Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

UPAYA KOMUNITAS PEDULI SUNGAI DALAM PELAKSANAAN KONSERVASI SUNGAI BAKI DI KABUPATEN SUKOHARJO Hendrata Wahyuesa Priambudi; Trisni Utami
Journal of Development and Social Change Vol 3, No 2 (2020): Volume 3 no. 2 Oktober 2020
Publisher : Universitas Sebelas Maret (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jodasc.v3i2.45769

Abstract

Peran masyarakat dalam menciptakan dan menjaga kelestarian sungai sangat berpengaruh baik terhadap lingkungan alam maupun pada kehidupan masyarakat. Adanya kesadaran dari masyarakat terhadap masalah pencemaran sungai, menciptakan perilaku dan gerakan dari dalam diri masyarakat untuk berupaya sedemikian rupa melakukan konservasi sungai. Dalam upayanya melakukan konservasi sungai, masyarakat di Desa Menuran yang tergabung dalam Komunitas Masyarakat Peduli Kali Baki membentuk sebuah gerakan yang bertujuan untuk melakukan konservasi sungai dan menjaga kelestarian sungai, namun di sisi lain juga dapat dimanfaatkan sumber daya yang ada di sungai tersebut untuk kebutuhan masyarakat sekitar. Pada penelitian ini digunakan metode kualitatif deskriptif untuk menjawab bagaimana Komunitas Masyarakat Peduli Kali Baki melakukan upaya konservasi Sungai Baki dan mensosialisasikan kepada masyarakat dan dari hasil penelitian tersebut, secara keseluruhan dianalisis menggunakan Konsep AGIL yang dikemukakan oleh Talcott Parsons dalam teori Struktural Fungsional. Dari penelitian ini ditemukan bahwa Komunitas Masyarakat Peduli Kali Baki melakukan sosialisasi yang cenderung partisipatoris dan melakukan upaya konservasi sungai seperti pemanfaatan, perlindungan, dan pemeliharaan sungai secara berkala supaya sungai mampu sustainable di masa mendatang.
Praktik Sosial antara Orang dengan Masalah Kejiwaan dengan Relawan Griya Schizofren di Griya PMI (Palang Merah Indonesia) Peduli Surakarta Triana Rahmawati; Drajat Tri Kartono; Trisni Utami; Yuanita Dwi Hapsari
Society Vol 8 No 2 (2020): Society
Publisher : Laboratorium Rekayasa Sosial FISIP Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.84 KB) | DOI: 10.33019/society.v8i2.223

Abstract

This research discusses the social practices carried out by Griya Schizofren to address individuals with mental illness who are often disadvantaged due to the negative stigma of their illness. This research uses a phenomenological approach. Data were collected from observations, interviews, and documentation. The results show that Griya Schizofren, to reduce the stigma against individuals with mental illness, established social, economic, cultural, and symbolic relations with those who lived in Griya PMI Peduli (Indonesian Red Cross) Surakarta through voluntary activities for individuals with mental illness. Social welfare activities in individuals with mental illness had shifted to business activity that opened a new field. The habitus of individuals with mental illness positively developed. Griya Schizofren restructured individuals with mental illness in a new layer of the community by promoting it as a society that can work within its limitations and produce products demanded by the community in the form of wedding souvenirs. Field of Griya PMI Peduli became a more humane environment as the shelter for abandoned individuals with mental illness. It also proved that total institution is no longer a frightening but collaborative field for capital exchange. Hence, using the theory of Piere Bourdieu, this research can answer how the stigma can be unfolded through works and capital exchange.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN PANGAN LOKAL DI MASA PANDEMI COVID-19 DI KABUPATEN SUKOHARJO Trisni Utami; Argyo Demartoto; Bagus Haryono; Yuyun Sunesti; Rahesli Humsona
Jurnal Analisa Sosiologi Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : UNIVERSITAS SEBELAS MARET (UNS)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jas.v10i2.54788

Abstract

Pandemi Covid-19 makes the pattern of consumption of society changing, which in the beginning is accustomed to relying on the market as a place to get food, now the awareness of developing lokal food barns independently. The existence of lokal food barns helps increase food security and food diversification efforts. This study aims to examine the process of the formation of lokal food barns, examining what factors become supporters and inhibiting the formation of food barns, and examine the pattern of partnerships that have been built to cooperate in realizing lokal food barns. The method used in this study is qualitative. Data collection used with interviews and observations. The technique of determining the informant using purposive sampling. The findings obtained from this study indicate that local food barns were formed because of the awareness to fulfill the needs of vegetables and medicines during the pandemi, so they tried to grow both types of plants. This shared desire was formed through the formation of the Women Farmers Group (KWT). The inhibiting factor in the development of local food is the limited land that can be planted by residents and the supporting factor is the culture of togetherness and the value of mutual cooperation which is growing rapidly during the pandemi. Keywords: Food Diversification, Lokal Food Lumbung, Food Security AbstrakPandemi Covid-19 membuat pola konsumsi masyarakat berubah, yang pada mulanya terbiasa mengandalkan pasar sebagai tempat mendapatkan bahan pangan, kini mulai muncul kesadaran dengan mengembangkan lumbung pangan lokal secara mandiri. Adanya lumbung pangan lokal membantu meningkatkan upaya ketahanan pangan dan diversifikasi pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses terbentuknya lumbung pangan lokal serta menelaah faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat terbentuknya lumbung pangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Pengumpulan data yang digunakan dengan wawancara dan observasi. Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling. Hasil temuan yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa lumbung pangan lokal terbentuk karena adanya kesadaran untuk pemenuhan kebutuhan sayuran dan obat-obatan di masa pandemi sehingga berusaha menanam kedua jenis tanaman tersebut. Keinginan bersama tersebut terbentuk melalui pembentukan Kelompok Wanita Tani (KWT). Adapun faktor penghambat dalam pengembangan pangan lokal tersebut adalah terbatasnya lahan yang dapat ditanami oleh warga dan faktor pendukungnya adalah budaya kebersamaan dan nilai gotong royong yang tumbuh pesat dimasa pandemi. Kata Kunci: Diversifikasi Pangan, Lumbung Pangan Lokal, Ketahanan Pangan
Pengembangan Desa Wisata Berjo Menuju SDGs Desa Mandiri dan Berkelanjutan Bayu Pranoto; Trisni Utami; Yuyun Sunesti
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 12 No 2 (2023)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jish.v12i2.61185

Abstract

Pariwisata selama beberapa dekade terakhir telah menjadi sektor industri dengan pertumbuhan tercepat. Pada tahun 2019 kunjungan wisatawan di seluruh dunia mencapai 1,5 miliar wisatawan. Wisata pedesaan sebagai salah satu alternatif wisata diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat desa tersebut. Desa Berjo sebagai salah satu desa wisata di Kabupaten Karanganyar memiliki perkembangan yang cukup signifikan yang setiap tahun dapat dikunjungi ratusan ribu wisatawan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana pengembangan Desa Wisata Berjo menuju ke arah mewujudkan SDGs desa mandiri dan aspek keberlanjutannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Informan dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisis dengan menggunakan kerangka teori strukturasi Anthony Giddens dan triple bottom line John Elkington. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa agen strukturasi masih berada pada tahap signifikansi dan dominasi karena Desa Berjo masih berstatus sebagai desa berkembang dengan nilai IDM 0,6986. Besarnya pendapatan wisata yang seharusnya dapat memberikan berbagai manfaat bagi masyarakat, ternyata juga menjadi peluang terjadinya tindakan korupsi yang dilakukan oleh pemangku kepentingan desa dan pengelola wisata. Aspek keberlanjutan wisata Desa Berjo telah mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan dan pengelolaan wisata sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan mengurangi pengangguran. Program penghijauan, pemeliharaan lingkungan wisata dan manajemen pengelolaan sampah telah dilakukan untuk menjaga kualitas lingkungan.