Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

KADAR MINERAL COOKIES DENGAN SUBTITUSI DAUN KATUK (Sauropus andragynus) DAN OATMEAL CONDITIONS OF MINERAL COOKIES WITH THE SUBSTITUTION OF KATUK LEAVES (Sauropus andragynus) AND OATMEALS Retno Sri Lestari; Thresia Dewi Kartini Berek; Zakaria Zakaria
Media Gizi Pangan Vol 27, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (157.929 KB) | DOI: 10.32382/mgp.v27i2.1862

Abstract

Background, Cookies, which are a form of snack, will be substituted with katuk leaves and oatmeal. Making cookies is expected to increase levels of nutrients, namely minerals, especially calcium and iron. These cookies can be an option in the PMT program for pregnant women and breastfeeding mothers which can improve the quality and quantity of breast milk as well as prevent anemia. The provision of katuk leaves and oatmeal can add nutritional value, especially to calcium and iron.The aim is to analyze the mineral content in cookies with the substitution of katuk and oatmeal leaves, namely calcium and iron.Design, pre-experimental research with post test research design group design. This study treated cookies with 5% substitution of katuk leaves and 5% oatmeal, each repetition of 2 times.Results, the calcium level per 100 grams of cookies with the substitution of katuk leaves and oatmeal with an average value of calcium at a concentration of 0%: 0% was 91mg and increased at a concentration of 5%: 5% to 120mg. The average value of iron cookies with the substitution of katuk leaves and oatmeal with a concentration of 0%: 0% is 0.12mg and a concentration of 5%: 5% is 0.14mg. Calcium and iron levels for the proportion of cookies with the substitution of katuk leaves and oatmeal are a concentration of 5%: 5%, respectively 48mg and 1.12mg or consume 5 pieces of cookies once.Conclusion, Cookies with substitution of katuk leaves and oatmeal at a concentration of 5%: 5% have a higher calcium and iron content than the original cookies. Keywords: Cookies, Katuk Leaves, Receptivity, Mineral Content, Oatmeal ABSTRAKLatar Belakang, Cookies yang merupakan salah satu bentuk makanan ringan, akan disubstitusi dengan daun katuk dan oatmeal. Pembuatan cookies ini diharapkan dapat meningkatkan kadar zat gizi yakni mineral, khususnya kalsium dan zat besi. Cookies ini dapat menjadi salah satu pilihan dalam program PMT bagi ibu hamil dan ibu menyusui yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI juga dapat mencegah terjadinya anemia. Pemberian daun katuk dan oatmeal dapat menambah nilai gizi terutama pada kalsium dan zat besiTujuan, untuk menganalisis kadar mineral pada cookies dengan substitusi daun katuk dan oatmeal, yakni kalsium dan zat besi.Desain, Penelitian pra eksperimental dengan desain penelitian post test grup design. Penelitian ini memberikan perlakuan pada cookies dengan subtitusi daun katuk 5% dan oatmeal 5%, masing-masing pengulangan sebanyak 2 kali.Hasil, Kadar kalsium per 100 gram pada cookies dengan subtitusi daun katuk dan oatmeal dengan  nilai rata-rata kalsium pada konsentrasi 0%:0% yaitu 91mg dan meningkat pada konsentrasi 5%:5% menjadi 120mg. Nilai rat-rata rata zat besi cookies dengan subtitusi daun katuk dan oatmeal konsentrasi 0%:0% yaitu 0,12mg dan  konsentrasi 5%:5% yaitu 0,14mg. Kadar kalsium dan zat besi untuk perporsi cookies dengan subtitusi daun katuk dan oatmeal yaitu konsentrasi 5%:5% masing-masing sebesar 48mg dan 1,12mg atau mengonsumsi satu kali sebanyak 5 keping cookies.Kesimpulan, Cookies dengan substitusi daun katuk dan oatmeal pada konsentrasi 5%:5% memiliki kadar kalsium dan zat besi lebih besar dibandingakan dengan cookies original.. Kata Kunci                  : Cookies, Daun Katuk, Daya Terima, Kadar Mineral, Oatmeal
Analisis Zat Gizi dan Organoleptik Olahan Sosis Ikan Gabus sebagai Pangan Alternatif Mencegah Stunting Chaerunnimah Chaerunnimah; Aswita Amir; Retno Sri Lestari; Adriyani Adam
Jurnal Kesehatan Manarang Vol 7 No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Mamuju

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33490/jkm.v7i2.552

Abstract

The prevalence of stunting in Indonesia is still high at 30,8%. Low protein intake is one of the causes of stunting. The purpose of this study was to determine the nutritional analysis and organoleptic quality in cork fish sausages. This study used a completely randomized design with 3 repetitions. Nutrient analysis was obtained from the Luff schroll test for carbohydrates, fat test with shoxlet and protein test with micro kjedhall. Organoleptic quality with acceptance of taste, texture, color and aroma by descriptive. Research results with univariate analisis were the highest nutrient content of protein and carbohydrate in formula F1 (100%) is protein (16.71%) and carbohydrate (20.14%) and the highest fat content in formula F3 (60%) is as much as (18.52%). The most preferred organoleptic quality for aroma and taste is in formula F1 (100%), texture is in formula F2(80%) and the most preferred color is in formula F3 (60%). The recommendation for prevent stunting can be used F1 formula.
PENINGKATAN NILAI GIZI MIKRO KUDAPAN LOKAL MELALUI SUBTITUSI TEPUNG IKAN GABUS UNTUK PENCEGAHAN STUNTING DI SULAWESI SELATAN Nadimin Nadimin; Retno Sri Lestari
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol 14, No 2 (2019): Media Kesehatan
Publisher : Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.491 KB) | DOI: 10.32382/medkes.v14i2.1021

Abstract

ABSTRACT Local snacks are used to being consumed by local people, including children under five, but the local cultural products have unbalanced nutritional content, which generally only contains energy sources. On the other hand, in this area also has fish food ingredients such as "cork fish" which are rich in protein and vitamins and minerals. The addition of cork fish flour can produce local food products that contain complete and balanced nutrients for supplementary food for toddlers. This research was carried out to develop local services as a model for improving nutritional status in children under five. The design of the study uses Static group comparison design, which compares the levels of local nutritional nutrients from several concentrations of cork fish meal 0% and 5%. Nutrient content of cork protein fish meal 73.81%, iron 0.9%, zinc 0.42%, calcium 35.38%. Local TIG snacks (cork fish meal) contain 353 mg calcium, pospor 546 mg, iron 9 mg and zinc 4.4 mg every serving. Addition of TIG above 5% can meet micronutrient needs in children under five. Keywords: nutritional value, local snacks, cork fish meal
Daya terima terhadap jajanan lokal Sulawesi Selatan subtitusi tepung ikan gabus (Channa striata) Nadimin Nadimin; Nurjaya Nurjaya; Retno Sri Lestari
AcTion: Aceh Nutrition Journal Vol 3, No 2 (2018): AcTion Vol 3 No 2 Tahun 2018
Publisher : Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.332 KB) | DOI: 10.30867/action.v3i2.115

Abstract

Generally, local snacks only have a high amount of carbohydrates and imbalanced nutrient compounds. In addition, South Sulawesi has abundant snakehead fish (Channastriata) which was nutritions. The study aims to determine the acceptability of local snacks in South Sulawesi which substitute snakehead fish flour (SFF). This research is an experimental study using the static group comparison design and aimed to identify acceptability of the local nack with 0%, 5%, 10%, and 15%of SFF concentration. The result showed that preference in the color of local snacks with 5% of SFF was better than 0% of SFF, particularly in “BangkeKelapa”. There were no significant differences in acceptability of the texture throughout the concentration of SFF; Bolu (p=0.243), Bangke Sagu (p=0,204), and PutriSalju (p=0,198). Conversely, there was a significant correlation on the concentration of SFF in the aroma and taste of local Bolu, Bangke Sagu, Putri Salju, and Bangke Kelapa. In conclusion, the substitution of SFF more than 5% affected the acceptability of the product. Furthermore, substitution from 5% of SFF could maintain the acceptability of local snacks from South Sulawesi. SFF substitution into local snacks should not exceed 5% in order to maintain acceptance.Jajanan lokal memiliki kandungan zat gizi yang tidak seimbang, umumnya hanya mengandung sumber energi. Disisi lain, Sulawesi Selatan banyak tersedia ikan gabus yang kaya zat gizi. Penelitian bertujuan mengetahui daya terima jajanan local Sulawesi Selatan yang subtitusi tepung ikan gabus (TIG). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunaan rancangan Static group comparison design, yaitu daya terima jajanan lokal dari beberapa konsentrasi tepung ikan gabus 0%, 5%, 10% dan 15%.Rerata skor kesukaan pada aspek warna jajanan lokal TIG 5% lebih baik dari  kosentrasi 0%, terutama pada Bangke kelapa. Tidak ada perbedaan skor daya terima pada aspek tekstur antar kosentrasi TIG pada Bolu (p=0,243), Bangke Sagu (p=0,204), Putri salju (p=0,198). Terdapat pengaruh kosentrasi TIG pada kesukaan aroma dan rasa jajanan lokal bolu, bangke sagu, putri salju dan bangke kelapa.Penambahan TIG di atas 5% dapat mempengaruhi daya terima. Penambahan TIG pada konsentrasi 5% dapat mempertahankan daya terima terhadap produk jajanan lokal. Subtitusi TIG ke dalam jajanan local sebaiknya tidak melebihi 5% guna mempertahankan daya terima.
DAYA TERIMA SNACK BAR KARAPOSA Retno Sri Lestari; thresia dewi kartini berek; chaerunnimah chaerunnimah; rizki ayu ningtyas
Media Gizi Pangan Vol 29, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (362.877 KB) | DOI: 10.32382/mgp.v29i1.2807

Abstract

Background, These food products have sufficient nutritional content to meet the needs during activities or when a person does not have enough time to eat. One practical food is a snack bar. Banana dumplings or banana sale can be eaten directly or processed into other food products, such as snack bars. Snack bar Karaposa is a snack bar based on local food, namely red beans and banana dampo.The aim, of the study was to assess the acceptability of the Karaposa snack bar.Design, pre-experimental research with post-test group design. This study provides treatment with the addition of banana dampo with concentrations of 0%, 10%, and 20% of the weight of the main ingredient on the snack bar.Results, of the study based on the average acceptability test score showed that the F1 snack bar Karaposa formula was the most preferred by the panelists from the aspect of color, aroma, texture and taste. Although Friedman test results showed that there was an effect of adding dampo banana to the color and aroma of the Karaposa snack bar, it was not significantly different between formulas F0, F1 and F2.Conclusion, The F1 formula for the Karaposa snack bar with the addition of 10% dampo banana was the most preferred by the panelists.Produk makanan tersebut memiliki kandungan gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan saat beraktivitas atau ketika seseorang tidak mempunyai waktu yang cukup untuk makan. Salah satu makanan praktis adalah snack bar. Dampo pisang atau pisang sale dapat dimakan langsung atau diolah menjadi produk makanan lainnya, seperti snack bar. Snack bar Karaposa merupakan snack bar berbasis pangan lokal, yaitu kacang merah dan dampo pisang. Tujuan penelitian untuk menilai daya terima snack bar Karaposa. Penelitian pra eksperimental dengan desain post test grup design. Penelitian ini memberikan perlakuan penambahan dampo pisang dengan konsentrasi 0%, 10%, dan 20% dari berat bahan utama pada snack bar. Hasil penelitian berdasarkan rata-rata skor uji daya terima menunjukkan formula F1 snack bar Karaposa yang paling disukai panelis dari aspek warna, aroma, tekstur dan rasa. Meskipun hasil uji Friedman menunjukkan ada pengaruh penambahan dampo pisang terhadap warna dan aroma snack bar Karaposa, tetapi tidak berbeda nyata diantara formula F0, F1 dan F2.  Kesimpulannya formula F1 snack bar Karaposa dengan penambahan dampo pisang 10% yang paling disukai panelis.
Fomulasi Minuman Fungsional Berbasis Kacang Gude dan Tempe chaerunnimah chaerunnimah; Retno Sri Lestari; Hijrah Asikin
Media Gizi Pangan Vol 29, No 2 (2022): Desember 2022
Publisher : Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.569 KB) | DOI: 10.32382/mgp.v29i2.3110

Abstract

Pigeon pea and tempeh are local foods that are rich in nutrients. This functional drink is a development of the previously made peanut drink formulation. This functional drink of gude and tempeh beans with the addition of arabic gum as a stabilizer. Analyzing the effect of adding gum arabic through organoleptic tests and knowing the food safety of this functional drink. This research is a pre-experimental research. The research design uses a one shot group design. The organoleptic analysis test used was the Friedman test. Product safety was carried out by microbiological contamination test using AMP and ALT methods. Organoletic test analysis showed that there was no difference in acceptance (p>0.005) of color, aroma, taste and texture at the concentration of gum addition (0.10%, 0.15% and 0.20%). Bacteriological test results AMP and ALT values do not exceed the maximum threshold value of microbial contamination according to SNI 3719:2014 for beverage products.          Keywords : Functional drink, arabic gum, pigeon pea, tempe  ABSTRAK Kacang gude dan tempe merupakan pangan lokal yang kaya dengan kandungan zat gizi. Minuman fungsional ini merupakan pengembangan dari formulasi minuman kacang gude yang telah dibuat sebelumnya. Minuman fungsioanal kacang gude dan tempe ini dengan penambahan gum arab sebagai bahan penstabil. Menganalisis pengaruh penambahan gum arab melalui uji organoleptik dan mengetahui keamanan pangan minuman fungsional ini. Penelitian ini merupakan penelitian pra ekperimental.   Desain penelitian menggunakan one shot group design. Uji analisis organoleptik yang digunakan adalah  uji Friedman. Keamanan produk dilakukan dengan uji cemaran mikrobiologi metode AMP dan ALT. Analisis uji organoletik adalah tidak ada perbedaan penerimaan (p>0,005) terhadap warna, aroma, rasa dan tektur pada konsentrasi penambahan gum (0,10%, 0,15% dan 0,20%).  Hasil uji bakteriologi nilai AMP dan ALT tidak melebihi nilai ambang batas maksimum cemaran mikroba menurut SNI 3719:2014 untuk produk minuman. Kata Kunci : Minuman fungsional, gum arab, kacang gude, tempe 
Analisis Zat Gizi dan Organoleptik Olahan Sosis Ikan Gabus sebagai Pangan Alternatif Mencegah Stunting Chaerunnimah Chaerunnimah; Aswita Amir; Retno Sri Lestari; Adriyani Adam
Jurnal Kesehatan Manarang Vol 7 No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Mamuju

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33490/jkm.v7i2.552

Abstract

The prevalence of stunting in Indonesia is still high at 30,8%. Low protein intake is one of the causes of stunting. The purpose of this study was to determine the nutritional analysis and organoleptic quality in cork fish sausages. This study used a completely randomized design with 3 repetitions. Nutrient analysis was obtained from the Luff schroll test for carbohydrates, fat test with shoxlet and protein test with micro kjedhall. Organoleptic quality with acceptance of taste, texture, color and aroma by descriptive. Research results with univariate analisis were the highest nutrient content of protein and carbohydrate in formula F1 (100%) is protein (16.71%) and carbohydrate (20.14%) and the highest fat content in formula F3 (60%) is as much as (18.52%). The most preferred organoleptic quality for aroma and taste is in formula F1 (100%), texture is in formula F2(80%) and the most preferred color is in formula F3 (60%). The recommendation for prevent stunting can be used F1 formula.
Tingkat Konsumsi Fast Food Dan Status Gizi Siswa Sekolah Menengah Pertama Fatmawaty Suaib; Retno Sri Lestari; Agustian Ipa; Rifani Maghfirah
Media Kesehatan Politeknik Makassar Vol 18 No 2 (2023): Media Kesehatan
Publisher : Direktorat Politeknik Kesehatan Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/medkes.v18i2.139

Abstract

Fast food memiliki kandungan kalori, lemak, protein, gula dan garam yang relatif tinggi dan rendah serat, sehingga bila dikonsumsi terus menerus dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan gizi lebih (overweight) serta dapat menyebabkan masalah gizi lainnya pada remaja. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk menilai kebiasaan konsumsi fast food, menilai status gizi dan menilai hubungan kebiasaan konsumsi fast food dengan status gizi berdasarkan IMT siswa. Penelitian ini menggunakan desain  cross sectional study. Subjek pada penelitian ini adalah siswa SMP kelas VIII yang berjumlah 100 siswa. Kebiasaan makan dikumpulkan dengan wawancara menggunakan quesioner, status gizi diketahui melalui pengukuran antropometri yaitu tinggi badan dan berat badan. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan konsumsi fast food terhadap status gizi dilakukan uji statistik Chi-Square dan diolah menggunakan program SPSS. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi. Hasil penelitian ini menunjukkan kebiasaan mengonsumsi fast food bagi siswa SMP 30 Makassar umumnya jarang yaitu 63%, dan sebanyak 25 orang (25%) termasuk dalam kategori status gizi sangat kurus, sebanyak 17 orang (17%) termasuk dalam kategori status gizi kurus, sebanyak 5 orang (5%) termasuk dalam kategori status gizi gemuk, dan sebanyak 8 orang (8%) termasuk dalam kategori status gizi obesitas. Analisis statistik diketahui tidak terdapat hubungan kebiasaan makan fast food terhadap status gizi dengan nilai p=0,212 (p>0,05). Disarankan, sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan untuk kebiasaan konsumsi makanan siap saji (fast food) dengan menambahkan jenis-jenis jajanan fast food yang dikonsumsi agar kebiasaan konsumsi fast food lebih tergambar dan mendapatkan hasil yng lebih baik. Kata kunci : Fast Food, Indeks Massa Tubuh, Status Gizi.