Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Uji Ketahanan Tujuh Genotipe Kedelai (Glicine max (L.) Merril) Terhadap Serangan Karat Daun (Phakopsora pachyrhizi) Metode IWGSR Buyung Putra Adi Listanto; Sri Rahayu; Nurul Sjamsijah
Agriprima : Journal of Applied Agricultural Sciences Vol 1 No 1 (2017): MARET
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/agriprima.v1i1.23

Abstract

Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi kedelai adalah serangan penyakit karat daun yang disebabkan oleh jamur Phakopsora pachyrhizi. Untuk mendapatkan varietas unggul baru yang tahan terhadap serangan penyakit karat daun dapat dilakukan melalui kegiatan pemuliaan tanaman dan penujian tingkat ketahanannya menggunakan uji ketahanan metode IWGSR (International Working of Soybean Rush). Penelitian ini dilakukan di Desa Banjarsengon, Patrang, Jember. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial dengan 13 genotipe yang terdiri dari 4 tetua, meliputi: (1) Rajabasa, (2) Dering, (3) Polije-2 dan (4) Polije-3, 7 hasil persilangan RD, P2R, P2D, P2P3, P3R, P3D, P3P2 serta 2 varietas pembanding (1) Malabar, (2) Ringgit. Parameter pengamatan terdiri dari penghitungan   nilai   IWGSR, umur   berbunga, jumlah   polong, berat biji pertanaman, dan berat 100 biji. Kemudian data dianalisis menggunakan uji F (ANOVA) dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe P2D, P2P3, P3D, P3R dan P3P2 memiliki daya tahan terhadap serangan karat daun dengan notasi R (Resistance) dan memiliki masa berbunga cepat yaitu: 31,6 hari, 31, 8 hari, 32,2 hari, 31, 9 hari dan 32,4 hari. Hasil pertanaman ketiga genotipe tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan genotipe hasil persilangan yang lain dan empat tetua yaitu Rajabasa, Dering, Polije-2 dan Polije 3 dengan nilai P2D (16,6 gr), P2P3 (16,5 gr) serta P3D (16,9 gr). Berdasarkan penghitungan hasil per hektar genotipe P2D, P2P3, P3D, P3R dan P3P2 memiliki nilai tinggi yakni 2,76, 2,78, 2,67, 2,62 dan 2,70 ton.
Pengaruh Blotong Sebagai Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Tebu (Saccharum officinarum L.) Tiga Varietas Sistem Bud Chips Nantil Bambang Eko Sulistiyono; Irfa' Yudayantho; Sri Rahayu
Agriprima : Journal of Applied Agricultural Sciences Vol 2 No 2 (2018): SEPTEMBER
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/agriprima.v2i2.64

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui interaksi antara komposisi media tanam dan tiga varietas tebu sistem bud chips. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 02 Januari - 31 Mei 2017 bertempat di Lahan Politeknik Negeri Jember. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor dan diulang tiga kali. Faktor pertama adalah komposisi media tanam (M) yaitu M1 = tanah : blotong (50% : 50%), M2 = tanah : blotong (30% : 70%), M3 = tanah : blotong : pasir (10% : 70% : 20%) dan M4 = blotong (100%). Faktor ke-dua adalah varietas tebu (V) yaitu V1 = Varietas PS 881, V2 = Varietas PS 862 dan V3 = Varietas PS 864. Hasil sidik ragam signifikan, diuji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT). Berdasarkan hasil analisa bahwa perlakuan komposisi media tanam menunjukkan berbeda nyata pada berat basah akar. Perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah anakan, panjang akar, berat basah akar dan berat kering akar. Perlakuan interaksi berpengaruh nyata terhadap diameter batang, jumlah anakan, berat basah akar dan berat kering akar. Sedangkan jumlah daun dan berat basah brangkasan menunjukkan berpengaruh tidak nyata dari semua perlakuan yang diujikan terhadap pertumbuhan bibit tebu sistem bud chips.
Analisa Proksimat dan Kadar Kafein Pada Green Bean Robusta Berdasarkan Lama Waktu Fermentasi Eva Rosdiana; Rizky Nirmala Kusumaningtyas; Dian Galuh Pratita; Annisa Lutfi Alwi; Sri Rahayu
Jurnal Teknologi Agro-Industri Vol. 9 No. 2 (2022): Jurnal Teknologi Agro-Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Politeknik Negeri Tanah Laut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34128/jtai.v9i2.166

Abstract

Coffee is one of the commodities that provide additional foreign exchange for Indonesia. This is supported by the position of the country of Indonesia which is the number 4 producer of coffee beans in the world. One type of coffee that is cultivated in Indonesia is Robusta coffee. Robusta coffee is known as coffee that is resistant to various diseases and extreme environments, has superior properties and is very fast growing, therefore Robusta coffee is widely chosen to be planted by Indonesian. One of the step at coffee processing by full wash processing is fermentation. Fermentation is a process that produces chemical reactions involving other microorganism that breaking down polysaccharide into enzyme and monosaccharide. That process itself is influenced by several factors, including the number of bacterial inoculum, fermentation time, substrate (medium), temperature, oxygen, water and acidity (pH). The incubation period of fermentation is the most step that determine the quality of coffee. The purpose of this study was to determine the effect of the length of fermentation time on the wet coffee processing method on green beans robusta that produced by looking at several chemical parameters, including water content, ash content, fat content, carbohydrate content and caffeine content. The results showed that variations in fermentation time had a significant effect on the parameters of water content, ash, carbohydrates, fat and caffeine.
Aplikasi Berbagai Penambahan Pupuk Organik dan Penggunaan Mulsa Terhadap Produksi Benih Kentang Varietas Granola Kembang Eva Rosdiana; Sri Rahayu; Muhammad Ferdiansyah; Vega Kartika Sari
Agroteknika Vol 6 No 1 (2023): Juni 2023
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/agroteknika.v6i1.154

Abstract

Produksi kentang nasional saat ini hanya sebesar 1.314.650 ton dan luas tanam 68.223 ha, sedangkan produktivitasnya 19,27 ton/ha. Kondisi ini bisa dikatakan belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri Indonesia, ini disebabkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sekarang berjumlah 270,20 juta jiwa. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi kentang agar meningkat adalah dari faktor budidayanya diantaranya pemupukan dan penggunaan mulsa agar menghasilkan benih yang bermutu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Aplikasi Berbagai penambahan pupuk organik dan penggunaan mulsa terhadap produksi benih kentang varietas granola kembang. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah penambahan pupuk oganik yang terdiri atas tanpa pupuk organik (P0), 20 ton/ha pupuk kandang kambing kulit kopi (P1), 20 g ton/ha pupuk organik kascing (P2), dan 2 ton/ha pupuk organik pabrikan (P3). Faktor kedua adalah penggunaan mulsa plastik hitam perak (M1) dan tidak menggunakan mulsa plastik hitam perak (M2). Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan penambahan pupuk organik pabrikan menghasilkan tinggi tanaman tertinggi sebesar 147,70 cm pada umur 56 HST, jumlah daun tertinggi pada umur 28 HST sebesar 25,70 helai dan jumlah umbi pertanaman tertinggi sebesar 18,90 umbi. Perlakuan penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat meningkatkan tinggi tanaman umur 14 HST sebesar 10,24 cm, namun pada umur 42 HST dan 56 HST tanaman kentang tanpa diberi mulsa mempunyai tinggi tanaman tertinggi berturut-turut sebesar 73.80 cm dan 136.15 cm. Produksi umbi pertanaman serta produksi umbi per plot dan perhektar diperoleh paling banyak pada perlakuan yang tidak menggunakan mulsa PHP yaitu berturut-turut sebesar 18,65 g, 582,45 g, 13,74 kg dan 6,55 ton/ha.
URBAN FARMING SEBAGAI USAHA MENJAGA KETAHANAN PANGAN BERKONSEP SAYURAN HIJAU Eva Rosdiana; Nurul sjamsijah; Sri Rahayu; Dian Hartati
J-ABDI: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 2 No. 9: February 2023
Publisher : Bajang Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53625/jabdi.v2i9.4835

Abstract

Ketahanan pangan menjadi salah satu isu menarik di Perkotaan. Penduduk kota sekarang banyak bergantung pada hasil pedesaan untuk kebutuhan pangan. Namun pembangunan perkotaan mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian dan ruang terbuka hijau. Konsep urban farming membawa solusi menciptakan dan mengelola lahan terbuka ditengah banyaknya bangunan. Aktivitas urban farming pada masyarakat seperti tersedianya sayuran sebagai sumber nutrisi, impor sayura menjadi berkurang, menghijaukan lingkungan, dan membantu mengurangi dampak pemanasan global. Pemahaman lainnya tentang urban farming yaitu konsep untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kualitas hidup bagi dari segi makanan, gizi, kesehatan dan lingkungan sekitar. Target luaran yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah publikasi ilmiah, peningkatan penerapan iptek di masyarakat, perbaikan tata nilai masyarakat, dan jasa, rekayasa sosial, metode atau sistem, produk/barang. Metode kegiatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah dengan melakukan sosisalisasi kepada kelompok masyarakat mengenai manfaat dan cara pelaksanaan konsep Urban Farming dilanjutkan dengan melakukan pendampingan dalam membuat sebuah kebun berkonsep urban farming sebagai percontohan untuk masyarakat.
Pertumbuhan Setek Bibit Kopi Robusta Dengan Berbagai Komposisi Media Kompos Kulit Kopi Dan Perbedaan Jumlah Ruas Eva Rosdiana; Dian Galuh Pratita; Sri Rahayu; Rina Maharany; Rizky Nirmala Kusumaningtyas
Agrium Vol 20, No 2 (2023)
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/agrium.v20i2.12423

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komposisi media kompos sekam kopi dan jumlah pucuk optimum terhadap pertumbuhan bibit stek kopi. Politeknik Negeri Jember menjadi tempat penelitian ini. Rancangan acak kelompok faktorial (RBD) dengan dua komponen adalah pendekatan eksperimental yang digunakan. Komponen pertama adalah komposisi media kompos sekam kopi yang terdiri dari K0 = 1:1:1 (tanah, pasir, pupuk kandang), K1 = 0:1:1, K2 = 0:2:1, dan K3 = 0:1:2 (tanah, pasir, kompos sekam kopi). R1 = Bagian 1, R2 = Bagian 2, R3 = Bagian 3, dan R4 = Bagian 4 merupakan komponen yang kedua. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat nyata antara semua parameter (jumlah daun, lebar daun, tinggi pucuk, dan panjang akar) dengan komposisi media kompos sekam kopi dengan perbandingan 0:1:2 (K3) pada waktu pengamatan 104, 118, dan 132 HST. Semua parameter (jumlah daun, lebar daun, tinggi tajuk, dan panjang akar) berpengaruh nyata dengan perlakuan menggunakan nomor batang atas kedua (R2) pada pengamatan 104 hst, 118 hst, dan 132 hst. Jumlah tunas tidak berpengaruh pada sifat media kompos sekam kopi
Performance of F2 Generation Lines of Soybean (Glycine max. L) as Backcross Results of GHJ-4 and GHJ-5 with Ryoko as A Donor Parent Nurul Sjamsijah; Sri Rahayu; Eva Rosdiana; Putri Santika; Sepdian Luri Asmono
Journal of Applied Agricultural Science and Technology Vol. 7 No. 4 (2023): Journal of Applied Agricultural Science and Technology
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55043/jaast.v7i4.97

Abstract

The breeding of new high-yielding varieties is one of the solutions to the low productivity of soybeans in Indonesia. Superior genotypes of ‘GHJ-4 (A)’ and ‘GHJ-5 ’ were obtained in the previous study with an average weight of 13 g/100 seeds and a potential yield of 3 tons/ha. The attempt to increase the weight and size of the seeds of ‘GHJ-4’ and ‘GHJ-5’ was continued using the backcrossing method with ‘Ryoko  (>35 g/100 seeds) as a parent donor. F1 plants were obtained with an average weight of 15 g/100 seeds. This study aimed to determine the performance of the F2 generation of backcross in terms of the number of filled pods, the weight of 100 seeds, yield per plant (g), yield per plot (kg), and potential yield per hectare (tons/ha), as well as the heritability value of the genotypes. In this particular study, the F2 seeds from F1 plants were then planted and observed. This study used a non-factorial randomized block design (RBD) with 11 soybean genotypes, each consisting of 3 replications. The results showed that the F2 generations (GHJ-4XRyoko, RyokoXGHJ -5, and GHJ-4XGHJ-5) are considered as prospective new high-yielding varieties with a potential yield of ≥ 3.5 tons/ha, which have successfully restored the trait of ‘Ryoko’ and surpassed the performance of ‘GHJ-4’ and ‘GHJ-5’ as their parents in all parameters. The heritability value of the genotypes tested belongs to the high category, on the parameters of the number of filled pods (96.937 %), yield per plant (98.102 %), the weight of 100 seeds (99.132%), yield per plot (92.605 %) and potential yield per hectare (92.257 %).  For the parameters observed, the back cross yields of harvest age were 72-74 HST, the weight of 100 grains was 17-18 grams and the yield per hectare was around 4 tons/ha. The heritability value shows that the observed traits are inherited from parents on average more than 90% and the selection that will be used is pedigree selection.
Response of Growth and Seed Yield of Mung Bean (Vigna radiata L.) to Chicken Manure and Banana Hump Liquid Organic Fertilizer Application Leli Kurniasari; Feri Anggriawan; Sri Ayu Dwi Lestari; Nanti Bambang Eko Sulistyo; Rahmat Ali Syahban; Sri Rahayu
Jurnal Teknik Pertanian Lampung (Journal of Agricultural Engineering) Vol 13, No 1 (2024): March 2024
Publisher : The University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jtep-l.v13i1.147-154

Abstract

Mung bean is highly important legume crop in Indonesia. Attempts to improve the yield and quality of mung bean seeds can be done through improving the planting media by adding organic fertilizer. The objective of this study was to determine the response of growth and seeds production of mung bean due to chicken manure and banana hump organic fertilizer. The research was performed in the greenhouse at the Balai Pengujian Standar Instrumen Tanaman Aneka Kacang (BSIPTAKA), Muneng Probolinggo. This study was structured in a factorial block design with three replications executed randomly. The first factor was doses of CM consisting of 0, 8.3, 16.7, and 25 ton/ha. The second factor was concentrations of banana hump liquid organic fertilizer (LOF) consisting of 0, 10, 20, and 30 ml/L. The result showed that doses of CM had a significant effect on plant height at 10 DAP, seed weight per plant, and seed yield. The interaction between CM doses and banana hump LOF was able to increase leaf chlorophyll index at 30 DAP. Combination of 16.7 ton/ha CM and 20 ml/L banana hump LOF produced the highest average chlorophyll index of 55.07 CCI. Keywords: Chlorophyll index, Manure, Mung bean, Organic fertilizer, Seed.