Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pengaruh sisplatin dosis tinggi terhadap penurunan fungsi sel rambut luar koklea Asti Kristianti; Teti Madiadipoera; Bogi Soeseno
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 40, No 2 (2010): Volume 40, No. 2 July - December 2010
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32637/orli.v40i2.1

Abstract

Background: Chemotherapy is worldwide used nowadays, and its toxicity still remain a problemespecially toxicity to the ear (ototoxicity). Cisplatin (cis-diamminedichloroplatinum) is one of themost commonly used chemotherapy and highly potent in treating epithelial malignancies. Ototoxicitycaused by cisplatin is irreversible, progressive, bilateral, sensorineural hearing loss especially on highfrequency (4-8 KHz) accompanied by tinnitus. Purpose: To observe the cochlear outer hair cells damagein malignancies patients treated with cisplatin. Methods: This study is an observational analytic studywith prospective design to determine the influence of high dose cisplatin on cochlear outer hair cellsfunction. The research was carried out at the ENT-HNS Department, Hasan Sadikin General HospitalBandung, from November 2007 until June 2008. Audiometry, tympanometry, and distortion productotoacoustic emission (DPOAE) examinations were conducted before chemotherapy and DPOAE, andtimpanometry was again measured three days after first and second cycles of cisplatin administration. McNemar test was performed to calculate the effects of high-dose cisplatin to the cochlear outer haircells function. To compare pre and post-cisplatin on alteration of cochlear hair cells function, Wilcoxontest was used. Results: In this study 60 ears from 30 subjects that meet the inclusion criteria, consistedof 25 man (83.3%) and 5 women (16.7%). The prevalence of damaged cochlear outer hair cells were63% at first cycle and 70% at second cycle of cisplatin administration. The decline of cochlear outerhair cells function was significant (p<0.001). Conclusion: High-dose cisplatin decreases cochlear outerhair cells function in patients with malignant neoplasm. Abstrak : Latar belakang: Kemoterapi sekarang rutin digunakan secara klinis di seluruh dunia. Sejalan denganhal tersebut toksisitas kemoterapi, khususnya terhadap telinga saat ini menjadi perhatian. Sisplatin(cis-diamminedichloroplatinum) adalah salah satu obat kemoterapi yang paling banyak digunakandan paling manjur untuk terapi keganasan epitelial. Efek ototoksik sisplatin yaitu terjadi gangguandengar sensorineural yang irreversible, progresif, bilateral pada frekuensi tinggi (4-8 kHz), dan disertaidengan tinitus. Tujuan: Untuk menilai penurunan fungsi sel rambut luar koklea pada penderita tumorganas sesudah pemberian sisplatin dosis tinggi dengan menggunakan DPOAE. Metode: Studi analitikobservasional dengan rancangan prospektif di Bagian IK. THT-KL RS. Hasan Sadikin Bandung mulaibulan November 2007 sampai dengan Juni 2008. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan audiometrinada murni, timpanometri, dan distortion product otoacoustic emission (DPOAE) prakemoterapi, kemudianDPOAE dan timpanometri diulang tiga hari sesudah siklus pertama dan kedua kemoterapi sisplatin. Datayang diperoleh diuji dengan uji McNemar dan uji Wilcoxon. Hasil: Dari penelitian didapat 60 telingadari 30 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi yang terdiri dari 25 laki-laki (83,3%) dan 5perempuan (16,7%). Insidens penurunan fungsi sel rambut luar koklea sebesar 63% (38 kasus) sesudahsiklus pertama dan 70% (42 kasus) sesudah siklus kedua. Hubungan penurunan fungsi sel rambut luarkoklea memberikan nilai yang sangat bermakna sejak pemberian siklus pertama (p<0,001). Kesimpulan:Pemberian sisplatin dosis tinggi pada penderita tumor ganas menyebabkan penurunan fungsi sel rambutluar koklea.Kata kunci: kemoterapi, sisplatin dosis tinggi, sel rambut luar koklea.
KARAKTERISTIK DOKTER MUDA FK UNJANI TERKONFIRMASI POSITIF COVID-19 BERDASARKAN HASIL SWAB RT-PCR Asti Kristianti; Susanti Ratunanda; Iis Inayati
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 4 No 4 (2021): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.261 KB)

Abstract

Corona Virus Disease 19 (COVID-19) adalah penyakit pernafasan yang saat ini menjadi pandemi di dunia. Jawa Barat adalah salah satu provinsi dengan kasus COVID-19 terbanyak di Indonesia. Gejala yang timbul adalah demam, batuk, sesak, malaise, myalgia, sakit tenggorokan, anosmia, dan disgeusia. Polymerase Chain Reaction (PCR) swab adalah pemeriksaan baku emas untuk COVID-19. Pekerja kesehatan termasuk dokter muda adalah kelompok yang memiliki risiko sangat tinggi terinfeksi COVID-19. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik dokter muda Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani (FK Unjani) yang terkonfirmasi COVID-19 berdasarkan hasil swab RT-PCR (Agustus 2020–Januari 2021). Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Dari pemeriksaan swab RT-PCR terhadap 303 dokter muda FK Unjani didapatkan 35 orang terkonfirmasi positif COVID-19, rentang usia 23-24 tahun, dan 85,71% perempuan. Karakteristik berdasarkan gejala klinis 62,86% tidak bergejala, 25,71% demam, 17,14% gangguan penghidu, 11,43% gangguan pengecap, 5,71% batuk dan nyeri badan, 2,86% sesak, sakit kepala, hidung beringus, dan diare. Sebanyak 42,86% sedang persiapan pembelajaran luar jaringan (luring), 22,86% stase di Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM), 17,14% Radiologi, 11,43% Neurologi, dan 2,86% di Laboratorium Mata dan Anak. Sebanyak 74,29% tidak ada riwayat kontak dan sebanyak 25,71% ada riwayat kontak. Tata laksana yang dilakukan, yaitu 31 orang (62,86%) isolasi mandiri, tiga orang (8,57%) dirawat di rumah sakit, dan satu orang (2,86%) dirawat di fasilitas isolasi milik pemerintah. Kesimpulan pada penelitian ini adalah karakteristik dokter muda FK Unjani yang terkonfirmasi positif COVID-19, yaitu sebagian besar perempuan, tanpa gejala, sedang persiapan luring, tidak ada riwayat kontak, dan ditatalaksana dengan isolasi mandiri. DOI : 10.35990/mk.v4n4.p421-432
GAMBARAN FUNGSI TUBA EUSTASIUS PASKA ADENOIDEKTOMI PADA PASIEN TONSILOADENOIDITIS KRONIS DI POLI THT RS DUSTIRA-CIMAHI (PERIODE MARET 2020-JANUARI 2021) Asti Kristianti; Yanti Nurrokhmawati
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 5 No 2 (2022): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.32 KB)

Abstract

Adenoid merupakan bagian dari cincin Waldeyer yang terletak di dinding posterosuperior nasofaring. Hipertrofi adenoid dapat menyumbat orofisium tuba eustachius di nasofaring sehingga terjadi otitis media. Adenoidektomi dilakukan pada pasien dengan gejala hipertrofi adenoid. Tindakan kuretase adenoid juga dapat menyebabkan gangguan fungsi tuba pada pasien apabila adenotom mengenai orifisium tuba eustasius. Fungsi tuba eustasius dan keadaan telinga tengah dapat diketahui melalui pemeriksaan timpanometri. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran fungsi tuba sebelum dan sesudah adenoidektomi pada pasien tonsiloadenoiditis kronis hipertrofi dengan menggunakan timpanometri di Poliklinik THT RS Dustira Cimahi. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi analisis observasional dengan desain potong lintang (cross sectional). Pada pasien tonsiloadeniditis kronis dilakukan pemeriksaan timpanometri sebelum dan 1 minggu sesudah dilakukan adenoidektomi. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik THT RS Dustira Cimahi pada bulan Maret 2020-Januari 2021. Jumlah sampel yang masuk kriteria penelitian didapatkan sebanyak 10 pasien tonsiloadenoiditis kronis. Karakteristik subjek penelitian didapatkan pasien paling banyak pada usia 8 tahun dan jenis kelamin perempuan. Gambaran timpanogram pada pasien tonsiloadenoiditis kronis sebelum dilakukan adenoidektomi didapatkan 80% hasil timpanogram tipe A. Gambaran timpanogram sesudah dilakukan adenoidektomi didapatkan 60% mengalami perubahan fungsi tuba eustachius dengan gambaran tipe B dan C. Kesimpulan pada penelitian ini adalah gambaran fungsi tuba sebelum adenoidektomi sebagian besar memiliki fungsi tuba yang normal dan sesudah adenoidektomi Sebagian besar mengalami disfungsi tuba eustachius. Hal ini dapat terjadi karena adanya pertumbuhan kembali adenoid atau jaringan limfoid sekitar tuba, dan perlukaan orifisium tuba eustasius akibat tindakan kuretase. DOI : 10.35990/mk.v5n2.p138-149
GAMBARAN GANGGUAN AUDITORIK DAN NON AUDITORIK PELAJAR SMKN I CIMAHI PENGGUNA PLDs Asti Kristianti
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 2 No 1 (2018): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.108 KB)

Abstract

Gangguan pendengaran pada remaja merupakan isu yang saat ini sedang banyak mendapat perhatian. Gangguan dengar pada anak dan remaja memiliki efek yang lebih serius yang akan menyebabkan gangguan belajar dan menurunnya kemampuan proses belajar. Efek bising akibat penggunaan Personal Listening Devices (PLDs) selain menimbulkan gangguan auditorik juga menimbulkan gangguan non auditorik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek auditorik dan non auditorik pada pelajar pengguna PLDs di SMKN I Cimahi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dilakukan pengisian kuesioner, pemeriksaan otoskopi, dan pemeriksaan Audiometri Nada Murni pada 117 pelajar SMKN I Cimahi. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 9,5% memiliki keluhan telinga berdenging, 14,7% memiliki gangguan cemas/cepat lelah, 14,7% memiliki gangguan sulit tidur, sebanyak 12,9% memiliki ganguan konsentrasi/sulit fokus, sebanyak 4,3% mengeluh berdebar-debar saat/sesudah menggunakan PLDs, dan 12,9% mengeluh mual/sakit kepala. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat gangguan auditorik dan non auditorik pada pelajar SMKN I Cimahi yang menggunakan PLDs. DOI : 10.35990/mk.v2n1.p15-22
HUBUNGAN PEMBERSIHAN TELINGA MENGGUNAKAN COTTON BUDS DENGAN KEJADIAN KELUHAN TELINGA Asti Kristianti; Siska Telly Pratiwi; Nadya Safira; Nurbaiti Nazarudin
Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 6 No 2 (2023): Medika Kartika : Jurnal Kedokteran dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembersihan telinga menggunakan cotton budsapat menjadi faktor risiko infeksi telinga luar terutama kejadian otitis eksterna yang dapat menimbulkan berbagai keluhan telinga seperti nyeri telinga, telinga gatal, telinga penuh, dan penurunan pendengaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pembersihan telinga menggunakan cotton buds dengan kejadian keluhan telinga pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani (FK Unjani) Angkatan 2019. Populasi penelitian ini adalah Mahasiswa FK Unjani Angkatan 2019 yang melakukan pembersihan telinga menggunakan cotton buds dengan keluhan telinga yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penetapan sampel menggunakan Rumus uji hipotesis beda dua proporsi dua kelompok. Jumlah responden minimal yang dapat digunakan dalam penelitian adalah berjumlah 30 responden. Metode dalam pengambilan responden menggunakan consecutive sampling. Instrumen yang dipakai pada penelitian ini adalah kuesioner. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Karakteristik responden yang menggunakan cotton buds dalam membersihkan telinganya berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki (83,33%). Dalam membersihkan telinga responden paling banyak menggunakan cotton buds menimbulkan keluhan telinga gatal (45,28%), nyeri telinga33,96%), telinga penuh (18,87%), dan penurunan pendengaran (1,89%). Dari penelitian didapatkan hasil hubungan yang bermakna dengan nilai odds ratio 95,28 kali lebih besar antara pembersihan telinga menggunakan cotton buds dengan kejadian keluhan telinga pada Mahasiswa FK Unjani Angkatan 2019 dibandingkan dengan yang tidak menggunakan cotton buds. Mayoritas keluhan telinga yang terjadi adalah telinga gatal yang menandakan sudah memasuki stadium inflamasi kronik dari kejadian otitis eksterna. Kata Kunci: Cotton buds, keluhan telinga, pembersihan telinga DOI : 10.35990/mk.v6n2.p134-142