Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Pemanfaatan Tumbuhan Obat Antihiperkolesterolemia Di Masyarakat Etnis Simalungun Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara Helen anjelina simanjuntak; Kasta Gurning
Herbal Medicine Journal Vol 1 No 1 (2018)
Publisher : Program Studi S1 Farmasi, STIKES Senior, Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Hiperkolesterolemia adalah suatu kondisi dimana meningkatnya konsentrasi kolesterol total dalam darah yang melebihi normal. Kolesterol yang berlebihan akan tertimbun di dalam dinding pembuluh darah dan akan menimbulkan suatu kondisi yang disebut aterosklerosis. Aterosklerosis yaitu penyempitan atau pengerasan pembuluh darah. Kondisi ini merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung dan stroke. Etnis Simalungun merupakan salah satu etnis yang terdapat di Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara dimana masyarakat Etnis Simalungun masih memanfaatkan tumbuh-tumbuhan sebagai alternatif pengobatan seperti penyakit Hiperkolesterolemia, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang Pemanfaatan Tumbuhan Obat Antihiperkolesterolemia Di Masyarakat Etnis Simalungun Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei eksploratif dengan variabel bebas informan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara secara mendalam terhadap informan yang berupa masyarakat etnis simalungun. Hasil penelitian didapatkan 7 Jenis tumbuhan, terdiri dari, 7 Famili dan 7 Ordo yang
Formulasi Krim Anti-Aging Dari Ekstrak Etanol Bawang Merah (Allium cepa L.) Maya Amelia Sinaga; Vivi Asfianti; Kasta Gurning
Herbal Medicine Journal Vol 3 No 1 (2020): Herbal Medicine Journal
Publisher : Program Studi S1 Farmasi, STIKES Senior, Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (642.662 KB)

Abstract

Bawang merah yang merupakan spesies Allium cepa L adalah nama tanaman dari familia Amaryllidaceae. Bawang merah menyediakan sekitar 29% dari flavonoid yang diperlukan tubuh sekaligus membuktikan bahwa bawang merah merupakan sumber polifenol antioksidan yang baik. Dalam survey terhadap 29 sayuran dan buah-buahan, bawang merah menduduki peringkat tertinggi kandungan kuersetin. Kuersetin merupakan senyawa flavonoid dari kelompok flavonol dan diindikasikan sebagai fitokimia flavonoid yang mempunyai kemampuan antioksidan paling kuat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ekstrak etanol bawang merah dapat diformulasikan dalam sediaan krim anti-aging dan untuk mengetahui kemampuan ekstrak etanol bawang merah sebagai anti-aging. Bawang merah diekstraksi dengan maserasi menggunakan pelarut etanol 96% ekstrak kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Konsentrasi ekstrak bawang merah yang digunakan dalam sediaan adalah 1,3, dan 5% lalu dibandingkan dengan sediaan Pond’s dan blanko (tanpa ekstrak bawang merah). Evaluasi sediaan yang dilakukan adalah pemeriksaan homogenitas, penetuan tipe emulsi, pH, uji iritasi, dan tidak mengalami perubahan selama 12 minggu. Dan diproleh hasil pemeriksaan menggunakan skin analyzer yang paling efektif adalah konsentrasi 5%. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang merah dapat diformulasikan kedalam sediaan krim dan memiliki kempuan sebagai anti-aging.
Molecular docking analysis of six major compounds from sweet basil (Ocimum basilicum L.) extract as potential anti-hypertension therapy Bayu Cakra Buana; Iksen Iksen; Kasta Gurning
Jurnal Pendidikan Kimia (JPKIM) Vol 15, No 2 (2023): August
Publisher : Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/jpkim.v15i2.43617

Abstract

Hypertension is an abnormally high blood pressure condition that is the leading cause of preventable cardiovascular disease, chronic kidney disease, and cognitive impairment. In the case of hypertension, repressing the Angiotensin-Converting Enzyme (ACE) expression has been shown to be an effective method of controlling hypertension by inhibiting the conversion of angiotensin I to angiotensin II. Captopril is the most commonly used ACE inhibitor. It simultaneously inhibits the conversion of angiotensin I to the potent vasoconstrictor angiotensin II and the vasodilator peptide bradykinin. Sweet basil (Ocimum basilicum L.) on the other hand, is used in traditional Indian and Chinese medicine to treat a variety of diseases, including hypertension. The study aimed attempts to investigate the potency of 6 major compounds found in sweet basil (Ocimum basilicum L.) extract, as an anti-hypertension therapy. The analysis demonstrates that Ocimum basilicum L., extract is effective as an anti-hypertension therapy because it contains several compounds that may interact with ACE and inhibit its activity. The molecular docking analysis and drug-likeness prediction indicate that camphor could be a potential drug candidate because it does not violate the Lipinski rule, has a high Gastrointestinal (GI) absorption, a high affinity to interact with ACE, and a similar interaction site to the ACE-Captopril interaction.Keywords: ACE; Holly basil; Hypertension; Molecular docking
Phytochemical Screening and Anti-Hyperuricemia Activity Test In Vivo of Ethanolic Extract of Shallot (Allium cepa L.) Skin Syahrina Syahrina; Vivi Asfianti; Kasta Gurning; Iksen Iksen
Borneo Journal of Pharmacy Vol. 3 No. 3 (2020): Borneo Journal of Pharmacy
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/bjop.v3i3.1365

Abstract

Uric acid is the final product of purine metabolism that will be excreted through urine, feces, and sweat. Excessive production of uric acid can cause hyperuricemia, known as gout. The skin of shallots (Allium cepa L.) is one of the household wastes that are very rarely used by the community. Ethanol extract of shallot skin (EESS) was tested for phytochemical screening and anti-hyperuricemia activity using potassium oxonate. Mice were divided into five groups (Allopurinol, Na-CMC, EESS 200 mg/kg BW, 300 mg/kg BW, and 400 mg/kg BW) and uric acid levels were observed at 2-hour intervals for six hours. Phytochemical screening shows that EESS has potential compounds in the treatment of gout. Tests to reduce uric acid levels showed that EESS has better potential than allopurinol at concentrations of 300 mg/kg BW and 400 mg/kg BW after six hours of induction in reducing uric acid levels.