Claim Missing Document
Check
Articles

Found 20 Documents
Search

Transformation of Krinok to Bungo Krinok Music: The Innovation Certainty and Digital-Virtual Contribution for Cultural Advancement Mahdi Bahar; Johannes Johannes; Uswan Hasan; Indra Gunawan; Zulkarnain Zulkarnain; Hartati M; Fatonah Fatonah
Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 16, No 1 (2021)
Publisher : Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/dewaruci.v16i1.3529

Abstract

Innovation is a certainty for the development of folk music. The use of digital technology is part of the creation of folk music in the sense of evolution itself. Krinok music is one of Jambi’s traditional music themes. This music genre is a cultural wealth that has great potential for artistic development and advancement. Musical systems, melodic contours, musical grammar, and interval patterns make up the distinctive character of krinok music. The normative freedom of the singing text’s spontaneous expression in presenting this musical entity and its changes is the entity that colors this uniqueness. The contribution of digital technology in processing krinok music has the potential for reproduction and publication as an integral part of the creative process itself. The placement of krinok music as cultural property is an effort to process it creatively. The result was the birth of new music as a transformation of Jambi folk music called “bungo krinok” music. This creative activity is an effort to progress the Indonesian nation’s culture.
BUDAYA MELAYU JAMBI DALAM PERSPEKTIF SEJARAH PADA MASA ORDE BARU Fatonah Nurdin; Mahdi Bahar; Selfi Mahat Putri
Tsaqofah dan Tarikh: Jurnal Kebudayaan dan Sejarah Islam Vol 4, No 2 (2019): Jurnal Tsaqofah & Tarikh
Publisher : IAIN Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/ttjksi.v4i2.2458

Abstract

Abstract: Malay Culture in Historical Perspective during the New Order: Javanese Transmigrant Art and Culture In Sungai Bahar District, Muaro Jambi. This study looks at how the culture of Javanese transmigration in Sungai Bahar District in the New Order. The long history of transmigration has given color to one of the Sungai Bahar, Province of Jambi. How do the transmigration (migrants) who are mostly Javanese people can survive in a new place with a new environment in terms of geography different from their areas of origin. Early life in transmigration areas which was quite difficult made these communities have to work together. Some of their activities are done so they can feel at home and stay in the placement area. Art and culture (Art) which is a place that gets enough attention and enthusiasm is quite high. Where every activity or event in the area of Java, this can always be performed. The high interest of the community has also encouraged the Sungai Bahar transmigration community to create communities of art as a place for them to be creative and to preserve their original culture.Keyword: art, culture, transmigration, java, sungai bahar. Abstrak: Budaya Melayu Dalam Perspektif Sejarah Pada Masa Orde Baru: Seni Budaya Suku Jawa Transmigran Di Kecamatan Sungai Bahar, Muaro Jambi. Penelitian ini melihat bagaimana seni budaya transmigran Jawa di Kecamatan Sungai Bahar masa orde baru. Sejarah transmigrasi yang cukup panjang telah memberikan warna bagi daerah penempatan salah satunya daerah Sungai Bahar, Provinsi Jambi. Bagaimana  para transmigran (pendatang) yang kebanyakan adalah masyarakat Jawa bisa bertahan di tempat baru dengan lingkungan baru dari segi geografis berbeda dari daerah asal mereka. Kehidupan awal di daerah transmigran yang cukup sulit membuat masyarakat ini harus saling bekerja sama. Beberapa kegiatan mereka lakukan supaya bisa betah dan bertahan di daerah penempatan. Seni budaya (Kesenian) yang menjadi wadah yang cukup mendapat perhatian dan antusias yang cukup tinggi. Dimana setiap ada kegiatan atau acara kesenian daerah jawa ini selalu bisa tampil. Tingginya minat masyarakat juga mendorong masyarakat transmigrasi Sungai Bahar membuat paguyuban-paguyuban kesenian sebagai wadah mereka berkreasi dan tetap melestarikan kebudayaan asal mereka. Kata kunci: seni,budaya, transmigrasi,jawa,sungai bahar 
UNGKAPAN TRADISIONAL MASYARAKAT KERINCI SEBAGAI SUMBER NILAI MORAL UNTUK PENDIDIKAN KARAKTER (The Traditional Expression of The Kerinci Community as A Source of Moral Values for Character Education) Sovia Wulandari; Mahdi Bahar
Kandai Vol 18, No 1 (2022): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v18i1.2885

Abstract

The Kerinci language is one of the regional languages in Indonesia that still lives and develops in the Kerinci community. The Kerinci community also uses language as a social control for their people, which is expressed in the form of expressions. The purpose of this study was to describe moral values in the traditional expressions of the Kerinci community as a source of moral values for character education. The method used was descriptive qualitative. Based on the research results, the moral values contained in the traditional expressions of the Kerinci community are individual, social, and religious moral values. Examples of individual moral values are honest, open, responsible, obedient, disciplined, diligent. Examples of social moral values are loyalty, helping others, keeping promises, friendly, polite, democratic, fair, considerate, compact. Examples of religious moral values are sincerity, gratitude, optimism, do not confuse the halal and the haram, the good and the bad. These moral values can be used as a source of moral values for character education in educating young people as the next generation of this nationBahasa Kerinci merupakan salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia yang masih hidup dan berkembang pada masyarakat Kerinci. Masyarakat Kerinci juga menggunakan bahasa sebagai kontrol sosial masyarakatnya yang tertuang dalam bentuk ungkapan. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan nilai-nilai moral dalam ungkapan tradisonal masyarakat Kerinci sebagai sumber nilai moral untuk pendidikan karakter. Metode yang digunakan yaitu kualitatif deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, nilai moral yang terdapat dalam ungkapan tradisional masyarakat Kerinci yaitu nilai moral individual, sosial, dan religi. Contoh nilai moral individual yaitu jujur, terbuka, bertanggung jawab, patuh, disiplin, tekun. Contoh nilai moral sosial yaitu setia, menolong orang lain, menepati janji, ramah, sopan, demokratis, adil, tenggang rasa, dan kompak. Contoh nilai moral religi yaitu ikhlas, bersyukur, optimis, jangan mencampuradukkan yang halal dan haram, yang baik dan yang buruk. Nilai-nilai moral tersebut dapat dijadikan sebagai sumber nilai moral untuk pendidikan karakter dalam mendidik anak muda sebagai generasi penerus bangsa ini.
BUDAYA EKOSISTEM SEBAGAI POTENSI PEMBANGUNAN BERWAWASAN KELESTARIAN LINGKUNGAN Mahdi Bahar
PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2018: SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 5 MEI 2018
Publisher : PROSIDING SEMINAR NASIONAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.568 KB)

Abstract

This study discusses the ecosystem cultural issues and their potential for environmentally sound development in the Unitary State of the Republic of Indonesia. Two entities that need to be separated are the epistemological concept of culture and the concept of the state as an organization based on the law (constitution). These two entities are related, and will be explained and made into a conceptual foundation. Basically, communities in Indonesia have local ecosystem wisdom and intelligence as part of cultural system. The conception of local wisdom and intelligence they build is framed in harmony with the natural environment in which they live. Establishment of ecosystem values or norms into culture or tradition has close ties to nature as a source of economy - social welfare. Therefore, the alignment of the environment with the production process (economy) as well as other possibilities in the context of comfort, security, and even religion should be a calculation in taking policy. In certain contexts, sometimes it becomes preserved and even developed into a resource (potential) of development based on cultural sustainability. Keywords— Ecosystem culture, development, environmental sustainability
FENOMENA TRADISI MINUM DAUN KAWO DI DESA UJUNG PASIR Mahdi Bahar; Denny Defrianti; Fatonah Fatonah
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 1 No. 2 (2017): Desember
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.169 KB) | DOI: 10.22437/titian.v1i2.4223

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan data kualitatif melalui pendekatan fenomenologi, yaitu untuk mengetahui sejarah asal mula tradisi minum daun kawo dan sistrem sosial budaya masyarakat desa Ujung Pasir. Fokus penelitian ini adalah sejarah dan aktivitas kelompok tradisi minum daun kawo di desa Ujung pasir. Pemahaman tentang trasdisi minum daun kawo sebagai modal sosial budaya masyarakat desa Ujung pasir yang mengikat kekerabatan. Dengan menggunakan menggunakan metode deskriptif dalam ranah kebudayaan atau sosio kultural. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa masyarakat desa ujung Pasir sangat menjaga tradisi minum daun kawo ini. Aktivitas minum daun kawo yang dilakukan dengan sadar, dengan motif dan tujuan untuk menjaga hubungan kekerabatan dan aktivitas tradisi ini juga menjadi sarana komunikasi antar kerabat untuk mencapai tujuan bersama dan media proplem solving. Simpulannya, aktivitas tradisi minum daun kawo sebagai penguat dan perekat hubungan kekeluargaan dalam sarana komunikasi. Kata kunci: kopi daun, daun kawo, melayur, tradisi, desa Ujung Pasir, Kerinci, kekerabatan.
MELAYU SEBAGAI KAWASAN BUDAYA NUSANTARA KONTINUITAS DAN PERUBAHAN BUDAYA SENI Mahdi Bahar
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 1 No. 2 (2017): Desember
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.703 KB) | DOI: 10.22437/titian.v1i2.4230

Abstract

Suatu kawasan rangkaian pulau-pulau antara dua benua Asia dan Australia sudah dikenal dengan sebutan Nusantara paling tidak sejak era Majapahit. Penghuninya dengan sebutan Melayu menunjukan keragaman budaya termasuk budaya seni.Entitas budaya yang beragam diasumsikan merupakan kelanjutan dari masa lalu. Perjalananpanjang kelangsungannya niscaya melalui proses hingga mencapai kemapanan bentuk pada eranya. Secara kualitatif sistem kepercayaan merupakan faktor pembentuk yang dalam proses pembentukannya berhubungan dengan kemungkinan ada faktor kontinuitas dan perubahan serta berkontribusi pada pusat penyebaranbudaya. Kata kunci: budaya, kontinuitas, perubahan, penyebaran, seni
TRADISI GANDAI: DARI PERMAINAN ANAK SAMPAI MODAL KULTURAL MASYARAKAT KOTA JAMBI Defni Aulia; Mahdi Bahar; Indra Gunawan
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 2 No. 02 (2018): Desember 2018
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.01 KB) | DOI: 10.22437/titian.v2i02.5801

Abstract

Begandai adalah tradisi musikal yang tumbuh di dalam masyarakat Dusun Jambu Kecamatan Lahan Panjang Kabupaten Tebo Ulu Provinsi Jambi. Kesenian tersebut merupakan aktifitas tradisi yang biasa dilakukan oleh anak-anak, dan secara satu kesatuan dapat digolongkan kedalam jenis musik perkusi. Akibat faktor fungsional akan kebutuhan masyarakat yang beragam, menyebabkan kesenian tersebut tidak dapat bertahan atau punah di dalam lingkungan masyarakat Dusun Jambu, namun, atas dasar kepedulian para kreator seni di Taman Budaya Jambi tentang perspektif kesenian sebagai kebutuhan dalam menjaga integrasi sosial masyarakat, membawa tradisi musikal Begandai yang punah di Dusun Jambu dapat tumbuh kembali dalam tempat dan wilayah baru, yaitu di Taman Budaya Jambi, Kota Jambi. Berdasarkan fenomena tersebut, dilakukan suatu pengamatan, wawancara, dan pengumpulan data secara intensif untuk mengetahui konkrisitas perubahan tradisi Begandai setelah direkreasikan oleh seniman di Taman Budaya Jambi, dan kemudian disusun dalam laporan penelitian kualitatif berbentuk skripsi. Hasil verifikasi dan analisa data secara signifikan, tradisi musikal tersebut mengalami perubahan inovatif pada struktur tekstual dan kontekstual, bahwa tradisi Begandai setelah diadaptasi mengalami pergantian nama menjadi Begandai Batok, dengan sistem penggarapan komposisi musik lebih variatif dari bentuk aslinya, juga lebih banyak menggunakan instrument musik perkusi klasifikasi idiophone dan membranophone, serta difungsikan sebagai sarana hiburan yang ditampilkan dan dipertontonkan dalam seni pertunjukan formal. Selain itu, kepunahan tradisi musikal dalam lingkungan masyarakat Dusun Jambu, kemudian diaktualisasikan ke dalam nuansa baru oleh kelompok masyarakat Kota Jambi, bukan hanya menjaga nilai luhur suatu identitas tradisi yang lahir dalam masyarakat saja, tetapi juga menjaga eksistensi kelompok masyarakat Kota Jambi dalam pluralitas pergaulan multi etnis.
TARI SKIN SEBAGAI IDENTITAS KEHIDUPAN MASYARAKAT KABUPATEN MERANGIN Pamela Mikaresti Ramlan; Mahdi Bahar; Indra Gunawan
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 2 No. 02 (2018): Desember 2018
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (297.91 KB) | DOI: 10.22437/titian.v2i02.6094

Abstract

Tari skin merupakan tarian rakyat Merangin yang merefleksikan kebudayaan dan keseharian masyarakat Kabupaten Merangin. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan identitas budaya masyarakat Kabupaten Merangin melalui latar belakang penciptaan tari skin. Metode penelitian ini menggunakan penelitian etnografi-kualitatif dalam pendekatan fenomenologi di mana data diperoleh melalui pengamatan langsung dengan cara observasi, wawancara, perekaman, pemotretan dan menyususn laporan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tari skin menggambarkan identitas budaya masyarakat Kabupaten Merangin khususnya melalui latar belakang penciptaan tari skin. Di setiap gerak pada tari skin menunjukkan gambaran identitas kehidupan perempuan Kabupaten Merangin. Hal ini dapat dilihat melalui karakteristik gerak tari skin yang menggambarkan perempuan-perempuan yang tangguh, kuat, dan mandiri.
BUYA HAMKA: KETELADANAN MULTITALENTA TANAH MELAYU NUSANTARA Mahdi Bahar; Hartati M
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 3 No. 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.798 KB) | DOI: 10.22437/titian.v3i1.7022

Abstract

Buya HAMKA adalah tokoh Multi Talenta Nusantara banyak meninggalkan karya tulis, selain sebagai ulama, sastrawan, pendakwah, dan politikus. Sepanjang hayatnya senantiasa memperjuangkan ideologi berbasis ajaran tauhid. Suka dan duka, segudang pengalaman, pahit dan manis dijalani Buya HAMKA. Penghargaan demi pengahragaan diperolehnya, baik nasional maupun internasional. “Kebesaran” Buya HAMKA yang ditunjukkan melalui karya dan aktivitas semasa hidup, diteroka di tanah alam perjuangan mengisi kemerdekaan. Sekalipun perjuangan beresiko masuk penjara, namun akhirnya pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Buya HAMKA. Ketokohan Buya HAMKA merupakah anugerah yang patut ditauladani oleh para generasi di persada Nusantara.
LEGITIMASI SENIMAN DAN KARYA SENI DI TAMAN BUDAYA JAMBI (TINJAUAN SOSIOLOGI SENI) Defni Aulia; Mahdi Bahar; M Ardhi Gunawan; Indra Gunawan; Wahyu Pratomo; Muhammad Alfath
Titian: Jurnal Ilmu Humaniora Vol. 3 No. 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.393 KB) | DOI: 10.22437/titian.v3i1.7029

Abstract

Seniman dan karya seni bernuansa tradisional yang berada pada tatanan kode kultural masyarakat Jambi, adalah akumulasi modal kultural yang dilegitimasi pemerintah Provinsi Jambi untuk membentuk identifikasi distingtif sebagai citra kultural di luar batas teritorial Provinsi Jambi. Suatu mekanisme tindakan deviasi diferensial yang dilakukan oleh pemerintah dalam menjalankan otoritas otonom atau desentralisasi politik lokal, yang merupakan upaya untuk membedakan diri dari lajur Kebudayaan Minangkabau dan Melayu Islami yang selama ini sudah menyatu dan mendominasi dalam struktur sosial masyarakat Jambi.