Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Faktor Somatogenik, Psikogenik, Sosiogenik yang Merupakan Faktor Risiko Kejadian Skizofrenia Usia < 25 Tahun (Studi di Kecamatan Kepil Kabupaten Wonosobo) Dhian Ika Prihananto; Suharyo Hadisaputro; Mateus Sakundarno Adi
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Komunitas Vol 3, No 2: Agustus 2018
Publisher : Master of Epidemiology, School of Postgraduate Studies, Diponegoro University, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (12023.362 KB) | DOI: 10.14710/jekk.v3i2.4025

Abstract

Background: Schizophrenia is a clinical syndrom of several disturbing psichological condition, involving process of thinking, emotion, perception, and attitude. Risks factors contributing to the appearance of schizophrenia <25 years old are factors of somatogenic, psychogenic, and sociogenic. The aim of the reaearch was to povide evidence that factors of somatogenic, psychogenic, and sociogenic are contributing factors to schizophrenia <25 years old.Methods: This research is a research of mix method, design of case-control study reinforced by indepht interview. The population of study was people with schizophrenia <25 years old in Kepil Subdistrict, Wonosobo Regency. The sample consisted of 55 cases and 55 controls based on consecutive samplung. The research instrument was guided interview. Data were then analyzed using chi square (univariate, bivariate) and logistic regression (multivariate).Result: Contributing factors to risk factors of schizophrenia observed on people <25 years old are family with schizophrenia (OR=8,016; 95%CI=2,342-27,433; p=0,001), bad temper (OR=3,223; 95%CI=1,159-8,961; p=0,025), early deprivation (OR=5,356; 95%CI=1,180-24,309; p=0,030), experiencing stress (OR=5,451; 95%CI=1,739-17,083; p=0,004), low social development (OR=3,363; 95%CI=1,072-10,552; p=0,038), low economic condition (OR=5,294; 95%CI=1,696-16,524; p=0,004).Conclusion: Somatogenic factor that proved to be a risk factor for schizophrenia <25 years old is having a family history of schizophrenia, has a bad temper. Psychogenic factors are experiencing early deprivation, experiencing stress. Sociogenic factor is bad social development, low economic level.
Hubungan Faktor Harapan Dengan Kejadian Depresi Pada Lansia : Studi di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Blitar di Tulungagung Dhian Ika Prihananto; Norma Risna Sari
Judika (Jurnal Nusantara Medika) Vol 5 No 1 (2021): Volume 5 Nomor 1 Tahun 2021
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29407/judika.v5i1.16279

Abstract

Depresi merupakan kondisi emosional seseorang yang biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain, tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual, dan minat serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan. Lansia merupakan kelompok yang paling rentan mengalami depresi. Pada dasarnya orang yang lanjut usia akan kehilangan semangat hidup, terlebih apabila mereka sudah memikirkan berbagai keinginan yang selama ini belum terpenuhi, perasaan bersalah terhadap keluarga atau pasangan akan semakin mendorong rasa depresi menjadi lebih berat. Penelitian ini merupakan penelitian mix method, desain studi case- control. Populasi studi yaitu lansia yang mengalami depresi di di UPT Pelayanan Lanjut Usia Blitar di Tulungagung. Sampel terdiri dari 26 kasus dan 26 kontrol yang diambil secara consecutive sampling. Instrument penelitian adalah Skala pengukuran depresi pada lansia (Beck), kuesioner wawancara. Analisis data secara univariat, bivariat (chi-square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang harapan belum terpenuhi pada kelompok kasus sebanyak 9 responden (34,6%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 2 responden (7,7%). Hasil uji bivariat (chi-square) diperoleh nilai p=0,042 OR=6,353 95%CI=1,216-33,191. Simpulannya terdapat hubungan antara faktor harapan dengan kejadian depresi pada lansia. Lansia yang harapannya belum terpenuhi memiliki risiko 6,353 kali lebih besar untuk menderita depresi dibandingkan lansia yang harapannya terpenuhi.
PENERAPAN SENAM ERGONOMIS UNTUK MENURUNKAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA DENGAN INTOLERANSI AKTIVITAS DI PONDOK LANSIA YPA AN-NUR KOTA KEDIRI Dhian Ika Prihananto; Norma Risnasari; Siti Aizah; Dimas Hardianto
Judika (Jurnal Nusantara Medika) Vol 5 No 2 (2021): Volume 5 Nomor 2 Tahun 2021
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29407/judika.v5i2.17422

Abstract

Gout is a disease caused by a buildup of uric acid or crystals in tissues, especially in the joints. One of the non-pharmacological treatments to reduce uric acid levels in patients with gout is doing ergonomic exercise, which is a combination of muscle movement and breathing techniques. This type of research is descriptive using a case study approach. The subjects of this study were two elderly people who suffered from gout with activity intolerance nursing problems by applying ergonomic exercise to reduce uric acid levels. Ergonomic gymnastics research instruments use Standard Operating Procedures (SOP) sheets and instruments to measure uric acid levels using Point Of Care Testing (POCT). The results showed that on the first day Mr. E had high uric acid levels with an amount of 8.2 mg/dl and after receiving ergonomic exercise therapy, Mr. E experienced a decrease in uric acid levels by an amount of 7.7 mg/dl. Mrs.S got the result of 9.6 mg/dl and decreased with the result of 7.2 mg/dl. On the second day, the uric acid level was checked with the result that Tn.E was 7.4 mg/dl and after receiving ergonomic exercise therapy, Mr.E's uric acid level did not change. Mrs. W uric acid level is 7.2 mg/dl and after receiving ergonomic exercise therapy, uric acid level is still 7.2 mg/dl. On the third day, before ergonomic exercise therapy, Mr. E got 6.9 mg/dl but after receiving ergonomic exercise, uric acid levels increased by 7.0 mg/dl. Mrs.S' uric acid level was 5.9 mg/dl and after doing ergonomic exercise therapy, Mrs.S experienced an increase in uric acid with a result of 6.2 mg/dl. The conclusion is that ergonomic exercise has an effect on reducing uric acid levels.
Cegah Perilaku Kleptomania sejak Dini di SMK PGRI 2 Kota Kediri Norma Risnasari; Elysabet Herawati; Dhian Ika Prihananto; Muhammad Mudzakkir; Ropita Oktaviani; Yulla Yulfida Andarisma
Journal of Community Engagement in Health Vol 3 No 1 (2020): Maret
Publisher : Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30994/jceh.v3i1.32

Abstract

Kleptomania termasuk kelompok gangguan kepribadian borderline artinya terletak pada batas antara normal dan psikotik, yaitu kondisi yang termasuk dalam kelompok gangguan kendali impulsif, dimana penderita tidak dapat menahan diri untuk mengutil atau mencuri. Orang dengan kelainan ini terdorong untuk mencuri barang, umumnya barang yang tidak berharga, seperti pensil, permen, sisir, atau barang lainnya dan biasanya merasakan kelegaan atau kenikmatan setelah melakukan tindakan mencuri. Kegiatan penyuluhan kesehatan dilaksanakan pada tanggal 24 Januari 2019 diawali pre test dan diakhir dilakukan post test. Berdasarkan hasil pre test pada 60 siswa, maka sebanyak 19 siswa (31,6%) menyatakan belum tahu tentang pengertian kleptomania, 50 siswa (83,3%) menyatakan belum tahu penyebab kleptomania, 56 siswa (93,3%) belum tahu ciri-ciri orang yang mengalami kleptomania, 54 siswa (90%) belum tahu upaya pencegahan kleptomania, 60 siswa (100%) tidak pernah melakukan kleptomania. Setelah dilakukan penyuluhan, maka kami memberikan soal yang sama dengan soal pre test. Dari hasil post test 60 siswa (100%) menyatakan paham tentang pengertian, ciri-ciri dan upaya pencegahan kleptomania, 57 siswa (95%) menyatakan paham penyebab kleptomania dan 13 siswa (21,6%) pernah melakukan kleptomania. Penanganan yang merupakan pilihan utama untuk penderita kleptomania salah satunya dibawa ke psikolog, agar dilakukan terapi perilaku, yaitu serangkaian perilaku yang psikolog ciptakan untuk direkayasa, terapi tersebut tidak sekedar mengobati dari sisi pikirannya saja, namun juga sisi perasaannya, karena dorongan ini muncul dari perasaan, bukan pikiran. Keluarga dalam membantu proses penyembuhan sebaiknya ikut menciptakan suatu lingkungan atau suasana yang tidak memungkinkan bagi penderita klepto untuk kambuh lagi hasratnya
Edukasi Manajemen Koping Pada Remaja Terhadap Problematika Kehidupan Sehari-Hari endah wijaya; Dhian Ika Prihananto; Siti Aizah; Ratih Ayu Kinasih; Cyndi Fitriana Nursita; Sapto Widy Wijayanto
Jurnal Pengabdian Masyarakat Nusantara Vol 2 No 2 (2023): Vol.2 No.2 (Juni 2023)
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29407/dimastara.v2i2.20092

Abstract

Adolescence is a phase of physical, cognitive, psychosocial, and emotional transition. This phase allows adolescents to experience with problems and stress. Problems and stress can be managed by self-coping management. This activity aims to determine students' stress levels and increase their understanding of coping management. The activity was carried out on November 29, 2022 at SMK PGRI 3, Kediri with 31 participans. Activities carried out by the method of lectures, discussions, and games. Activity evaluation is comparing pre and post test scores. The results showed that there was an increase in knowledge of 13% after being given counseling. This education must be carried out continuously so that students are truly able to understand and do it in everyday life. The school is expected to create a program to monitor student stress levels as well as an educational program on self-coping management.
FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGEMBALIAN BERKAS REKAM MEDIS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT Mochammad Malik Ibrahim; Eka Yusmanisari; Dhian Ika Prihananto
Judika (Jurnal Nusantara Medika) Vol 8 No 1 (2024): Volume 8 No 1 April 2024
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Permasalahan keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat inap pada bulan Desember rata-rata nilai tertinggi keterlambatan terjadi pada ruang Asoka jika dibandingkan dengan beberapa ruang rawat inap lainnya. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi secara mendalam faktor penyebab terjadinya keterlambatan pengembalian berkas rekam medis di ruang Asoka RSUD Bangil. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan study kasus. Data diperoleh dengan menggunakan hasil wawancara dan observasi. Informan yang diwawancarai sebanyak 4 informan dan terdapat 4 Model analisis, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menjelaskan keterlambatan pengembalian berkas rekam medis disebabkan faktor Man yaitu ketidakdisiplinan dokter dalam mengisi resume, tidak ada system reward dan punishment bagi dokter dan petugas, Faktor material yaitu ketidaklengkapan pengisian formulir rekam medis, Faktor Methode yaitu kurang mematuhi SOP pengembalian 2 x 24 jam, Faktor Machine yaitu belum sepenuhnya terlaksana kebijakan rekam medis elektronik. Simpulan, terdapat 4 faktor yang menyebabkan keterlambatan pengembalian berkas rekam medis. Saran bagi rumah sakit adalah melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan SOP pengembalian berkas rekam medis, melakukan sosialisasi ulang SOP untuk memberikan informasi kembali petugas kesehatan mengenai waktu pengembalian berkas rekam medis, memberikan reward berupa sertifikat penghargaan kepada petugas kesehatan yang bertanggung jawab serta saran bagi peneliti selanjutnya yaitu mengkaji secara kuantitatif variabel-variabel independent yang mempengaruhi keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat inap.