Indriati Dwi Rahayu
Laboratorium Anatomi Histologi Fakultas Kedokteran Univ.Brawijaya

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Efek Supresi Curcumin pada Organogenesis dan Morfogenesis Embrio Ayam Umur 48 Jam Kusumaningrum, Estiani; Rahayu, Indriati Dwi; Puryatni, Anik
Majalah Kesehatan FKUB Vol 2, No 4 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.979 KB)

Abstract

Perkembangan embrio diiringi dengan peningkatan nutrisi, oksigenasi serta pembuangan zat sisa metabolisme sel. Peningkatan tersebut merangsang sel-sel mesenkimal  untuk menginduksi sel endotel menjadi jaringan pembuluh darah, proses ini disebut vaskulo-angiogenesis. Sistem vaskuler yang terbentuk sempurna akan memfasilitasi proses organogenesis dan morfogenesis embrio berjalan tanpa ada gangguan. Adanya gangguan dapat menyebabkan defek kongenital. Kurkumin sering digunakan sebagai bahan pengawet makanan dan obat–obatan di berbagai lapisan masyarakat. Walau sudah menjadi konsumsi harian, penelitian mengenai keamanan kurkumin terhadap embrio masih terbatas dan belum menjelaskan pengaruhnya terhadap kondisi fetal. Penelitian ini mengamati pengaruh kurkumin pada proses vaskulo-angiogenesis yang berpengaruh pada proses organogenesis secara in ovo pada embrio ayam. Konsentrasi kurkumin yang digunakan adalah 12,5 µM, 25 µM dan 50 µM. Kurkumin diinjeksikan pada telur ayam berusia kurang dari 1 hari dan kemudian diinkubasi selama 48 jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa kurkumin dapat menghambat organogenesis pada embrio ayam dengan hasil uji ANOVA yang bermakna (p < 0,05). Pada sirkulasi yolk sac, berdasarkan uji Chi square diketahui hasilnya signifikan ( p < 0,05). Kurkumin juga berpengaruh dalam retardasi proses flexi cranial, pada perkembangan sistem optikus dan penutupan neuropore anterior berdasarkan umur embrio ayam dengan hasil uji Chi square yang bermakna (p < 0,05). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kurkumin dapat menghambat proses perkembangan vaskulo-angiogenesis sehingga menyebabkan hambatan pada proses organogenesis embrio. Kata Kunci : Curcumin, Embrio, in ovo, Organogenesis,Vaskulogenesis.
Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Kadar Hemoglobin Maternal Tikus Rattus norvegicus Bunting yang Dipapar Asap Rokok Subakut Lovita, Agnestia Naning; Rahayu, Indriati Dwi; Prijadi, Bambang
Majalah Kesehatan FKUB Vol 1, No 1 (2014)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.517 KB)

Abstract

Paparan asap rokok pada kehamilan berpengaruh terhadap penurunan kadar hemoglobin akibat proses stres oksidatif yang dapat berakibat buruk pada kehamilan dan janin. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa vitamin E dapat mempengaruhi kadar hemoglobin tikus bunting yang dipapar asap rokok subakut. Studi eksperimental menggunakan randomized post test only control group design dilakukan terhadap tikus Rattus norvegicus bunting yang dibagi dalam lima kelompok: kontrol negatif, kontrol positif, dosis vitamin E 100 mg/kgBB/hari, 200 mg/kgBB/hari dan 400 mg/kgBB/hari (n = 4). Pemberian vitamin E dimulai sejak hari pertama kebuntingan sedangkan pemaparan asap rokok dimulai pada hari ke–6 kebuntingan. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah kadar hemoglobin darah maternal tikus bunting yang dibedah pada hari ke–20. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara kontrol negatif dan kontrol positif (p = 0,004), serta kontrol positif dan dosis 400 mg/kgBB/hari (p = 0,013), sedangkan antar kelompok lain tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna. Namun menurut uji d type effect size, pemberian dosis 100 dan 200 mg/kgBB/hari memiliki efek yang besar terhadap perubahan kadar hemoglobin. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemaparan asap rokok subakut mengakibatkan kenaikan kadar hemoglobin tikus bunting dan pemberian vitamin E menurunkan kadar hemoglobin tikus bunting. Kata kunci: Asap rokok subakut, Bunting, Hemoglobin, Vitamin E.
Uji Daya Antihelmintik Dekok Daun Pepaya (Carica papaya L.) terhadap Ascaris suum secara In Vitro Himawan, Vanji Budi; Endharti, Agustina Tri; Rahayu, Indriati Dwi
Majalah Kesehatan FKUB Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.443 KB)

Abstract

Askariasis merupakan salah satu infeksi cacing terbanyak yang disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides yang merupakan nematoda patogen pada usus halus yang dapat menyebabkan malnutrisi, gangguan pertumbuhan, gangguan kognitif, dan obstruksi saluran pencernaan. Cacing Ascaris suum berasal dari genus yang sama seperti Ascaris lumbricoides serta memungkinkan dilakukannya model terhadap Ascaris lumbricoides penelitian dengan cara in vitro. Adanya efek samping dan harga yang mahal pada obat anthelmintik konvensional, maka perlu dilakukannya evaluasi terhadap tanaman obat sebagai alternatif obat antihelmintik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya antihelmintik dari dekok daun papaya (Carica papaya L.) terhadap cacing Ascaris suum secara in vitro  dan untuk mengetahui lethal time (LT100) dan lethal concentration (LC100) dari dekok daun pepaya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan penelitian post test only control group design. Subjek dari penelitian ini adalah cacing Ascaris suum yang didapat dari Rumah Potong Hewan Gadang. Penelitian ini menggunakan 5 kelompok perlakuan yaitu NaCl 0,9 % sebagai kontrol negatif dan pirantel pamoat 1 % sebagai kontrol positif serta dekok daun papaya dengan konsentrasi 25 %, 50 %, dan 75 %. Data yang diperoleh diuji secara statistik dengan analisis probit untuk mengetahui Lethal concentration (LC100) dan Lethal time 100 (LT100) dari dekok daun papaya. Hasil uji normalitas menunjukkan distribusi normal (p > 0,05). Hasil analisis probit menunjukkan lethal concentration 100 (LC100) dekok daun papaya  adalah 72,68 % sedangkan lethal time 100 (LT100) pada konsentrasi 75 % adalah 14.17 jam. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dekok daun papaya  memiliki daya antihelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro. Kata Kunci : Antihelmintik, Ascaris suum, Carica papaya L, Dekok.
EFFECTS OF GENISTEIN EXPOSURE TOWARD INITIAL DEVELOPMENT OF CENTRAL NERVOUS SYSTEM IN CHICKEN EMBRYO MODEL (GALLUS GALLUS) AGE 48 HOURS Rahayu, Indriati Dwi; Paundralingga, Obed Trinurcahyo Kinantyo; Sari, Vidia Purnama
Malang Neurology Journal Vol 4, No 1 (2018): January
Publisher : Malang Neurology Journal

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.117 KB) | DOI: 10.21776/ub.mnj.2018.004.01.3

Abstract

Background. The safety of genistein consumption in the first trimester of pregnancy and its effect on embryonic development, especially in the development of Central Nervous System (CNS) is still not widely known.Objective. To determine the effect of genistein exposure to the early development of the Central Nervous System.Methods. The animal model used in this research is chick embryo (Gallus gallus). Genistein at a dose of 5 µM, 10 µM and 20 µM in ovo injected into the yolk sac of the eggs before incubation. The eggs were then incubated for 48 hours at a temperature of from 37.50 to 38.50 C. After 48 hours, broken egg shell, embryos are taken and carried out using Toluidine Blue staining. The evaluation was done on the neural tube, anterior neuropore, posterior neuropore and somites.Results. It was found neural tube defects in the group treated with genistein more than the control group but the result was not statistically significant.Conclusion. For the somites, in the group treated with a dose of 10 µM genistein, the number of somites more than the control group and statistically the number is significant.
ANALISIS PERBANDINGAN FIKSASI MENGGUNAKAN LARUTAN FORMALIN DAN LARUTAN CARNOY PADA SOMIT, NEURAL TUBE, DAN VASKULAR EMBRIO AYAM USIA 48 JAM DENGAN PEWARNAAN HEMATOXYLIN-EOSIN Nuralim, Ernst Randy; Rahayu, Indriati Dwi; Bekti, Rachmad Sarwo
Majalah Kesehatan FKUB Vol 4, No 1 (2017): MAJALAH KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (732.399 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2017.004.01.2

Abstract

Penelitian embriologi memiliki peran penting dalam dunia kesehatan, oleh karena itu diperlukan pengetahuan berbagai faktor pendukung salah satunya adalah larutan fiksatif. Meskipun telah diketahui bahwa larutan Carnoy memberikan efek pengerutan hingga dapat menghancurkan sitoplasma, banyak penelitian yang menggunakan larutan Carnoy sebagai pilihan utama untuk larutan fiksatif pada penelitian embrio ayam. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kualitas gambaran embrio yang difiksasi menggunakan larutan Carnoy dan membandingkannya dengan kualitas gambaran  embrio yang difiksasi menggunakan larutan formalin. Telur ayam yang digunakan diperoleh dari peternakan ayam Randu Agung Singosari. Telur ayam diinkubasi selama 48 jam, lalu satu kelompok difiksasi menggunakan larutan Carnoy dan kelompok yang lain difiksasi menggunakan larutan formalin. Hasil fiksasi kemudian dibuat preparat dan diwarnai dengan pewarnaan hematoxylin-eosin (HE), untuk selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap somit, vaskuler, dan neural tube. Hasil penelitian dianalisis menggunakan paired T test menunjukkan bahwa larutan Carnoy memberikan hasil yang signifikan berbeda (p < 0,05) dengan larutan formalin pada evaluasi somit dan vaskuler embrio ayam usia 48 jam, namun memberikan hasil yang signifikan tidak berbeda (p > 0,05) penggunaan larutan Carnoy dengan larutan formalin pada evaluasi neural tube embrio ayam usia 48 jam. Kesimpulan dari penelitian ini adalah fiksasi dengan larutan formalin menunjukkan hasil yang berbeda dengan fiksasi menggunakan larutan Carnoy pada evaluasi somit dan vaskuler, namun tidak berbeda pada evaluasi neural tube embrio ayam usia 48 jam. Kata kunci: embrio, hematoxylin-eosin, larutan Carnoy, larutan formalin, somit, neural tube,  vaskular.
Pengaruh Pemberian Air Tape Ketan Putih terhadap Kadar Hemoglobin Tikus Rattus norvegicus Bunting Laili, Sauli Nur; Mayangsari, Elly; Rahayu, Indriati Dwi
Journal of Issues in Midwifery Vol 2, No 2 (2018)
Publisher : Journal of Issues in Midwifery

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (303.996 KB) | DOI: 10.21776/ub.JOIM.2018.002.02.2

Abstract

Tape merupakan hasil proses fermentasi yang akan menghasilkan alkohol. Pada beberapa daerah, banyak larangan ibu hamil untuk mengkonsumsi tape karena dipercaya dapat menyebabkan keguguran. Keguguran merupakan salah satu dampak dari anemia. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air tape ketan putih terhadap kadar hemoglobin pada tikus Rattus novegicus bunting. Penelitian ini menggunakan desain experimental sejati dengan rancangan penelitian Post Test Only Control Group Design. Sampel yang digunakan sebanyak 20 tikus bunting yang dibagi menjadi 4 kelompok; kelompok kontrol (K), kelompok perlakuan dengan 3 dosis air tape ketan putih dengan kadar 2,79% (P1=20 ml/kgBB, P2=30 ml/kgBB, P3=40 ml/kgBB). Air tape ketan putih diberikan hari pertama sampai hari ke-19 kebuntingan. Kemudian pada hari ke-20 tikus dikorbankan dan diambil darahnya dari jantung untuk penghitungan kadar hemoglobin. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa kadar hemoglobin setelah perlakuan menunjukkan kecenderungan menurun tetapi tidak berbeda secara signifikan p = 0,1 (p&gt;0,05). Namun berdasarkan hasil uji d-type effect size pada P3 menunjukkan pengaruh yang sangat besar dengan ES = 1.40540541 dalam menurunkan kadar hemoglobin. Hasil uji korelasi pearson p= 0,017 (p&lt;0,05) menunjukkan ada hubungan yang cukup kuat dan berlawanan arah p=– 0,529 (p&gt;0,5). Kadar hemoglobin setelah perlakuan menunjukkan kecenderungan menurun tetapi tidak berbeda secara signifikan. Kata kunci: hamil,air tape ketan putih, kadar hemoglobin
Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Menghambat Flexi Cranial Embrio Ayam Umur 48 Jam Anggraeni, Yessy Mulyanur; Rahardjo, Bambang; Rahayu, Indriati Dwi
-
Publisher : Journal of Issues in Midwifery

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.JOIM.2020.004.03.3

Abstract

Embryonic development forms three layers of germinativum that is endoderm, mesoderm and ectoderm. At the beginning of intrauterine fetus exchange of substances through diffusion, but in line with the development of the embryo, nutrition is not obtained through diffusion alone. Endoderm lining mesoderm cells will then be formed angioblasts as an early sign of vascularity. In the development of flexi cranial can be known from the development of the brain and heart which is characterized by bending the head of the embryo and decreased heart from the cranial down. The development of a normal vascular system will have an effect on organogenesis and morphogesis processes. If there are disturbances in the process of growth and development at that stage can cause congenital abnormalities. Xanthones mangosteen peel is rich in benefits, but in research on the effects of xanthones on embryos is still very limited and has not been able to explain their effects on the condition of the fetus. The study was conducted with the aim to determine the effect of mangosteen peel extract inhibiting the flexi cranial of 48 hours chicken embryos using doses of 100 µg/mL, 150 µg/mL and 200 µg/mL. Mangosteen peel extract is injected into chicken eggs less than 7 days after oviposition then incubated for 48 hours. The results showed that mangosteen peel extract inhibited flexi cranial of chicken embryos with Chi-Square test results (p = 0.002). The conclusion of the study was that exposure to mangosteen peel extract inhibited flexi cranial and gave significant results.