Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

EKSISTENSI ADAT DALAM KETERATURAN SOSIAL ETNIS DAYAK DI KAMPUNG BONSOR BINUA SAKANIS DAE Efriani Efriani; Jagad Aditya Dewantara; Meliya Fransiska; Iwan Ramadhan; Edy Agustinus
Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum Vol 6 No 1 (2021): Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum
Publisher : Universitas Kristen Satya Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.891 KB) | DOI: 10.24246/jrh.2021.v6.i1.p87-106

Abstract

Abstrak Masyarakat Dayak di Kampung Bonsor Binua Sakanis Dae, hingga kini menggunakan adat sebagai instrumen penyelesaian sengketa ataupun persoalan sosial budaya ini bertujuan untuk mengungkapkan eksistensi adat dalam keteraturan sosial masyarakat Dayak di Kampung Bonsor Binua Sakanis Dae. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografis yang dilakukan dengan wawancara secara mendalam, observasi partisipatif dan juga pendokumentasian data dan informasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa eksistensi adat sebagai sistem hukum di dalam kehidupan masyarakat di Kampung Bonsor Binua Sakanis Dae tampak dalam empat fenomena (1) diakui adat sebagai sistem nilai dan hukum oleh masyarakat di Kampung Bonsor, (2) terdapatnya pola kepemimpinan tradisional yang terstruktur dalam bentuk Binua, (3) terdapatnya prosedur penyelesaian sengketa/permasalahan berupa baras banyu, buah tangah, tail, dan pati nyawa, dan (4) memiliki jangkauan yang bersifat teritorial genealogis yang berlaku berdasarkan wilayah adat.
PERAN DAN TIPE MODAL SOSIAL DALAM MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI DESA TERTINGGAL Edy Agustinus; Albertus Albertus; Resky Nanda Pranaka
Proyeksi: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 25, No 2 (2020): PROYEKSI, Jurnal Ilmu Ilmu Sosial dan Humaniora
Publisher : FISIP Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (935.036 KB) | DOI: 10.26418/proyeksi.v25i2.2617

Abstract

Ditinjau dari aspek ekonomi, rendahnya pendapatan masyarakat dan tingginya harga komuditas pangan menyebabkan kemampuan untuk membeli pangan cenderung rendah. Keadaaan ini menjadi ancaman bagi masyarakat di Desa Tertinggal untuk menjamin ketersediaan atau ketahanan pangan rumah tangga mereka. Oleh karena itu, keberadaan modal sosial merupakan aspek yang sangat penting bagi mereka untuk menjamin agar pangan tetap tersedia. Data primer penelitian yang bersifat kualitatif ini dikumpulkan pada tahun 2016 dan dianalisis kembali ditahun 2020. Lokasi penelitian yakni di Desa Bilayuk, Kecamatan Mempawah Hulu Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat. Pada tahun 2016 dan 2020, Desa Bilayuk menyandang predikat Desa Tertinggal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran sekaligus tipe-tipe modal sosial dalam rangka mendukung ketahanan pangan di Desa Tertinggal. Rujukan utama yang dijadikan pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori modal sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran modal sosial khususnya rasa picaya’, telah melahirkan sikap kepedulian, toleransi, kebersamaan, tanggungjawab, partisipasi, simpati, empati, dan sifat altruism. Sikap-sikap itulah yang selama ini telah berkontribusi menjamin ketahanan pangan di Desa Biayuk. Sementara itu, tipe modal sosial yang ditemukan di Desa Tertinggal tersebut terdiri dari dua tipe yakni modal sosial horizontal dan modal sosial vertikal.
Faktor Karakteristik Kepala Keluarga yang Berhubungan dengan Kepemilikan Jamban di Desa Bengawan Ampar Kabupaten Landak Resky Nanda Pranaka; Edy Agustinus
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vol 32 No 1 (2022)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/mpk.v32i1.5291

Abstract

Environmental health is the main problem experienced by Indonesian people, particularly related with indicators of healthy houses, including the availability of toilets, safe drinking water, and household waste management. The environmental health problems in West Kalimantan is also similar, including low number of households having both access and improved sanitation, ownership of the improved sanitation in each household. The low access to latrines certainly indicates that there are many people who still defecate openly . The purpose of this study cross-sectional study is to determine factors related to the latrine ownership in Bengawan Ampar Village, Landak Regency. Variables of the study included education of householders, knowledge regarding toilet of householders , and healthy behavior of the family and ownership of a toilet. The population is residents of Bengawan Ampar Village, Kuala Behe ​​District, Landak Regency, and the sample size from proportional random sampling was 73 households. The instrumentused is a structured questionnaire and data collected were . analyzed using chi square test. The results of the analysis showed a significant relationship between education (p = 0.038), knowledge (p = 0.001), income (p = 0.005), and actions (p = 0.000) on latrine ownership. The study suggested that there is a need to increase knowledge, education, cleans, and healthy behaviour, have more job options and have better access to clean water. In addition, sanitationmanagers should be able to provide guidance and counseling to the community. Abstrak Kesehatan lingkungan masih menjadi masalah utama masyarakat Indonesia, terutama berkaitan dengan indikator rumah sehat yang meliputi kepemilikan jamban sehat, ketersediaan air minum, dan pengelolaan limbah rumah tangga. Masalah kesehatan lingkungan di Wilayah Kalimantan Barat adalah masih rendahnya rumah tangga yang memiliki sarana sanitasi (jamban) baik secara akses maupun jenis sarana yang layak. Rendahnya akses jamban tentu diikuti dengan sebagian masyarakat yang masih buang air besar baik di sembarang tempat. Tujuan penelitian potong lintang ini adalah menentukan determinan kepemilikan jamban di Desa Bengawan Ampar Kabupaten Landak dengan meliputi pendidikan kepala keluarga, pengetahuan kepala keluarga terkait jamban, dan perilaku hidup bersih keluarga. Populasi penelitian adalah penduduk DesaBengawan Ampar dengan jumlah sampel sebanyak 73 KK yang diambil secara proportional random sampling dengan instrument kuesioner terstruktur. Analisis data menggunakan uji chi square dan hasilnya menunjukkan hubungan antara pendidikan (p = 0,038), pengetahuan (p = 0,001), pendapatan (p = 0,005), dan tindakan (p = 0,000) terhadap kepemilikan jamban. Simpulan penelitian adalah terdapat hubungan yang siginifikan antara variabel pendidikan, pengetahuan, pendapatan, dan tindakan terhadap kepemilikan jamban. Saran dalam penelitian ini perlunya peningkatan pengetahuan, akses pendidikan, tindakan perilaku air bersih dan sehat,lapangan pekerjaan dalam meningkatkan pendapatan serta akses terhadap air bersih bagi masyarakat Desa Bengawan Ampar. Selain itu bagi pengelola sanitasi agar dapat memberikan pembinaan dan , penyuluhan kepada masyarakat.
Social Construction of Defecation Behavior in Disadvantaged Villages Edy Agustinus; Resky Nanda Pranaka; Efriani Efriani
Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 19, No 1 (2023)
Publisher : Department of Public Health, Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/kemas.v19i1.29422

Abstract

In 2020, the status of the Disadvantaged Village is pinned to Bengawan Ampar Village. The sanitation achievement is only 31% which indicates that defecation behavior in the area needs better direction. This study was conducted from July to December 2020. Informants were determined by purposive sampling. There are 8 informants, 4 have latrines, and the rest do not. They are 29-59 years old. This qualitative research aims to analyze the social construction of defecation behavior in people in disadvantaged villages. By using the analysis of the Miles and Huberman model, the study results confirm that most of the defecation behavior of the people of Bengawan Ampar Village is in the river and yard. The contributing factors include (1) the old habit of defecating in the river or yard; (2) economic conditions; (3) pigs are not penned; (4) limited infrastructure such as water, electricity, and roads; (5) lack of counseling; and (6) limited number of health workers.