Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Respon pertumbuhan cendawan patogenik Fusarium oxysporum terhadap metabolit sekunder cendawan antagonis Trichoderma sp. Tunjung Pamekas
PendIPA Journal of Science Education Vol 4, No 3 (2020): JULY - OCTOBER
Publisher : University of Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/pendipa.4.3.75-81

Abstract

 AbstraCT[Growth responses of pathogenic fungus Fusarium oxysporum to secondary metabolites of antagonistic fungi Trichoderma sp.] Fusarium oxysporum is a pathogenic fungus that attack various horticultural crops. Disease control using chemical pesticides have caused many negative effects to natural enemies, environment, famers, and consumers.  It is needed to explore other alternative control methods.  Application of secondary metabolite of Trichoderma sp. is a high potential  control method to be used to control  the disease.  The aim of the research was to evaluate the best concentration of secondary metabolites on controlling F. oxysporum in vitro. The research was conducted on August to November  2017 at Plant Protection Laboratory, Faculty of Agriculture, University of Bengkulu.  The research was arranged on CRD with six concentrations of secondary metabolites, namely  0, 10, 25, 50, 75, and 100 ppm with five replications. The research steps were isolation of F. oxysporum and Trichoderma sp., production of secondary metabolites, in vitro test of secondary metabolites to F. oxysporum, and analyse infra red photometer of secondary metabolites.  Variables that were observed were colony diameter 1 – 7 days, length and width of conidia,  density of conidia, and  length and width of germ tubes.   The result showed that application of secondary metabolite gave significantly effect to all variables, except the germ tube width.  The diameter colony of F. oxysporum was inhibited 27.99 – 35.43%, the length and width of conidia were inhibited 49.63% and 49.06%, the density of conidia was inhibited 75%, and the length of germ tube was inhibited 62.47%.  The higher concentration of secondary metabolites the bigger  the growth inhibition of  F. oxysporum. Keywords: Fusarium oxysporum, secondary metabolites, Trichoderma sp., in vitro, infra red photometer
Identifikasi Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava) dengan Menggunakan Perangkap Antraktan Metil Eugenol Hittah Murniati; Tunjung Pamekas; Mutiara Mutiara
Proceedings Series on Physical & Formal Sciences Vol. 4 (2022): Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian dan Perikanan
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pspfs.v4i.481

Abstract

Jambu biji (Psidiun guajava) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia karena rasa, aroma, serta berbagai manfaatnya bagi kesehatan. Salah satu spesies hama utama yang banyak menyerang buah dan sayuran di Indonesia adalah Bactrocera spp. Methyl eugenol dilaporkan dapat mengendalikan lalat buah pada tanaman jambu biji. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi spesies lalat buah yang terdapat pada tanaman jambu biji. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2022. Sampel lalat buah diambil dengan perangkap metil eugenol yang dipasang di tanaman jambu biji dan identifikasi lalat buah dilakukan di Laboratorium Karantina Tumbuhan. Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bengkulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 (tiga) spesies lalat buah yang menyerang buah jambu biji, yaitu Bactrocera umbrosa, B. papayae, dan B. carambolae.
Respon Pertumbuhan 10 Galur Padi Rawa (Oryza sativa l.) Rakitan Universitas Bengkulu Terhadap Penyakit Blas di Rumah Kassa Sella Tuti Febriani; Tunjung Pamekas; Nela Zahara
Proceedings Series on Physical & Formal Sciences Vol. 4 (2022): Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian dan Perikanan
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pspfs.v4i.526

Abstract

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas utama sebagai sumber pangan masyarakat Indonesia. Dalam usaha memenuhi kebutuhan pangan, pengembangan galur padi rawa perlu digalakkan. Serangan penyakit blas yang disebabkan oleh Pyricularia oryzae menjadi faktor penghambat dalam usaha budidaya padi rawa. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pertumbuhan sepuluh galur padi rawa terhadap serangan penyakit blas. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2021 hingga April 2022 di Laboratorium Proteksi Tanaman dan greenhouse Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan 10 galur padi rawa (UBPR 1, UBPR 2, UBPR 3.UBPR 4, UBPR 6, UBPR 7, UBPR 8, UBPR 9, UBPR 10 dan UPBR 11 serta varietas INPARI 32 sebagai pembanding). Tahapan penelitian meliputi peremajaan patogen P. oryzae, persiapan media tanam padi, penyemaian benih padi, penanaman, inokulasi patogen P. oryzae, dan pemeliharaan. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, jumlah trikoma, tingkat kehijauan daun, jumlah stomata, jumlah malai, jumlah dan bobot biji bernas, bobot biji hampa, dan bobot brangkasan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ke 10 galur uji memiliki respon pertumbuhan yang sangat bervariasi. Dari sisi produksi ke 10 galur uji memiliki respon pertumbuhan dibawah varietas pembanding INPARI 32.
Induksi Pertumbuhan dan Ketahanan Tanaman Cabai Terhadap Penyakit Antraknosa dengan Aplikasi Cendawan Endofit Tunjung Pamekas; Hartal Hartal; Sapnah Holiza
Proceedings Series on Physical & Formal Sciences Vol. 4 (2022): Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian dan Perikanan
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pspfs.v4i.533

Abstract

Penyakit antraknosa yang disebabkan oleh patogen Colletotrichum sp. menyebabkan gejala mati pucuk pada tanaman cabai dan selanjutnya pucuk menjadi kering berwarna coklat kehitam-hitaman. Patogenisitas Colletotrichum sangat kuat sehingga dapat menurunkan produksi cabai. Kehilangan hasil akibat penyakit antraknosa mencapai lebih dari 50% di seluruh dunia, terutama di wilayah tropis dan sub tropis. Penyakit ini juga ditemukan pada buah cabai pascapanen yang kerusakannnya dapat mencapai 50%, karena nilai estetika dari buah cabai menjadi rusak. Colletotrichum merupakan cendawan tular udara yang dapat menginfeksi bagian duan, batang dan buah. Pada saat serangan berat, seluruh bagian buah cabai akan mengering dan keriput. Tindakan budi daya yang tepat dibutuhkan untuk menjaga produksi hasil cabai tetap stabil bahkan meningkat, salah satunya dengan pemberian mikroba pemacu pertumbuhan tanaman salah satunya yaitu menggunakan cendawan endofit. Tujuan penelitian adalah untuk mengevalusi induksi pertumbuhan dan ketahanan tanaman cabai dengan aplikasi cendawan endofit. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Juli 2021 di Laboratorium Proteksi Tanaman dan greenhouse Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan empat jenis cendawan endofit, yaitu A= belum teridentifikasi, B= Rhizoctonia sp. 1, C= Curvularia sp. dan D=Rhizoctonia sp. 2 serta E=tanpa cendawan endofit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi cendawan endofit memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan tanaman cabai, namun aplikasi cendawan endofit mampu menurunkan keparahan penyakit antraknosa pada tanaman cabai. Aplikasi cendawan endofit mampu memacu pembentukan senyawa asam salisilat pada tanaman cabai.
DETEKSI MOLEKULER DAN ANALISIS GENETIK BEGOMOVIRUS PADA TANAMAN CABAI DI DESA PEMATANG DONOK Ewa Aulia; Mimi Sutrawati; Tunjung Pamekas
Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Vol 24 No 2 (2022)
Publisher : BPFP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31186/jipi.24.2.69-74

Abstract

[MOLECULAR DETECTION AND GENETIC ANALYSIS OF BEGOMOVIRUS ON CHILLI IN PEMATANG DONOK VILLAGE]. Many symptoms of yellow curly leaf disease, but there have been no reports of viral species infected the chili plants.   The research was aimed  to determine the disease incidence of yellow leafcurl disease and detection of Begomovirus infected chilli plants in Kepahiang regency based on  polymerase chain reaction (PCR). Sampling was done by purposive sampling method based on the symptoms; yellow leafcurl, leaf malformation, and stunting. Virus detection with PCR method using general primer Begomovirus (SPG 1/2). The PCR product was sent to First Base, Malaysia for DNA sequencing. Sequencing data were analyzed using MEGA 6 (Molecular Evolutionary Genetics Analysis) software for phylogenetic tree construction. Based on field observations, the incidence of disease ranged from 96.4%-100% and the whitefly vector insect (Bemisia tabaci) was found. PCR using general primers Begomovirus obtained DNA bands measuring 912 bp according to the primary target. Based on the Blastn results, the nucleotide sequences of three Begomovirus samples from Pematang Donok Village had nucleotide similarities with the Pepper yellow leaf curl Indonesia virus (PYLCIV) isolates from Bali and Java contained in the GenBank database, with a nucleotide similarity value of 91.77%-98.99%.  
Sekolah Lapang Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT) di Desa Sumber Agung Bengkulu Utara Dwinardi Apriyanto; Tunjung Pamekas; Nadrawati
DHARMA RAFLESIA Vol 20 No 2 (2022): DESEMBER
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/dr.v20i2.21471

Abstract

Produktivitas lahan sawah beririgasi di Desa Sumber Agung, Bengkulu Utara masih rendah. Petani mempraktekkan budidaya padi secara konvensional dengan masukan pupuk dan pestisida kimia. Sekolah lapang pengelolaan hama terpadu (SLPHT) dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang ekosistem tanaman dan produktivitas padi sawah, dan mengurangi penggunaan pestisida kimia. Kegiatan dilakukan pada demplot seluas +7.500 m2, untuk membandingkan sistem pengelolaan hama terpadu (PHT) dengan sistem konvensional. Petani peserta SLPHT dilatih melakukan pengamatan ekosistem tanaman setiap minggu selama satu musim tanam (11 kali pertemuan). Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan petani tentang ekosistem padi dan pengelolaan tanaman sehat dan hama penyakit tanaman hampir dua kali lipat dengan skor nilai dari 42.72 menjadi 83.52. Aplikasi pestisida nabati dan agensia hayati dilakukan pada petak PHT sebanyak 3 kali,  sedangkan aplikasi pada petak konvensional sebanyak 8 kali dengan menggunakan pestisida kimia. Serangan dari hama burung pipit yang tidak bisa ditanggulangi menyebabkan produktivitas rendah. Hasil ubinan gabah kering panen (GKP) pada petak PHT adalah 2.3 + 0.36 kg (setara 2.172 ton per Ha) sedangkan pada petak konvensional 2.06 + 0.38 kg (setara 1.94 per Ha).
Infection of Ageratum yellow vein virus on Weed Crassocephalum crepidioides in Bengkulu Nia Kurniati Br. Marpaung; Mimi Sutrawati; Dwi Wahyuni Ganefianti; Ridha Rizki Novanda; Tunjung Pamekas
Jurnal Fitopatologi Indonesia Vol 19 No 1 (2023)
Publisher : The Indonesian Phytopathological Society (Perhimpunan Fitopatologi Indonesia)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14692/jfi.19.1.39-44

Abstract

Beberapa jenis gulma dengan gejala infeksi virus ditemukan pada tiga sentra pertanaman pepaya (Carica papaya) di Provinsi Bengkulu, Indonesia. Gejala pada gulma ialah tulang daun dan lamina daun menguning, mosaik kuning, dan keriting. Gejala tersebut mirip dengan gejala infeksi Begomovirus pada beberapa jenis tanaman. Penelitian dilakukan dengan tujuan mendeteksi dan mengidentifikasi spesies Begomovirus pada spesies gulma Crassocephalum crepidioide. Deteksi Begomovirus dilakukan dengan metode polymerase chain reaction menggunakan sepasang primer universal Begomovirus, SPG1/SPG2. Pita DNA berukuran 912 pb berhasil diamplifikasi dari sampel gulma C. crepidioides dengan gejala daun keriting. Berdasarkan analisis Blastn, sampel Begomovirus asal gulma C. crepidioides memiliki kekerabatan yang paling dekat dengan Ageratum yellow vein virus (AYVV) isolat asal Taiwan (DQ866134.1) dengan homologi sebesar 99%. Hasil penelitian ini merupakan laporan pertama infeksi AYVV pada C. crepidioides di Indonesia.
Respon Pertumbuhan Tanaman Melon (Cucumis melo L.) Terinfeksi Penyakit Embun Tepung Terhadap Aplikasi Cendawan Endofit Lidya Herlina Siadari; Tunjung Pamekas; Nadrawati Nadrawati
National Multidisciplinary Sciences Vol. 2 No. 3 (2023): Proceeding SEMARTANI 2
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/nms.v2i3.283

Abstract

Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu jenis tanaman semusim yang masuk ke dalam family Cucurbitaceae. Salah satu penyakit yang sering ditemukan menyerang tanaman melon adalah penyakit embun tepung. Serangan yang tinggi akibat penyakit ini akan mempengaruhi aktifitas fotosintesis dan pertumbuhan dari tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh cendawan endofit hasil koleksi Laboratorium Proteksi Tanaman Universitas Bengkulu terhadap pertumbuhan tanaman melon yang terinfeksi penyakit embun tepung. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yang terdiri dari 5 perlakuan isolat cendawan endofit dan 1 kontrol. Cendawan endofit yang digunakan sebanyak adalah hasil seleksi patogenisitas pada penelitian sebelumnya. Aplikasi cendawan endofit pada tanaman dilakukan dengan menyiramkan suspensi endofit di sekitar perakaran tanaman sebanyak 10 ml per tanaman dengan kerapatan 106 spora/ml. Cendawan endofit diaplikasikan sebanyak 10 ml per tanaman dengan cara di semprotkan pada permukaan daun. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, tingkat kehijauan daun, suhu dan kelembaban sampai pengamatan 4 MSI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pada respon pertumbuhan tanaman melon antara perlakuan. Namun saat tanaman berusia 4 MSI terjadi peningkatan pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun pada perlakuan C4 (Aspergilus sp.) yang lebih baik dari pada kontrol yaitu mencapai 115 cm dengan jumlah daun sebanyak 15 helai
Pengujian Kesehatan 4 Varietas Benih Sorgum (Sorghum bicolor L.) Tunjung Pamekas; Hendri Bustamam; Ferdinand Gherrisyah M; Usman Kris Joko Suharjo; Edi Susilo
Proceedings Series on Physical & Formal Sciences Vol. 5 (2023): Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian dan Perikanan
Publisher : UM Purwokerto Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/pspfs.v5i.719

Abstract

Kesehatan benih sorgum sangat mendukung terciptanya tanaman sorgum yang sehat dan berproduksi tinggi. Tujuan dari penelitian adalah untuk menguji kesehatan 4 varietas benih sorgum dengan metode seedling symptom test. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2021 hingga Januari 2022 di Laboratorium Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Varietas sorgum yang dipakai adalah Super 1, Suri 3 Agritan, Suri 4 Agritan, dan Numbu yang berasal dari Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia (BALITJAS) Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Suri 4 Agritan memiliki daya kecambah, tinggi tanaman, jumlah daun dan panjang akar yang paling rendah, namun varietas tersebut memiliki persentase bibit terinfeksi yang paling kecil. Keempat varietas benih sorgum terserang patogen terbawa benih dari golongan cendawan, berturut turut 4, 6, 5 dan 3 species cendawan pada varietas Super 1, Suri 3 Agritan, Suri 4 Agritan, dan Numbu. Cendawan terbawa benih empat varietas sorgum adalah Aspergillus niger, Mucor sp, Pyricularia sp, Rhizopus sp, Curvularia sp, dan 4 isolat cendawan yang belum teridentifikasi.