Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN BUAH KARIKA SEBAGAI PENUNJANG EKONOMI MASYARAKAT TENGGERTOSARI JAWA TIMUR Roisatul Ainiyah; Desy Cahyaning Utami; Cahyaning Rini Utami
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 4, No 5 (2020): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3865.517 KB) | DOI: 10.31764/jmm.v4i5.3153

Abstract

Abstrak: Buah Karika memiliki persebaran habitat yang sempit, hanya mampu tumbuh di daerah pegunungan dengan suhu rendah. Buah ini mampu tumbuh dengan baik di Tengger, sehingga sangat sesuai untuk dibudidayakan di Tosari. Keinginan warga untuk bisa mengolah Karika menjadi produk olahan pangan bernilai ekonomi sangat tinggi, dengan tujuan untuk meningkatkan value added. Salah satunya adalah Komunitas Baladaun Mertasari yaitu kelompok masyarakat yang melakukan pengolahan buah karikadan merupakan mitra dalam Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini. Baladaun biasanya mengolah buah karika menjadi manisan karika dalam sirup. Banyak kendala yang dihadapi Baladaun dalam mengolah karika, yaitu, dalam proses produksi, ijin produksi, pemasaran, pendidikan, lingkungan, pertanian, dan sosial. PKM ini dilakukan dalam rangka pengembangan produk olahan buah karika baik berupa olahan pangan maupun non pangan. Tujuan dari PKM ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam melakukan diversifikasi produk olahan buah karika, sehingga jenis produk olahan mitra semakin bertambah dan kualitasnya menjadi lebih baik. Metode yang digunakan meliputi observasi, Forum Group Discussion (FGD), Pelatihan, Seminar, Workshop, dan Pendampingan. Produk olahan berupa sirup, selai, permen jelly, dodol buah, dan sabun karika. Untuk menunjang keberlanjutan poduk, dalam kegiatan PKM ini ditunjang dengan kegiatan seminar bertema keamanan pangan, workshop pemasaran online, dan pendampingan pengurusan ijin produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT). Pelaksanaan pengabdian menggunakan pendekatan partisipasi kelompok. Hasil PKM yang telah dilaksanakan berupa peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kualitas produk mitra yang diukur berdasarkan pengisian kuisioner oleh mitra, serta peningkatan jenis produk yang tadinya hanya satu produk menjadi 6 produk. Abstract: Karika fruit has a narrow distribution habitat, only able to grow in mountainous areas with low temperatures. This fruit is able to grow well in Tengger, so it is very suitable for cultivation in Tosari. Citizens are able to process Karika into processed food products with very high economic value, with the aim of increasing added value. One of them is the Baladaun Mertasari Community, a community group that processes karika fruit, and is a partner in this Community Partnership Program Baladauns usually process karika fruit into karika sweets in syrup. Many ngehap related to Baladaun in cultivating karika, namely in the production process, production permits, marketing, education, environment, agriculture, and social. This PKM is carried out in the context of developing karika fruit processed products in the form of processed food and non-food products. The purpose of this PKM is to increase the knowledge and skills of partners in diversifying karika fruit processed products, so that the types of processed products of partners are increasing and the quality is better. The methods used include observation, FGD, training, seminars, workshops, and mentoring. Processed products are syrup, jam, jelly candy, fruit lunkhead, and karika soap. To support the sustainability of products, this PKM activity is supported by seminars on the theme of food safety, online marketing workshops, and assistance in obtaining a Home Industry Food production permit (PIRT). The implementation of the service uses a group participation approach. The results of the PKM that have been implemented are in the form of increased knowledge, skills and product quality as measured by filling out questionnaires by partners, as well as increasing types of products from only one product to 6 products.
ANALISIS USAHA TERASI UDANG DI DESA TAMBAK LEKOK KABUPATEN PASURUAN Zaini Musthofa; Roisatul Ainiyah

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.33 KB) | DOI: 10.35891/tp.v9i2.1191

Abstract

Potensi kelautan dan perikanan Kabupaten Pasuruan meliputi wilayah perairan laut yang mencapai sekitar 48 km mulai Kecamatan Nguling, Lekok, Rejoso, hingga Bangil. Desa Tambaklekok merupakan desa pesisir di Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan, dikenal sebagai tempat pengolahan hasil perikanan, seperti kerupuk ikan, keripik ikan, petis ikan, i kan asin, ikan asap, terasi, dan lain-lain. Terasi memiliki nilai ekonomis tingg i. Penduduk Desa Tambaklekok yang mata pencaharian sebagai nelayan mencapai 45% dari jumlah total penduduk, dan hanya ada 5 (lima) kepala keluarga yang memiliki usaha pembuatan terasi. Hal ini mengindikasikan wilayah Tambaklekok berpotensi bagi pengembangan usaha pembuatan terasi.Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis potensi kelayakan usaha pembuat an terasi udang di Desa Tambaklekok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, dengan melakukan pendekatan melalui observasi, wawancara, dan kuesioner. Analisis kelayakan usaha dilakukan dengan pendekatan harga produksi, Break Even Point (BEP), R/C Ratio (Return Cost of Ratio), B/C Ratio (Benefit Cost of Ratio).Hasil analisis finansi al diketahui bahwa dari perhitungan rata-rata nilai R/C ratio dan B/C ratio, yang dapat menentukan kelayakan usaha terasi di Desa Tambaklekok. Diketahui bahwa usaha terasi mendapat nila i B/C ratio < 1 yaitu 0,82. Hal ini menunjukkan bahwa usaha terasi di Desa Tambaklekok tidak layak dijalankan. Namun, jika menurut kriteria R/C ratio, nilai R/C ratio > 1 yaitu sebesar 1,82. Hal ini menunjukkan usaha terasi di Desa Tambaklekok dapat dikatakan layak untuk dilanjutkan dan dikembangkan.Hasil tersebut menunjukan perhitungan rata-rata nilai R/C ratio, usaha teras i di Desa Tambaklekok termasuk kategori menguntungkan dan layak dilanjutkan.
Formulasi sabun karika (Carica pubescens) sebagai sabun kecantikan dan kesehatan Roisatul Ainiyah; Cahyaning Rini Utami

Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (610.031 KB) | DOI: 10.35891/agx.v11i1.1652

Abstract

Soap is a mixture of sodium compounds with fatty acids that are used as a body cleansing agent, in the form of solid, foam, with or without other additives and does not cause irritation to the skin. To improve quality, bath soap can be given additional ingredients that contain vitamins and various nutrients needed by the skin such as the addition of extracts of karika fruit (Carica pubescens). The purpose of this research is to find out the right formulation in making karika soap. This research used an experimental method with randomized block design (RCBD), consisting of two factorial variations in the concentration of karika juice (0%, 100%, 80%, 60%) and variations in the concentration of NaOH (30%, 35%, and 40% ) so that 12 treatments were obtained each with 3 replications. The process of making soap uses the hot process method. Soap quality analysis is carried out by comparing the results of chemical tests for karika soap with SNI 06-3532-1994 (SNI for solid bath soap), foam stability test, soap hardness, and organoleptic test. The data obtained were analyzed using ANOVA with a confidence interval of 5%. If an effect is found on one of the variebel, a further Tukey test is performed. The results showed that the water content, pH, and free alkali did not meet SNI, while the amount of fatty acids and mineral oil was in accordance with SNI, the significant difference between treatments was only in the water content. Karika soap has abundant and stable foam. The higher concentration of karika juice make the lower hardness of the soap. Organoleptic test results showed a low level of preference for panelists on karika soap products. The suggestion from this research is that karika juice can be tried to applied it in the liquid bath.
KEANEKARAGAMAN SERANGGA DIURNAL DAN NOCTURNAL PADA HUTAN TAMAN KEHATI SAPEN NUSANTARA DI KABUPATEN PASURUAN Endik Deni Nugroho; Dwi Anggorowati Rahayu; Roisatul Ainiyah; Amang Fathurrohman; Zainul Ahwan; Muhammad Dayat; Mulyono Wibisono; Fafit Rahmat Aji; Kasiman Kasiman; Khoirul Anam
Borneo Journal Of Biology Education (BJBE) Vol 3, No 2 (2021): Oktober
Publisher : Prodi Pendidikan Biologi Universitas Borneo Tarakan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.512 KB) | DOI: 10.35334/bjbe.v3i2.2124

Abstract

AbstrakKeberadaan serangga dapat dijadikan sebagai indikator keseimbangan ekosistem. Spesies serangga diurnal dan nokturnal juga terdapat di Hutan Sapen. Hal ini dikarenakan serangga tersebut mendapatkan persediaan makanan dan lingkungan yang mendukung untuk hidup. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengukur keanekaragaman, dan kemerataan serangga diurnal dan nokturnal pada Hutan Taman Kehati Sapen Nusantara.  Pengumpulan spesimen dapat dilakukan secara teknik jelajah, yaitu terjun langsung ke lapangan dalam pengamatan dan pengambilan sampel. Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu serangga yang aktif pada pagi sampai sore (serangga diurnal), dan serangga yang aktif pada malam hari (serangga nokturnal). Metode yang digunakan dalam pengamatan dan pengkoleksian serangga yaitu teknik tangkap langsung (direct sweeping) dan teknik jebakan (Trapping). Analisis data melalui identifikasi sampel, indeks Keanekaragamn (H’) dan Indeks Kemerataan (E). Hasil penelitian total temuan serangga malam dan serangga diurnal yaitu 344 individu, yang terdiri dari 8 ordo, 16 famili dan 35 spesies serangga terbanyak yaitu pada ordo Lepidoptera dan Ordo Orthoptera. Indeks Keanekaragaman (H’) pada serangga diurnal sebesar 2,363 dan serangga nokturnal sebesar 2,410 yang menunjukan bahwa nilai masing-masing serangga berkategori keanekaragaman sedang. Sedangkan Indeks kemerataan serangga diurnal sebesar 0,8 dan serangga nokturnal sebesar 0,9 yang menunjukan bahwa nilai masing masing serangga tersebut berkategori tinggi.Kata kunciSerangga Diurnal, Serangga Nokturnal, Keanekaragaman, Kemerataan, Hutan Sapen AbstractThe presence of insects can be used as an indicator of the balance of the ecosystem. Diurnal and nocturnal insect species are also found in the Sapen Forest. The abundance of insects is due to food supplies and a supportive environment to live in. This study was conducted to measure the diversity and even distribution of diurnal and nocturnal insects in the Sapen Nusantara Conservation Forest. Specimen collection was carried out through the roaming technique, going directly to the field for observation and sampling. The samples taken in this study were active from morning to evening (diurnal insects) and active at night (nocturnal insects). The methods used in observing and collecting insects are direct sweeping and trapping. Data analysis consists of sample identification, the diversity index (H') and Evenness Index (E). The results of the study total findings of nocturnal insects and diurnal insects were 344 individuals, consisting of 8 orders, 16 families and 35 species. Most insects are in the order Lepidoptera and Order Orthoptera. The Diversity Index (H') for diurnal insects is 2,363, and nocturnal insects are 2,410, which shows that the value of each insect is categorized as moderate diversity. While the evenness index of diurnal insects was 0.8 and nocturnal insects was 0.9, which showed that the value of each insect was in the high category.Keywords: Sapen Forest, Diurnal Insects, Nocturnal Insects, Diversity, Evenness
STARTUP LAWANG EKSPOR SEBAGAI PINTU UTAMA UMKM PERIKANAN PASURUAN GOES TO EKSPOR Solikhatin Solikhatin; Roisatul Ainiyah
Journal of Agricultural Socio-Economics (JASE) Vol. 3 No. 2 (2022): Journal of Agricultural Socio-Economics (JASE)
Publisher : University of Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/jase.v3i2.16534

Abstract

Pandemi covid-19 telah mengganggu stabilitas perekonomian nasional. Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional, salah satunya dengan meningkatkan ekspor. Kegiatan ekspor tidak hanya dapat dilakukan oleh perusahaan besar saja, melainkan juga para pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, & Menegah). Untuk meningkatkan ekspor, kementerian perdagangan bekerjasama dengan sekolah ekspor berusaha mencetak eksportir baru, salah satunya bermitra dengan program kampus merdeka melalui program studi independen bersertifikat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan startup ekspor melalui program studi independen bersertifikat. Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan dengan metode kualitatif. Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah terbentuknya startup ekspor yang bernama Lawang Ekspor. Lawang ekspor merupakan komunitas yang bekerja dengan konsep menjadi fasilitator ekspor bagi UMKM perikanan di Pasuruan. Untuk menunjang kegiatan ekspor, maka Lawang Ekspor bekerja sama dengan UMKM melakukan pengembangan produk berupa abon lele yang diproduksi oleh UMKM Fresh. Setelah produk siap kemudian dilakukan onboarding di marketplace dan pameran dagang dalam skala nasional dan internasional.
Diversity of bird agroforestry species in Sapen Nusantara Conservation Park of Mount Arjuno, Pasuruan Endik Deni Nugroho; Dwi Anggorowati Rahayu; Roisatul Ainiyah; Amang Fathurrohman; Zainul Ahwan; Muhammad Dayat; Mulyono Wibisono; Fafit Rahmat Aji; Kasiman Kasiman
Edubiotik : Jurnal Pendidikan, Biologi dan Terapan Vol 8 No 01 (2023): Edubiotik : Jurnal Pendidikan, Biologi dan Terapan
Publisher : Biology Education Department, IKIP Budi Utomo, Malang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33503/ebio.v8i01.2680

Abstract

The Sapen Nusantara Conservation forest park is agroforestry that has certain vegetation. The vegetation in Sapen Nusantara Protected forest park seems to support the existence of birds as wildlife that need a living habitat. The existence of bird species in Sapen Nusantara Protected forest park is very important in supporting agroforestry vegetation. However, until now the diversity of bird species there has not been identified and recorded properly. The forest is one of the buffer forests of Mount Arjuno protection forest, so the ecosystem must be maintained. This study aims to analyze the diversity of bird species in the agroforest forest area in Sapen Nusantara Conservation forest park, Ledug Village, Pasuruan. The research was conducted in July 2021 using the direct observation method (point count) on ecotourism routes by calculating and recording the trails traversed using GPS, sampling by observing walking along the path/road accompanied by predetermined observation points, identification based on MacKinnon et al., (2010) and information on the status of its protection. Data analysis used the Shannon-Wiener diversity index, evenness index, and species richness index. The results of the study identified 18 bird species from 16 families with a total of 169 individuals. Of all the birds found, 18 species are listed in IUCN status, and 4 are listed in the protected status PP No. P.106 of 2018 and 3 species are listed in the CITES category Appendix II. It is known that the Shannon diversity index (H'=2,547) is in the medium diversity category. species evenness index (E=0.9) with a high evenness category and stable community. Then the specific wealth index (R=3.31) with the category of species richness is classified as medium. The presence of birds in the Sapen Nusantara conservation park forest indicates that the ecosystem in the forest is still maintained and this cannot be separated from the role of the community, especially the Ledug Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), which manages and maintains the forest.
Formulasi Insektisida Nabati Kombinasi Daun Brugmansia suaveolens Bercht. & J. Presl dan Daun Swietenia macrophylla King untuk Mengendalikan Hama Hypothenemus hampei Ferr. Ainiyah, Roisatul; Nugroho, Endik Deni; Fathurrohman, Amang; Ahwan, Zainul; Dayat, Muhammad; Wibisono, Mulyono; Aji, Fafit Rahmat; Kasiman, Kasiman; Anam, Khoirul
Agrikultura Vol 34, No 2 (2023): Agustus, 2023
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v34i2.43158

Abstract

Hama utama yang menyerang tanaman kopi adalah Hypothenemus hampei Ferr. Keberadaan hama ini menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya produksi kopi. Pengendalian yang umum dilakukan adalah menggunakan insektisida sintetik yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan. Semnetara itu, tanaman kecubung gunung (Brugmansia Suaveolens) dan mahoni (Swietenia macrophylla) mengandung metabolit sekunder yang memiliki potensi sebagai bahan insektisida nabati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan fitokimia dan efektivitas insektisida nabati kombinasi daun B. suaveolens dan daun S. macrophylla dalam mengendalikan H. hampei. Penelitian dilakukan selama November 2021 sampai Januari 2022 di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan dan Laboratorium Biologi ITSNU Pasuruan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima formulasi perbandingan daun B. suaveolens dan S. macrophylla, yaitu F1 (500 g : 0 g), F2 (350 g : 150 g), F3 (250 g : 250 g), F4 (150 g : 350 g), dan F5 (0 g : 500 g) serta pelakuan kontrol negatif (air) dan kontrol positif (insektisida berbahan aktif karbaril 85%), masing-masing diulang tiga kali. Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder sedangkan uji efektivitas dilakukan untuk mengetahui tiga parameter uji yaitu intensitas serangan, lethal time (LT50), dan mortalitas. Data dianalisis menggunakan Anova dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima formulasi insektisida nabati mengandung senyawa fenol, tanin, saponin, alkaloid, flavonoid, triterpenoid, dan steroid (kecuali F1 tidak mengandung saponin). Hasil uji efektivitas menunjukkan formulasi F2 dapat mengendalikan H. hampei dengan intensitas serangan sebesar 4,7 lubang gerekan mendekati kontrol positif (4,3 lubang gerekan), lethal time LT50 14,6 jam, dan mortalitas sebesar 53,3%.
Pemanfaatan Limbah Cangkang Rajungan (Portunus Pelagicus Linn) Sebagai Bahan Tambahan Pada Pakan Ternak Burung Puyuh Fatimatuz Zahro; Roisatul Ainiyah

Publisher : Lempuk: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keberadaan limbah rajungan dianggap sebagai permasalahan yang berpotensi mencemari lingkungan, salah satu limbah padat yang dihasilkan adalah cangkang dengan jumlah cukup banyak. Salah satu pemanfaatan limbah cangkang rajungan adalah dengan dijadikan sebagai tepung. Pemanfaatan limbah cangkang rajungan dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara mengolah limbah rajungan sebagai bahan tambahan pada ransum burung puyuh.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif untuk mengetahui kandungan kalsium yang ada dalam pakan. Data yang didapat dari hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif untuk menarik sebuah kesimpulan hasil penelitian.Hasil penelitian menunjukkan kadar kalsium setiap formula pakan ternak burung puyuh yang berbahan cangkang rajungan menunjukkan nilai yang berbeda, perlakuan R2 (dengan tambahan tepung cangkang rajungan 25%) merupakan perlakuan dengan kadar kalsium tertinggi yaitu 0,45%, kadar kalsium untuk 2 perlakuan lain yaitu R0 (tanpa tambahan tepung cangkang rajungan) dan R1 (dengan tambahan tepung cangkang rajungaan 15%) masing-masing memiliki kadar kalsium 0,20% dan 0,28%. Pada penambahan tepung cangkang rajungan 25% diduga akan memenuhi nutrisi pada pakan burung puyuh, akan tetapi jika dibandingkan dengan nilai kadar kalsium pada SNI 01-3931-2006 yakni antara 2,50-3,50% maka semua perlakuan tidak ada yang memenuhi syarat. Penggunaan tepung limbah cangkang rajungan sampai level 25% belum memberikan perbaikan kadar kalsium pada pakan burung puyuh.Kesimpulan dari penelitian ini Pemberian tepung cangkang rajungan dengan level 25% tidak berpengaruh terhadap formula pakan ternak burung puyuh. Penggunaan tepung limbah cangkang rajungan sampai level 25% belum memberikan perbaikan kadar kalsium pada pakan burung puyuh. Adapun saran yang diberikan penulis adalah untuk penelitian selanjutnya bisa ditingkatkan level penggunaan tepung cangkang rajungan untuk perbaikan kadar kalsium pada pakan burung puyuh.
Pengaruh Substitusi Kolagen Tulang Ikan Lele (Clarias Sp) Pada Sabun Padat Transparan Terhadap Hasil Uji Organoleptik Tiara Dewi Amalia; Roisatula Ainiyah

Publisher : Lempuk: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Catfish (Clarias sp) is one type of fish that lives in fresh water and is widely cultivated because it has economic value. Several processing industries derived from catfish produce waste in the form of bones, heads, entrails, scales, and skin. Fishery waste can be used as a product, one of which is collagen. Collagen can be derived from the bones of freshwater fish such as catfish (clarias sp). Collagen is a fibrous protein that gives strength and flexibility to tissues and bones and plays an important role in other tissues including skin and tendons. Currently, care products containing collagen are in great demand by the public. Soap is a cleanser with water media. Soap is made in two ways, namely the saponification process and the oil neutralization process. This study aims to determine the effect of bone collagen substitution of catfish (Clarias sp.) on moisture content, pH, and foam stability and the effect of substitution of bone collagen of catfish (Clarias sp.) on transparent solid soap on organoleptic test results. The method in this study used RAL with variations of 0g catfish bone collagen substitution; 2g; 4g; 6g; 8g substituted in 100g transparent solid soap. The results of the catfish bone collagen soap were tested by analysis of water content, pH, foam stability, and organoleptic tests (color, aroma, foam, rough impression, and itching reaction). The research data were analyzed using Analysis of variance (ANOVA) followed by Tukey's test and nonparametric statistics, namely Kruskal Wallis, while the organoleptic test data were analyzed using the Friedman test with a significance level of 5%. The best treatment uses the De Garmo method. The results showed that the addition of catfish bone collagen had a significant effect on water content, pH, and stability of transparent solid soap foam, and the effect of the treatment of catfish bone collagen substitution on transparent solid soap, there was a significant difference in the organoleptic results of color, aroma, foam and a rough impression but there was no significantly different to the organoleptic results of itching reactions. The best treatment for adding catfish bone collagen to transparent solid soap was obtained in treatment P2 (4 grams of Catfish Bone Collagen) with organoleptic test parameters including color 7.20 (like), aroma 6.80 (like), foam 8.12 (very good). like), bad impression 7.00 (like), itching reaction 7.00 (like).
Pengaruh Lama Pengeringan terhadap Karakteristik dan Organoleptik Mie Ikan Lele (Clarias gariepinus) Muhammad Izzuddin; Ernawati; Roisatul Ainiyah

Publisher : Lempuk: Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mie merupakan produk makanan yang sangat populer dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia maupun diluar negeri. Konsumsi mie di Indonesia tercatat sebagai yang terbesar kedua di dunia setelah negara Tiongkok/China. Jenis ikan yang sering digunakan sebagai bahan baku adalah ikan lele, Ikan lele (Clarias sp) merupakan ikan jenis konsumsi yang memiliki prospek cukup baik untuk dikembangkan, karena mudah untuk dibudidayakan dan tidak membutuhkan waktu yang lama, serta tahan dengan kondisi perairan yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pengeringan terhadap karakteristik dan organoleptik mie ikan lele kering. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak Lengkap (RAL) dengan 5 faktor perlakuan yaitu P1: 1 jam, P2: 1,5 jam, P3: 2 jam, P4: 2,5 jam, P5: 3 jam. Hasil produk mie ikan lele diuji dengan analisa kadar air, kadar abu dan uji organoleptik (warna, aroma, rasa, dan tekstur). Seluruh data dianalisa menggunakan ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Friedman. Hasil penelitan kesukaan panelis terhadap indikator warna, rasa, aroma, dan tekstur berbeda – beda. Nilai paling tinggi berturut-turut untuk warna pada P2 yaitu 3,55 (suka), rasa P5 yaitu 4,05 (suka);, aroma P5 yaitu 3,9 (suka) ; dan tekstur berada pada P4 yaitu nilai 4 (suka). Pada uji kadar air diperoleh nilai paling rendah adalah P5 yaitu 5,40% dan kadar abu tertinggi P5 yaitu 2,73%. Produk mie kering masih memenuhi standar mutu SNI 01-2974-1992