; Aziz, Daska; Desfandi, Mirza
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 20, No 1 (2020)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v20i1.23481

Abstract

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana kontribusi dari mata pelajaran geografi dalam rangka meningkatkan semangat bela negara pada siswa SMA di Provinsi Aceh.  Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini yaitu deskriptif kualitatif, dan studi literatur (studi kepustakaan) dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, peraturan perundang-undangan dan surat kabar berupa media cetak/media online)  yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini. Terakhir, teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode delphi. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu: semangat bela negara merupakan program yang sedang gencarnya digalakkan oleh pemerintah dewasa ini, bela negara dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat sesuai dengan kategori dan usianya masing-masing. Sebagai contoh melalui pembelajaran di SMA, salah satunya pada MAPEL Geografi terdapat pembahasan tentang materi yang dapat menggugah minat siswa untuk menjaga/membela keutuhan negara. Sehingga peran guru geografi sangat strategis dalam meningkatkan semangat bela negara, dan diharapkan pula kesadaran siswa melalui proses internalisasi dikategorikan berhasil, serta berdampak positif terhadap keutuhan Negara Indonesia. Terakhir, diharapkan agar pemerintah dapat menjadikan geografi sebagai mata pelajaran wajib untuk peserta didik di Indonesia, hal ini dikarenakan MAPEL Geografi sangat strategis dalam meningkatkan semangat bela negara pada siswa SMA.
Implementation of Addie Models to Determine the Learning Method to Improve Students' Ability to Read Map Apriliani, Lina Herlina; Maryani, Enok; Ningrum, Epon
International Conference on Elementary Education Vol. 2 No. 1 (2020): Proceedings The 2nd International Conference on Elementary Education
Publisher : Elementary Education Study Program School of Postgraduate Studies Universitas Pendidikan Indonesia in collaboration with UPI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.007 KB)

Abstract

The purpose of this study is to determine: (1) a method of learning that is appropriate to increase the ability of students to read a map using ADDIE models, (2) the ability of students to read a map before and after the implementation of the model ADDIE. The research method used in this research is descriptive qualitative. Data obtained using the test, and observation, which is based on basic competencies and indicators of achievement of competencies required to understand the fundamentals of mapping, P Remote Sensing, and Geographic Information Systems. The object of this research is class X IPS student of SMAN 23 Bandung in the academic year 2019/2020, with a sample of class X social studies 3 totaling 3 4 students. Results of the discussion: based on the Guttman rating scale when the score> 50%, then it was declared sufficient to be able to read the map with the distribution of indicators and percentages as follows on the indicators of students who were able to show the location of a particular place / geographical location had 80.5 % , students who were able to orient map (determine the direction on the map) amounted to 55.5% , students were able to interpret the symbols on the map 69.4% , students were able to reveal information on the map totaling 47.2%
The Contribution of Geography Learning to Disaster Preparedness of Students in Public Senior High Schools in Kendari Akbar, Ismail; Maryani, Enok; Ningrum, Epon
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 21, No 2 (2021)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v21i2.39760

Abstract

This research aims to see how to learn geography, how students' disaster preparedness are, and how the contribution of geography learning to disaster preparedness of students in Public Senior High School in Kendari. By using quantitative approach, the data were collected through observation and questionnaires in 5 schools in Kendari which were distributed to 150 students and 10 teachers. The results of students' learning geography with several indicators are presented as follows; with learning variable, 12.5% is categorized as low, 46.5% moderate, 41% high; with preparedness variable, 25.5% is categorized as low, 49.5% medium, 25% high. There is a contribution of geography learning to disaster preparedness with the coefficient of determination R square (R2) of 39.4% while 60.6% is from other factors. Then, the influence of X on Y can be written in the form of a regression equation, namely (Y = 55.998 + 0.159 X). Based on the regression equation, it can be denied that geography learning has a positive correlation with disaster preparedness of students in Public Senior High School in Kendari