Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

ANALISIS FONOLOGI PADA ANAK DOWN SYNDROME USIA 10 TAHUN (STUDI KASUS) DAN IMPLEMENTASINYA TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA TEKS DESKRIPSI TEMATIK DI SLB Kholifah Karismawati; Sintowati Rini Utami; N. Lia Marliana
Jurnal Bahastra Vol 6, No 1 (2021): Edisi September 2021
Publisher : Universitas Islam Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30743/bahastra.v6i1.4116

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang bentuk-bentuk penyimpangan yang terdapat pada ujaran anak down syndrome usia 10 tahun serta implikasinya terhadap keterampilan berbicara teks deskripsi. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus kualitatif dengan metode deskriptif yang terdiri atas metode simak dan cakap. Fokus analisis penelitian ini adalah pola bunyi atau ujaran pada tuturan anak down syndrome usia 10 tahun. Hasil analisis data menunjukkan bahwa data dengan hasil yang paling tertinggi, yaitu terdapat pada penghilangan fonem (omisi) sebanyak 59%. Penggantian fonem (substitusi) sebanyak 18%, penambahan fonem (adisi) sebanyak14%, dan ketidakteraturan berbahasa (distorsi) sebanyak 9%. Penghilangan fonem menjadi pembahasan yang terbanyak, karena sebagai bentuk penyederhanaan fonem, anak tersebut mengujarkan bunyi-bunyi bahasa tidak hanya terjadi pada fonem saja, tetapi terjadi pada beberapa fonem dalam satu kata. Implikasi pada penelitian ini, terdapat pada materi teks deskripsi dengan pendekatan kontekstual pada kelas VI SLB KD 3.2 dan 4.2 serta dapat diimplikasikan bagi pembelajaran dalam bidang linguistik, khususnya di bidang fonologi, yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya, seperti menyelidiki sistem fonem dari suatu bahasa, menelaah tentang cara bunyi berproses ketika membentuk sebuah kata atau frasa. 
Pengembangan Materi Ajar Tata Kalimat Pada Teks Deskripsi dengan Pendekatan Kontekstual Siswa Kelas VII SMP Chotimah Nur Fayyadh; Sintowati Rini Utami; N. Lia Marliana
DISASTRA: PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA Vol 4, No 1 (2022): JANUARI
Publisher : IAIN Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/disastra.v4i1.5117

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi ajar tata kalimat pada teks deskripsi dengan pendekatan kontekstual untuk siswa kelas VII SMP. Tata kalimat yang dibahas meliputi unsur-unsur kalimat, pola kalimat dasar, dan jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa. Komponen pendekatan kontekstual yang digunakan pada pengembangan materi ajar ini meliputi konstruktivisme, pemodelan, menemukan, dan penilaian sebenarnya. Model pengembangan yang digunakan yaitu model ADDIE dengan mengadaptasi tiga tahapannya yakni analisis (analysis), desain (design), dan pengembangan (development). Teknik analisis yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil validasi pengembangan materi oleh ahli materi mendapatkan rata-rata skor 4,43 dengan klasifikasi sangat baik. Hasil validasi pengembangan materi oleh ahli metodologi mendapatkan rata-rata skor 4,47 dengan klasifikasi sangat baik. Simpulan dari kedua validator, materi ajar tata kalimat pada teks deskripsi dengan pendekatan kontekstual siswa kelas VII SMP layak digunakan sebagai materi ajar di sekolah.
PEMBELAJARAN ASPEK TATA BAHASA DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA Sintowati Rini Utami
Aksis : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 1 No 2 (2017): AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume 1 Nomor 2, Desember
Publisher : LPPM State University of Jakarta (Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan LPPM Universitas Negeri Jakarta)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (596.217 KB) | DOI: 10.21009/AKSIS.010203

Abstract

Some time ago language teaching was faced with the choice of whether to focus on teaching the use of language (language use) or focusing on 'language form teaching. That means there are two opinions on how language teaching should be done to improve language skills. Some approaches in language teaching in favor of language skills concepts that lead to 'communicative proficiency' recommend the importance of understanding the form and grammar words to facilitate student communication skills. Grammar dimensions are linked to functions as a means of good language use. The rules or rules contained in the language will guide people to the use of language that is not only good but also true. Various perspectives that have been mentioned previously reinforce the conclusion that the learning of the word form and the rules or the rules of language contribute to the functioning of Bahasa Indonesia lessons. For that reason, in the development of Indonesian language teaching materials, we also incorporate the aspects of linguistic form and language rules. To formulate the grammatical concept we must take into account and place it appropriately both in the language structure and in the use of communication. The grammar formulas in the language used include three levels of subscript, syntactic (sentential), and suprasentential level. Subsentential is how a word is formed and functioned in a sentence. Sentential is how the position of the words in the sentence, and the patterns of the words are in the form of sentences. Suprasentential is how to display the word form in an appropriate discourse. Keywords: communicative proficiency, grammatical aspects, language thinking tools, subsentential, sentential, and suprasentential Abstrak Beberapa waktu silam pengajaran bahasa dihadapkan pada pilihan apakah akan fokus mengajarkan penggunaan bahasa (language use) atau akan berfokus pada`pengajaran bentuk bahasa. Artinya ada dua pendapat tentang bagaimana pengajaran bahasa harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa. Beberapa pendekatan dalam pengajaran bahasa berpihak pada konsep keterampilan berbahasa yang mengarah pada ‘communicative proficiency’ merekomendasi pentingnya pemahaman bentuk kata dan tatabahasa untuk memperlancar kemampuan berkomunikasi siswa. Dimensi tata bahasa dihubungkan dengan fungsi sebagai sarana pemakaian bahasa yang baik. Aturan atau kaidah yang terdapat dalam bahasa akan menuntun orang menghasilkan pemakaian bahasa yang tidak saja baik tetapi juga benar. Berbagai sudut pandang yang telah dikemukakan sebelumnya memperkuat kesimpulan bahwa pembelajaran bentuk kata dan aturan atau kaidah bahasa menyumbang dalam memfungsikan pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk alasan itulah dalam pengembangan bahan ajar bahasa Indonesia juga memasukkan aspek kebahasaan berupa bentuk kata dan aturan/kaidah bahasa.Untuk merumuskan konsep tata bahasa kita harus memperhitungkan dan menempatkan secara tepat baik dalam struktur bahasa maupun dalam penggunaan komunikasi. Rumusan tata bahasa dalam bahasa yang digunakan mencakup tiga tataran yaitu tataran morfologi (subsentential), tataran sintaksis (sentential), dan tataran wacana (suprasentential). Subsentential adalah bagaimana sebuah kata dibentuk dan difungsikan dalam kalimat. Sentential adalah bagaimana kedudukan kata kata dalam kalimat, dan pola-pola pengguanannya dalam bentuk kalimat. Suprasentential adalah bagaimana menampilkan bentuk kata dalam sebuah wacana yang sesuai. Kata kunci: communicative proficiency, aspek tata bahasa, bahasa alat berpikir, subsentential, sentential, suprasentential
Imperative Speech in The Collection of Stories of Kritikus Adinan By Budi Darma: A Pragmatic Study Wisnu Ismaya; Sintowati Rini Utami
Aksis : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 5 No 1 (2021): AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Volume 5 Nomor 1, Juni 2021
Publisher : LPPM State University of Jakarta (Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan LPPM Universitas Negeri Jakarta)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/AKSIS.050120

Abstract

This research aimed to obtain the information about the imperative speech in a collection of stories of Kritikus Adinan by Budi Darma. This study was conducted in April to July 2019. The focus of this research was the speech that seen from the construction of speech and the imperative pragmatic meaning in the collection of stories entitled Kritikus Adinan that written by Budi Darma. The method used in this study is a qualitative descriptive method. The instruments used are data analysis tables consisting of context, speech, construction speech, pragmatic meaning imperatives, and analysis. The results obtained from 238 analysis of speech data, there are 81.93% (195) speech that has imperative pragmatic meanings which consist of (1) imperative pragmatic meanings of command, (2) imperative pragmatic meanings of the orders, (3) imperative pragmatic meanings of the request, (4) imperative pragmatic meanings of petition, (6) imperative pragmatic meanings of the urge, (5) imperative pragmatic meanings of persuation, (7) imperative pragmatic meanings of exhortation, (8) imperative pragmatic meanings of the cross, (9) imperative pragmatic meanings of invitation, (10) imperative pragmatic meanings of request for permission, (11) imperative pragmatic meanings of permit, (12) imperative pragmatic meanings of prohibition, (13) imperative pragmatic meanings of hope, (14) imperative pragmatic meanings of the swearing, (15) imperative pragmatic meanings the provision of congratulations, (16) imperative pragmatic meanings of the suggestion, (17) imperative pragmatic meanings of ngelulu. The frequency of occurrence of speech with the pragmatic significance of the greatest imperative is the speech which has the pragmatic meaning of the command and the orders are 13.3% (26). The frequency of occurrence of speech with the pragmatic meaning of the smallest imperatives is the speech which has the pragmatic meaning imperatives of the greeting of the congratulation is 0.5% (1). The results of this study can be implied in teaching Bahasa Indonesia for students through the use of the imperatives in KD 3.19 which demands the students to analyze the content and the linguistic of drama script that read or watched and KD 4.19 that demands the students to demonstrate a drama script by observing its contents and its specifications in the XI grade of senior high school. Keywords: pragmatic, imperative speech, collection of stories Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang ujaran imperatif dalam kumpulan cerita Kritikus Adinan karangan Budi Darma. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga bulan Juli 2019. Fokus penelitian ini adalah ujaran yang dilihat dari konstruksi ujaran dan makna pragmatik imperatifnya pada kumpulan cerita Kritikus Adinan karangan Budi Darma. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Instrumen yang digunakan berupa tabel analisis data yang terdiri atas konteks, ujaran, konstruksi ujaran, makna pragmatik imperatif, dan analisis. Hasil yang diperoleh dari 238 data ujaran hasil analisis, terdapat 81,93% (195) ujaran yang memiliki makna pragmatik imperatif. Dari 195 ujaran, 61% (119) ujaran diwujudkan dalam konstruksi imperatif, 25,1% (49) ujaran diwujudkan dalam konstruksi deklaratif, dan 13,84% (27) ujaran diwujudkan dalam konstruksi interogatif. Dari 195 ujaran yang memiliki makna pragmatik imperatif, terdapat ujaran yang memiliki makna pragmatik imperatif yang terdiri atas (1) makna pragmatik imperatif perintah, (2) makna pragmatik imperatif suruhan, (3) makna pragmatik imperatif permintaan, (4) makna pragmatik imperatif permohonan, (5) makna pragmatik imperatif desakan, (6) makna pragmatik imperatif bujukan, (7) makna pragmatik imperatif imbauan, (8) makna pragmatik imperatif persilaan, (9) makna pragmatik imperatif ajakan, (10) makna pragmatik imperatif permintaan izin, (11) makna pragmatik imperatif mengizinkan, (12) pragmatik imperatif larangan, (13) makna pragmatik imperatif harapan, (14) makna pragmatik imperatif umpatan, (15) makna pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat, (16) makna pragmatik imperatif anjuran, dan (17) pragmatik imperatif ngelulu. Frekuensi kemunculan ujaran dengan makna pragmatik imperatif terbesar ialah ujaran yang memiliki makna pragmatik imperatif perintah dan suruhan yaitu 13,3% (26). Frekuensi kemunculan ujaran dengan makna pragmatik imperatif terkecil ialah ujaran yang memiliki makna pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat yaitu 0,5% (1). Hasil penelitian ini dapat diimplikasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi siswa melalui penggunaan ujaran imperatif dalam KD 3.19 yang meminta siswa untuk menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton dan KD 4.19 yang meminta siswa untuk mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan memerhatikan isi dan kebahasaannya di kelas XI SMA/MA. Kata Kunci: pragmatik, ujaran imperatif, kumpulan cerita
Vocabulary Language and Discourse Competence as a Model for Semantic Course Syllabus in Indonesian Language and Literature Education Study Program Sintowati Rini Utami; Reni Nur Eriyani
Aksis : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 6 No 1 (2022): AKSIS: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : LPPM State University of Jakarta (Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan LPPM Universitas Negeri Jakarta)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/060102

Abstract

This study will develop a syllabus model for the Indonesian Semantics course in the Indonesian Language and Literature Education Study Program. This research is part of research on the syllabus model for the Indonesian Semantics course in the Indonesian Language and Literature Education Study Program. Preliminary research, analyzing the syllabus of Sematic courses from several universities that teach the same study. The description of the study material for the Semantics course is based on a descriptive analysis with a content analysis study of the various contents of the study material in the Indonesian semantic syllabus in several Indonesian Language and Literature Education Study Programs. The results of this content analysis describe the study material for the scope of the Semantics course in the syllabus, namely the general concept of meaning (38%) and the definition of meaning (37%); types of lexical meaning (62%), the concept of relation meaning synonyms, antonyms, hyponyms (40%); the concept of the meaning component (14%); the concept of the meaning field (67%); the concept of changing meaning (50%), implicit semantic and syntactic compatibility (50%), semantic and pragmatic compatibility are not explicitly studied (100%); based on Semantic study materials as linguistic vocabulary that are less espouse towards diction mastery and vocabulary teaching are predicted to show less espouse for the formation of discourse competence (30%). Discourse competence is the pedagogic goal of semantic concept study materials as linguistic vocabulary. Abstrak Penelitian ini akan mengembangkan model silabus mata kuliah Semantik Bahasa Indonesia di Prodi Pendididkan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penelitian ini sebagai bagian rangkaian penelitian model silabus mata kuliah Semantik Bahasa Indonesia di Prodi Pendididkan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penelitian awal, menganalisis silabus mata kuliah Semantik dari beberapa perguruan tinggi yang mengajarkan kajian yang sama. Deskripsi bahan kajian mata kuliah Semantik didasarkan pada analisis deskriptif dengan kajian content analysis terhadap berbagai isi bahan kajian dalam silabus semantik bahasa Indonesia yang ada di beberapa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fokus dan objek penelitian berkenaan dengan aspek kebahasaaan kosakata berdasarkan kajian semantik. Hasil analisis isi ini mendeskripsikan bahan kajian ruang lingkup mata kuliah Semantik dalam silabus adalah konsep umum makna (38%) dan definisi makna (37%); jenis makna leksikal (62%), konsep relasi makna sinonim, antonim, hiponim (40%); konsep komponen makna (14%); konsep medan makna (67%); konsep perubahan makna (50%), kesesuaian semantik dan sintaksis secara implisit (50%), kesesuaian semantik dan pragmatik tidak dijadikan bahan kajian secara eksplisit (100%); berdasarkan bahan kajian semantic sebagai kebahasaan kosakata yang kurang mendukung ke arah penguasaan diksi dan pengajaran kosakata diprediksi menunjukkan kurang mendukung pembentukan kemahirwacanaan (30%). Kemahirwacanaan adalah tujuan pedagogik dari bahan kajian konsep semantik sebagai kebahasaan kosakata.
DIALECT POLITENESS: IS VIOLATING THE COOPERATIVE PRINCIPLE AN IMPOLITENESS? Fahruddin; Herlina Usman; Sintowati Rini Utami
Getsempena English Education Journal Vol. 9 No. 2 (2022)
Publisher : English Education Department

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46244/geej.v9i2.1833

Abstract

The way someone shows politeness in speech acts is not only seen from a macro understanding of how speech participants can keep each other's face and maintain maxims with the inclusion of linguistic elements. Politeness of speech acts should be seen and understood on a micro level; more specifically in the context of language use in a language community as a cultural practice, both collectively and individually. Using the ethnographic perspective of communication, the current study investigates the politeness of speech acts in the context of guidance and counselling communication interactions in senior high schools, in the province of Southeast Sulawesi, Indonesia. The results of the analysis of S-P-E-A-K-I-N-G showed that the politeness of speech acts that appeared in the guidance and counselling process was mediated pragmatically by the use of local dialects. To find the forms, functions, strategies, and cooperative principles of speech act politeness that exist in the speech process, further analysis is carried out using coding techniques which also aims to construct a concept. The results of the analysis showed three forms of politeness, four functions of politeness, six strategies of politeness, and two principles of cooperative principles. The current study understands that violating the principle of cooperation in the context of communication in this study is actually a courtesy and that is why a polite speech act should be relied on the context in which a communication happened. This understanding was constructed theoretically then labelled as 'Dialect politeness' as a cultural communication practice.
Pemberdayaan Advertensi Digital Produk UMKM Berbasis Media Sosial Di Kelurahan Bahagia, Babelan, Bekasi Reni Nur Eriyani; Fathiaty Murtadho; Miftahulkhairah Anwar; Sintowati Rini Utami; Muhammad Saddam Haikal; Nurieyya Fieka Azmuna; Deafitri Puspa Ayu
Jurnal ABDINUS : Jurnal Pengabdian Nusantara Vol 7 No 1 (2023): Volume 7 Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29407/ja.v7i1.18435

Abstract

Internet has considerable potential as a medium of marketing and commerce, particularly in the field of advertising. Unfortunately, advertising through internet, especially social media in Indonesia has not been optimized. Therefore, UMKM activists need training on the role of digital advertising through social media. The aim of this social responsibility is to provide training on digital advertisement through social media. The output of this activity is to introduce and utilize social media as a medium to develop, expand, and optimize digital advertising that will contribute to increasing UMKM trade.
Kegiatan Pembelajaran Bahasa Indonesia Dalam Kurikulum Merdeka: Suatu Analisis Reflektif Berdasarkan Kebijakan Pendidikan Kartini; Sintowati Rini Utami
Jurnal Pendidikan Islam Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Annaba STIT Muhammadiyah Paciran
Publisher : STIT Muhammadiyah Paciran Lamongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37286/ojs.v9i1.216

Abstract

The purpose of this study was to determine the reflective analysis of Indonesian language learning activities in the independent curriculum based on educational policies. The research method used is descriptive qualitative method. The type of data taken is a description of learning activities in the teaching module. The result of this study is that the learning activities in the independent curriculum teaching module are in accordance with existing policies and are based on life skills, namely life skills independently and in accordance with national education goals, namely on the spiritual dimension of faith, piety to God Almighty, and noble character as well as student participation in class.
Penggunaan Metode Discovery Learning melalui Media Kartu Objek untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII B SMPN 7 Jakarta Heltia Laresti; Sintowati Rini Utami; Suhartini Suhartini
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 3 No. 4 (2023): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v3i4.2266

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis teks deskripsi dengan menggunakan metode discovery learning melalui media kartu objek. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai bentuk pengumpulan data. Hasil yang diperoleh setelah menggunakan metode discovery learning melalui media kartu objek menulis teks deskripsi pada siklus ketiga, yaitu nilai rata-rata menulis teks deskripsi siswa meningkat menjadi 84,28. Peneliti memberi saran kepada guru yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia agar dapat menjadikan metode discovery learning melalui media kartu objek sebagai alternatif dalam pembelajaran menulis teks deskripsi di sekolah karena hal ini terbukti dapat memberikan manfaat dalam proses pembelajaran menulis teks deskripsi.
Penerapan Model Group Investigation dan Media Gambar Peristiwa dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Nawang Sistiani; Sintowati Rini Utami; Hibatullah Hibatullah
Journal on Teacher Education Vol. 5 No. 1 (2023): Journal on Teacher Education
Publisher : Universitas Pahlawan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jote.v5i1.16910

Abstract

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam tiga siklus yang setiap siklusnya memiliki empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas VIIE SMP Negeri 7 Jakarta tahun ajaran 2022/2023 yang berjumlah 30. Adapun objek dalam penelitian ini adalah keterampilan menulis teks berita dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan model group investigation (GI) dan media gambar peristiwa. Hasil penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI) dan media gambar peristiwa dapat meningkatkan keterampilan menulis teks berita pada peserta didik kelas VII E SMP Negeri 7 Jakarta. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik yaitu 61 pada prettest, 71 pada siklus I, 78 pada siklus II, dan 88 pada siklus III. Persentase peningkatan nilai rata-rata peserta didik pada siklus I yaitu sebesar 16%, siklus II sebesar 10%, dan siklus III sebesar 12%.