Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Efektivitas Penambahan Ragi Roti (Saccharomyces cerevisiae) pada Pakan Buatan Ikan Tawes (Puntius javanicus) Terhadap Laju Pertumbuhan, Efisiensi Pemanfaatan Pakan dan Kelulushidupan Desy Sumardiyani; Diana Rachmawati; Istiyanto Samidjan
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 4, No 1 (2020): SAT edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.908 KB) | DOI: 10.14710/sat.v4i1.5937

Abstract

Ikan tawes (Puntius javanicus) merupakan komoditas ikan air tawar yang bernilai ekonomis tinggi tetapi memiliki kendala didalam budidaya yaitu pertumbuhannya lambat dan pemanfaatan pakan yang kurang efisien. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan penambahan ragi roti (S. cerevisiae) pada pakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan S. cerevisiae pada pakan terhadap tingkat kosumsi pakan (TKP), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), laju pertumbuhan relatif (RGR) dan kelulushidupan. Materi yang digunakan adalah ragi roti (S. cerevisiae) yang dicampurkan pada pakan buatan ikan dengan cara disemprotkan dan setelah kering diberikan sebagai pakan ikan tawes. Penelitian dilakukan dengan metode ekperimental menggunakan rancangan acak lengap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali pengulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu dengan dosis A (0 g/kg pakan), B (3 g/kg pakan), C (6 g/kg pakan) dan D (9 g/kg pakan). Hewan uji yang digunakan adalah ikan tawes (P. javanicus) sebanyak 120 ekor dengan bobot rata-rata 18,20±0,62 g/ekor. Wadah yang digunakan pada penelitian adalah hapa dengan ukuran 50x50x50 cm3 dengan padat penebaran ikan tawes pada perlakuan yaitu 1 ekor/2 liter. Ikan tawes diberi makan 3 kali sehari sebanyak 5% dari bobot biomassa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan S. cerevisiae pada pakan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap rasio konversi pakan (FCR) dan pertumbuhan spesifik (SGR) tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kelulushidupan. Hasil terbaik diperoleh pada pemberian pakan dengan dosis 3 g/kg pakan (B) dengan nilai rasio konversi pakan (FCR) 1,28±0,03, pertumbuhan spesifik (SGR) 5,90±0,09% dan kelulushidupan 95,00±8,66%. Kata Kunci : Saccharomyces cerevisiae, ikan tawes dan pertumbuhan
PENGARUH BERBAGAI SUMBER ATRAKTAN DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP RESPON PAKAN, TOTAL KONSUMSI PAKAN, DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GABUS (Channa striata) Bagus Putra Arditya; Subandiyono Subandiyono; Istiyanto Samidjan
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 3, No 1 (2019): SAT edisi Maret
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (907.504 KB) | DOI: 10.14710/sat.v3i1.3132

Abstract

Rendahnya total konsumsi pakan pada ikan gabus (Channa striata) mengindikasikan bahwa tingkat palatabilitas pakan rendah.  Salah satu upaya untuk meningkatkan palatabilitas pakan melalui penambahan atraktan pada pakan uji.  Sumber atraktan yang digunakan berasal dari bahan pakan tepung bekicot, tepung cumi, dan tepung rebon yang memiliki kandungan asam amino berupa glisin serta prolin yang mampu berperan sebagai sumber atraktan alami.  Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh penambahan berbagai jenis atraktan dalam pakan uji terhadap respon dan pertumbuhan benih ikan gabus.  Penelitian ini menggunakan dua sistem wadah pemeliharaan, masing-masing untuk mengetahui respon pakan berupa stryrofoam dan pertumbuhan ikan berupa ember.  Benih ikan gabus berukuran 0,94±0,09 g.  Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan.  Perlakuan tersebut A, B, C, dan D masing-masing adalah tanpa maupun dengan penambahan atraktan tepung bekicot, tepung cumi dan tepung rebon.  Dosis penambahan atraktan sebesar 3%.  Variabel yang diamati meliputi respon pakan, total konsumsi pakan (TKP), rasio konversi pakan (FCR), rasio efiisiensi protein (PER), laju pertumbuhan spesifik (SGR), dan tingkat kelulushidupan (SR).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan atraktan pada pakan uji berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap respon pakan, TKP, FCR, PER, SGR, tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap SR.  Perlakuan C (penambahan atraktan tepung cumi) memberikan hasil terbaik untuk respon pakan dengan presentase sebesar 78,67±3,21 % dalam waktu <0,30 detik/cm.  Nilai presentase dalam merespon, mendekati, dan menkonsumsi pakan uji sebesar 100%.  Perlakuan C juga memiliki nilai tertinggi untuk TKP 54,36±1,36 g; PER 2,17±0,05 %; SGR 2,78±0,08 %bobot/hari; nilai terendah untuk FCR 1,15±0,03.  Kualitas air pada kisaran yang layak untuk media pemeliharaan.  Kesimpulan yang diperoleh adalah penambahan tepung cumi sebagai bahan atraktan memberikan hasil terbaik terhadap respon pakan, total konsumsi pakan, dan pertumbuhan benih ikan gabus.
PERANAN MANGROVE SEBAGAI SHELTER BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla paramamosain) CANGKANG LUNAK (SOFT SHELL) TERHADAP PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN KEPITING Istiyanto Samidjan; Diana Rachmawati
Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Vol 27, No 2 (2014): Pena September 2014
Publisher : LPPM Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/jurnalpena.v27i2.672

Abstract

Peranan mangrove sebagai shelter dapat memacu terjadinya molting karena mangrove mengandung nutrient unsur N,P,K sehingga kepiting cepat moulting teknik ini dikembangkan untuk mempercepat moulting kepiting bakau. Tujuan penelitian untuk mengkaji peranan mangrove sebagai shelter   dengan persentase penutupan pada luasan media pemeliharaan yang berbeda dengan diberi pakan buatan terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan kepiting bakau. Metode penelitian dengan menggunakan hewan uji kepiting bakau ukuran 144g±0.53 Metode yang digunakan adalah eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL),  4 perlakuan dan 3 ulangan, pemberian daun mangrove dengan berbagai penutupan permukaan pada berbagai persentase yaitu perlakuan A (tanpa mangrove), B (25% mangrove luasan permukaan/m2), C (50% mangrove luasan permukaan/m2) dan  D (75% mangrove luasan permukaan/m2). Penelitian dilakukan di tambak  yang pematangnya dikelilingi tanaman mangrove sebagai shelter seluas ± 1500 m2 dengan teknik budidaya monokultur sistem intensif  menggunakan  karamba plastik masing-masing karamba diisi kepadatan 1 ekor/karamba atau 10 ekor/10 karamba/m2. Digunakan 120 basket dengan diberi pakan buatan dengan kandungan protein 35% sebanyak 5% perbiomas perhari yang diberikan pada pagi dan sore hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mangrove sebagai shelter pada kepiting bakau yang diberi pakan buatan dengan kandungan protein 35 % dan lemak nabati (5%) berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap pertumbuhan bobot mutlak, FCR  dan kelulushidupan kepiting bakau. Pertumbuhan bobot mutlak tertinggi diperoleh dari perlakuan D (56.5±0.750 g) FCR terendah pada D (2.841663±0.5011) serta kelulushidupan kepiting bakau perlakuan D (93.33±11.55%). Peran mangrove sebagai tanaman pelindung (shelter) dapat memperbaiki kualitas air, sehingga kondisi kualitas air media pemeliharaan kepiting bakau layak, serta dapat meningkatkan kehidupan kepiting bakau yang ramah lingkungan
PENGKAYAAN PAKAN BUATAN MELALUI PENAMBAHAN VITAMIN E TERHADAP PERFORMAN EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN, LAJU PERTUMBUHAN RELATIF DAN KELULUSHIDUPAN KEPITING BAKAU (Scylla paramamosain) Diana Rachmawati; Istiyanto Samidjan
Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Vol 27, No 2 (2014): Pena September 2014
Publisher : LPPM Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/jurnalpena.v27i2.668

Abstract

Feed is one of the essential biological factors for the growth and survival of mud crab in especially mud crab (S. paramamosain).  This study aims to determine the effect of vitamin E on artificial feed for the growth and survival of mud crab (S. paramamosain). This study was conducted from January until March 2014 in the farming village of Tugu Village, Urban Tapak, District Mangkang, Semarang regency for 42 days. Test animals used were of mud crab (S. paramamosain) with an average initial weight 51.04±0.29 g. This study uses the Experimental Method with completely randomized design (CRD) is 4 treatments and 3 replications. The treatments tested were treatment A (artificial feed with vitamin E 0 g/100 g diet), B (artificial feed with vitamin E 0.4 g/100 g feed), C (artificial feed with vitamin E 0.6 g/100 g feed), and D (artificial feed with vitamin E 0.8 g/100 g). Results of this study showed the highest relative growth rate in treatment D (1.33±0.01). Highest utilization efficiency feed achieved by treatment D (27.07±1.22). Value of the survival rate of mud crab (S. paramamosain) ranged from 66.67 until 100.00%. Conclusion in this study is doses of vitamin E on artificial feed significant effect on utilization efficiency feed, relative growth rate but did not significantly effect on survival rate of mud crab (S. paramamosain). The best doses of vitamin E can be added to artificial feed for mud crab (S.paramamosain) was 0.8 g/100 g.
PENGARUH PENAMBAHAN Saccharomyces cerevisiae PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP PERFORMAN BENIH IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus) Diana Rachmawati; Istiyanto Samidjan; Dewi Nurhayati
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 20, No 2 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v20i2.1546

Abstract

AbstrakIkan baung (Hemibagrus nemurus) merupakan salah satu ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis penting. Permasalahan pada budidaya ikan baung yaitu laju pertumbuhan yang lambat diduga karena ikan baung kurang dapat memanfaatkan pakan secara efisien. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan suplementasi Saccharomyces cerevisiae) pada pakan buatan komersial. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh suplementasi S.cerevisiae dalam pakan buatan komersial terhadap efisiensi pemanfaatan pakan, pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan baung (H. nemurus). Benih ikan baung yang digunakan memiliki bobot rata-rata 1,76±0,03g/ekor. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) terdiri atas 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah suplementasi  S.cerevisiae pada pakan buatan komersial yaitu 0g/kg pakan (A); 2,5g/kg pakan (B); 5g/kg pakan (C); dan 7,5g/kg pakan (D). Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi  S.cerevisiae pada pakan buatan komersial berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kecernaan protein (ADCp), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), rasio konversi pakan (FCR), protein efisiensi rasio (PER) dan laju pertumbuhan relatif (RGR), tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tingkat konsumsi pakan (TKP) dan kelulushidupan benih ikan baung. Perlakuan B (dosis S.cerevisiae2,5g/kg pakan) merupakan dosis terbaik yang memberikan nilai tertinggi pada ADCp (75,35%), EPP (76,24%), FCR (1,34), PER (3,85) dan RGR (3,79%/hari). Kesimpulan dari penelitian ini menunjukan bahwa suplementasi S.cerevisiae pada pakan komersial memebrikan pengaruh nyata pada ebebrapa parameter biologis ikan baung, dengan perlakuan B sebagai model perlakuan yang terbaik.Kata kunci : Saccharomycescerevisiae, kecernaan, pakan, pertumbuhanAbtractAsian redtail catfish (Hemibagrus nemurus) is one of the freshwater fish that has important economic value. The problem with Asian redtail catfish fish farming is the slow growth rate, presumably because Asian redtail catfish are less able to utilize feed efficiently. One solution to overcome this problem is by supplementing Saccharomyces cerevisiae in commercially feed. This study was conducted to examine the effect of supplementation of S. cerevisiae in commercially feed on the efficiency of feed utilization on growth performance and survival of Asian redtail catfish (H. nemurus) fingerlings. Asian redtail catfish  fingerlings used had an average weight of 1.76±0.03g/fish. This study used an experimental method with analysis of variance (one-way ANOVA) consisting of 4 treatments and 3 replications. Fish were fed with four dosages of supplementation with S. cerevisiae on feed, at 0 g/kg feed (A); 2.5 g/kg feed (B); 5g /kg feed (C); and 7.5g /kg feed (D). The results showed that S. cerevisiae supplementation in commercially feed had a significant effects (P<0.05) on protein digestibility (ADCp), feed utilization efficiency (EPP), feed conversion ratio (FCR), protein efficiency ratio (PER) and relative growth rate (RGR), but had no significant effects (P>0.05) on the level of total feed consumption (TKP) and survival of Asian redtail catfish fingerlings. Treatment B (S. cerevisiae 2.5g/kg feed) was the best dosage which gave the highest value for ADCp (75.35%), EPP (76.24%), FCR (1.34), PER (3.85 ) and RGR (3.79%/day).The conclusion of this study showed that supplementation of S. cerevisiae in commercial feed had a significant effect on several biological parameters of baung fish, with B treatment as the best treatment model.Keywords : Saccharomyces cerevisiae, digestibility, feed, growth
REKAYASA TEKNOLOGI BUDIDAYA KEPITING BAKAU (Scylla paramaosain) MELALUI REKAYASA PAKAN DAN LINGKUNGAN UNTUK PERCEPATAN PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN Istiyanto Samidjan; Diana Rachmawati; Hadi Pranggono
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 18, No 2 (2019): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (376.278 KB) | DOI: 10.31941/penaakuatika.v18i2.818

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji peran rekayasa pakan dan lingkungan terhadap percepatan pertumbuhan dan kelulushidupan kepiting bakau, dengan memanfaatkan pakan dari berbagai jenis pakan segar (limbah ikan dan wideng) dan rekayasa lingkungan dengan kombinasi biofilter system menggunakan daun mangrove, dimana masing masing dari kepiting bakau diperlihara dengan sistem batery. Metode penelitian dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan pemberian jenis pakan yang berbeda. Ulangan dilakukan pemeliharaan terhadap sepuluh ekor kepiting bakau. Dosis pemberian pakan tiap perlakuan sebanyak 5 % . Perlakuan ”A”, pemberian pakan ikan rucah, perlakuan ”B” pemberian pakan wideng sebanyak 5 % dari berat biomassa perhari dan perlakuan ”C”, pemberian pakan pelet sebanyak 5 % dari berat biomassa perhari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan terbaik untuk budidaya kepiting bakau dengan sistem batery adalah pakan pelet.Sedangkan Perbedaan pakan (Segar, Pelet) berupa ikan rucah, wideng dan pelet memberi pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap pertumbuhan biomassa mutlak dan laju pertumbuhan spesifik (SGR) kepiting bakau. Pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan harian (SGR) tertinggi dihasilkan oleh perlakuan pakan C sebesar 60.58 g ± 2.140 dan 0.81 % ± 0.022. Sedangkan terhadap kelulushidupan perbedaan pakan segar maupun pelet tidak memberi pengaruh yang nyata (p>0,05). Kualitas air untuk budidaya kepiting bakau relatif layak. Kata Kunci : Ikan rucah, Wideng dan Pelet, Scylla paramaosain 
PENAMBAHAN Saccharomyces cerevisiae PADA PAKAN BUATAN KOMERSIAL BENIH LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus Var. Sangkuriang) TERHADAP EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN, PERTUMBUHAN, DAN KELULUSHIDUPAN Diana Rachmawati; Johannes Hutabarat; Titik Susilowati; Istiyanto Samidjan; Hadi Pranggono
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 19, No 2 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v19i2.1177

Abstract

ABSTRAK            Permasalahan yang dihadapi saat ini oleh pembudidaya lele Sangkuriang (Clarias gariepinus var Sangkuriang) pada umumnya adalah efisiensi pemanfaatan pakan yang belum maksimal dari pakan komersil yang diberikan sehingga biaya pakan tinggi.Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan penambahan Saccharomyces cerevisiae pada pakan buatan komersil.S. cerevisiae merupakan salah satu jenis ragi yang berpotensi sebagai imunostimulan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan pakan dan mempercepat pertumbuhan  ikan.Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pengaruh S. cerevisiae dalam pakan buatan komersial terhadap efisiensi pemanfaatan pakan, pertumbuhan dan kelulushidupan benih lele Sangkuriang.Ikan uji yang digunakan adalah benih lele Sangkuriang dengan bobot rata-rata 6,20±0,28 g sebanyak 300 ikan.Parameter yang diamati selama penelitian meliputi parameter efisiensi pakan terdiri dari efisiensi pemanfaatan pakan (EPP), rasio konversi pakan (FCR) dan rasio efisiensi protein (PER), parameter pertumbuhan terdiri dari laju pertumbuhan relatif (RGR), dan kelulushidupan (SR).Hasil penelitian menunjukkan penambahan S. cerevisiae dalam pakan buatan komersial meningkatkan EPP, FCR, PER, dan RGRnamun tidak berpengaruh terhadap SR benih lele Sangkuriang.Dosis S. cerevisiae sebesar 1,5%/kg pakan merupakan dosis terbaik dikarenakan menghasilkan nilai tertinggi EPP,  PER, FCR dan RGR sebesar 78,47%; 3,08; 1,39 dan 3,20 %/hari. Kata Kunci :Saccharomyces cerevisiae,pertumbuhan, lele Sangkuriang, kelulushidupan  ABSTRACT                Common problem faced by fish farmers of Sangkuriang catfish (Clarias gariepinus var Sangkuriang) is an inefficiency of feed utilization that causes high cost of production. One of the solution to solve the problem is by enriching the feed with Saccharomyces cerevisiae. S. cerevisiaeis one of yeast types that has potential as an imunostimulant to increase efficiency of feed utilizationand growth. The objective of the study was to analyze the effects of S. cerevisiaesupplemented feed on efficiency of feed utilization, growthand survival rate of Sangkuriang catfish juveniles.  The 300 test fish used in the study was Sangkuriang juveniles catfish having mean weight of 6.20±0.28 g. Parameters observed during study were efficiency of feed utilization (EFU), feed conversion ratio (FCR) protein efficiency ratio (PER), relative growth rate (RGR), and survival rate (SR). The results of the study showed that S. cerevisiaesupplemented feed could increase EFU, FCR, PER, and RGR, but it did not affect SR of Sangkuriang catfish juveniles.The dose of S. cerevisiaeas much as1.5%/kg feed was the best dose that generated the greatest values of 78.47%, 3.08, 1.39 and 3.20 %/day respectively for EFU, FCR, PER, and RGR. Keywords : Saccharomyces cerevisiae, growth, Sangkuriang catfish, survival rate
SISTEM BUDIDAYA BIOFILTER KEPITING BAKAU (S. Paramamosain) DENGAN RUMPUT LAUT (Caulerpa racemosa) YANG DIBERI PAKAN BUATAN DIPERKAYA VITAMIN E Istiyanto Samidjan; Diana Rachmawati; Hadi Pranggono; Heryoso Heryoso
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 20, No 1 (2021): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v20i1.1327

Abstract

AbstrakTujuan penelitian untuk mengkaji rekayasa teknologi budidaya kepiting bakau yang dipelihara di wadah basket ditambak dengan diberipakan buatan diperkaya vitamin E dengan dosis berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan kepiting bakau Scylla paramamosain. Metode penelitian menggunakan hewan uji kepiting bakau ukuran 145,5g±0.61 Metode yang digunakan adalah metode eksperimental yang dilakukan di lapangan, dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan yaitu A: diberi vit E dosis 0 g/100g pakan buatan dan tanpa rumput laut Caulerpa racemosa), B= diberi vit E 0,2g/100 g pakan pakan dan diberi 100 g rumput laut Caulerpa racemosa), C =diberi vit E dosis 0,4g/100g dan 100 g rumput laut Caulerpa racemosa), D=diberi vit E 0,6g/100g pakan dan diberi rumput laut Caulerpa racemosa bobot 100 g), selanjutnya lingkungan media biofilter system dari rumput laut di inlet air masuk tambak sebagai biofilter system dan diberi pakan sesuai perlakuan sebanyak 5% perbiomas perhari dan masing-masing kepiting dipelihara dalam wadah basket plastik ukuran 30x30x30 cm dan dipelihara selama 42 hari. Data yang diperoleh adalah data pertumbuhan biomassa mutlak, kelulushidupan, FCR dan data kualitas air (suhu, salinitas, amoniak, nitrit, nitrat, oksigen). Penelitian dilakukan di tambak milik petani Bp H.Chambali kelurahan Mangkang Wetan sebagai biofilter system manipulasi lingkungan menggunakan rumput laut Caulerpa racemosa kepiting soft shell seluas ± 1500 m2, dengan teknik budidaya monokultur sistem intensif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pakan buagtan yhang diperkaya dengan vit E pada  dosis berbeda dengan berbasis rumput laut sebagai biofilter system  memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan kepiting bakau. Pertumbuhan bobot mutlak tertinggi diperoleh dari perlakuan C (58.75±1.010gr) dan kelulushidupan kepiting bakau perlakuan C (90.3333±2.309%%). Peran rumput laut Caulerpa racemosa sebagai biofilter system dapat memperbaiki kualitas air media pemeliharaan kepiting bakau, sehingga dapat meningkatkan kehidupan kepiting bakau yang ramah lingkungan. Kata kunci: biofilter system, mangrove, pakan buatan, Scylla paramamosain , Vit.E. AbstractThe aim of this research was to study the engineering technology of mud crab cultivation reared in basketry containers in a pond with artificial graft enriched with vitamin E with different doses on the growth and survival of Scylla paramamosain mud crab. The method used in this study was a test animal of mud crab size 145.5 g ± 0.61. The method used was an experimental method in the field, using a completely randomized design with 4 treatments and 3 replications, namely A: given vitamin E dose of 0 g / 100g artificial feed and seaweed Caulerpa racemosa), B = given vitamin E 0.2g / 100 g of feed and given 100 g of Caulerpa racemosa seaweed), C = given vitamin E dose of 0.4g / 100g and 100 g of Caulerpa racemosa seaweed), D = given 0.6g / 100g vit E feed and given 100 g of Caulerpa racemosa seaweed), then the environment of the biofilter system media from seaweed in the water inlet enters the pond as a biofilter system and is given feed according to treatment as much as 5% per per day and respectively. Each crab was kept in a plastic basket measuring 30x30x30 cm and reared for 42 days. The data obtained are absolute biomass growth data, survival, FCR and water quality data (temperature, salinity, ammonia, nitrite, nitrate, oxygen). The research was conducted in a farm owned by Bp H. Chambali, Mangkang Wetan sub-district as a biofilter system for environmental manipulation using seaweed Caulerpa racemosa soft shell crabs covering an area of ± 1500 m2, with an intensive system cultivation technique. The results showed that the use of buagtan feed enriched with vitamin E at different doses from seaweed based as a biofilter system had a highly significant effect (P <0.01) on the growth and survival of mud  crabs. The highest absolute weight growth was obtained from treatment C (58.75 ± 1.010gr) and the survival rate of mud crabs in treatment C (90.33 ± 2.309 %%). The role of Caulerpa racemosaseaweed as a biofilter system can improve the water quality of the mud crab maintenance media, so that it can improve the life of the mangrove crab which is environmentally friendly. Keyword: biofilter system, mud crab, artificial feed, Scylla paramamosain, vitaminet E
REKAYASA TEKNOLOGI POLIKULTUR UDANG VANAME DAN RUMPUT LAUT CAULERPA RACEMOSA YANG DIBERI PAKAN BUATAN YANG DIPERKAYA DENGAN ENZIM PROTEASE TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELULUSHIDUPAN Istiyanto Samidjan; Heryoso Heryoso; Vivi Endar Herawati; Hadi Pranggono
Pena Akuatika Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan Vol 19, No 1 (2020): PENA AKUATIKA JURNAL ILMIAH PERIKANAN DAN KELAUTAN
Publisher : Fakultas Perikanan Universitas Pekalongan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31941/penaakuatika.v19i1.1148

Abstract

AbstrakPermasalahan yang sering muncul pada budidaya udang vanname di tambak adalah mortalitas yang tinggi disebabkan oleh faktor lingkungan dan penggunaan kolom air tambak atau petakan tambak kultivan yang dipelihara lebih dari 2 jenis. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji  pengaruh sistem polikultur pada udang vanname (Litopenaeus vannamei) dan rumput laut (Caulerpa racemosa) dengan bobot rumput laut yang berbeda terhadap pertumbuhan dan kelulushidupan serta perbaikan kualitas air tambak. Penelitian dilaksanakan pada bulan Pebruari sd Maret 2020 di Tambak mitra Pokdakan Sidomulyo, Kelurahan Krapyak Lor, Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan. Bahan uji yang digunakan adalah  udang vanname  yang berukuran 6,45 ± 0,05 gr dan rumput laut (Caulerpa racemosa) dengan bobot 0, 75, 150, 225 gr. Rancangan penelitian dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan yaitu T1 (udang vanname 20 ekor), T2 (udang vanname 20 ekor + rumput laut 75 gr), T3 (udang vanname 20 ekor + rumput laut 150 gr), dan T4 (udang vanname 20 ekor + rumput laut 225 gr). Hasil penelitian menunjukkan bahwa polikultur udang vanname dengan rumput laut berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertumbuhan bobot mutlak, kelulushidupan dan konversi pakan (P<0.05). Pertumbuhan bobot mutlak pada udang vannamei tertinggi  pada T3 (20V+150 CR g RL) =udang vanname20 ekor + bobot rumput laut 150 g dengan bobot mutlak udang vanamei 19.60±3.42b g), kelushidupan 90±0.05b%, 1.65±0.09b, dan pertumbuhan bolbot mutlak C.racemosa T3 (932±2,73b g), kelulushidupan C.racemosa (90.25±4.25b%).Kata kunci: Polikultur, udang vaname, Caulerpa racemosa, pertumbuhan  AbstractThe problems that often arise of white shrimp vanname culture in ponds are high mortality caused by environmental factors and the use of pond water columns or pond plots that are maintained of more than 2 types. This study aims to examine the effect of the polyculture system on white shrimp vanname (Litopenaeus vannamei) and seaweed (Caulerpa racemosa) on different seaweed weights on growth and survival and improvement of pond water quality. The research was carried out from February to March 2020 in Pokkdakan Sidomulyo partner ponds, Krapyak Lor Village, Pekalongan Utara District, Pekalongan City. The test materials used were white shrimp vanname  measuring 6.45 ± 0.05 gr and seaweed (C. racemosa) with a weight of 0, 75, 150, 225 gr. The research design was carried out by experimental method using completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications, namely T1 (20 white shrimp vanname ), T2 (20 white shrimp vanname + 75 gr seaweed), T3 (20 white shrimp vanname + grass. sea 150 gr), and T4 (20 white shrimp vanname + 225 gr seaweed). The results showed that white shrimp vanname polyculture with seaweed had a significant effect (P <0.05) on absolute weight growth, survival and feed conversion (P <0.05). The highest absolute weight growth in white shrimp vanname was at T3 (20V + 150 CR g RL) = 20 vannamei shrimp + 150 g seaweed weight with 19.60 ± 3.42bg absolute weight of white shrimp vanname ), 90 ± 0.05b%, 1.65 ± 0.09b, survival rate and the absolute bolbot growth of C.racemosa T3 (932 ± 2.73b g), survival rate of C.racemosa (90.25 ± 4.25b%). Keyword: Polyculture, white shrimp Vannamei, Caulerpa Racemosa, growth
PENGARUH CAHAYA DENGAN PANJANG GELOMBANG YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS WARNA IKAN BOTIA (Chromobotia macracanthus BLEEKER) DENGAN SISTEM RESIRKULASI Sandhika Yoga Virgiawan; Istiyanto Samidjan; Sri Hastuti
Sains Akuakultur Tropis : Indonesian Journal of Tropical Aquaculture Vol 4, No 2 (2020): SAT edisi September
Publisher : Departemen Akuakultur FPIK UNDIP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/sat.v4i2.6420

Abstract

Ikan botia (C. macracanthus Bleeker) merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang populer dan memiliki permintaan pasar yang tinggi. Permintaan pasar yang tinggi tidak hanya mengenai kuantitas botia, tetapi harus ditunjang dengan kualitas dari ikan botia juga. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas botia khususnya kualitas warna ikan botia yaitu penambahan lampu LED merah. Penambahan lampu LED merah mampu meningkatkan kualitas warna merah ikan dengan low cost production, dan tidak menyebabkan ikan menjadi stres. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2019 di Laboratorium Budidaya Perairan, Universitas Diponegoro, Semarang. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh cahaya warna merah dan mencari panjang gelombang terbaik untuk meningkatkan kualitas warna ikan botia. Serta untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pertumbuhan ikan botia. Ikan uji yang digunakan adalah ikan botia dengan bobot rata-rata 0,76 g, berukuran 4-5 cm. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan yaitu perlakuan A penambahan cahaya dengan panjang gelombang (435 nm), B (646,5 nm), C (664,5nm), dan D (706,1 nm). Variabel yang diukur meliputi : tingkat stres (jumlah leukosit), kelulushidupan (SR), panjang mutlak, bobot mutlak, kualitas warna, dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan lampu LED warna merah memiliki pengaruh nyata (P0,05) terhadap jumlah leukosit dan kelulushidupan (SR). Penambahan lampu LED warna merah (646,5 nm) dengan sistem resirkulasi berpengaruh terhadap kualitas warna dan performa pertumbuhan yang bagus pada ikan botia.