Suryadi Santoso
Program Studi S1 PWK, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

STUDI INTEGRASI WISATA RELIGIUS DAN WISATA BAHARI (OBJEK STUDI: KAWASAN BANTEN LAMA DAN PELABUHAN KARANGANTU) Rizky Adhitya Pradani; Suryono Herlambang; Suryadi Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8951

Abstract

The Old Banten City and Port of Karangantu are located in Kasemen District, Serang City and are the remnants of the Sultanate of Banten in Java. This area was once the center of civilization and international trade in Java. The Old Banten City itself is currently the main tourist attraction in the City of Serang with the Banten Grand Mosque being the religious tourism destination in the City of Serang. In 2017, the number of tourists visiting the Banten Grand Mosque reached 1.7 million people. Its fate is vastly different from the Port of Karangantu which is currently not well developed as The Old Banten City. Whereas Karangantu itself has the potential for marine tourism with its natural products and access to marine tourism objects in the vicinity. Although there is a historical link between Banten Lama and Port of Karangantu, there is currently a developmental imbalance between the two objects, where the Old Banten City is much more developed than Karangantu Harbor. The purpose of this study is to propose any aspects that can be integrated from Religious Tourism in Banten Lama and Maritime Tourism in Port of Karangantu. This Research use qualitative descriptive methodology. The analysis used is policy analysis, location and site analysis, historical value analysis, tourist attraction analysis, tourism integration analysis. The results of this analysis are the discovery of two aspects that can be integrated for Tourism in The Old Banten City and Karangantu, namely accessibility and atmosphere between The Old Banten City and Karangantu. Keywords: integrated tourism; maritime tourism; Old Banten City; Port of Karangantu; religious tourism  AbstrakKawasan Banten Lama dan Pelabuhan Karangantu terletak di Kecamatan Kasemen, Kota Serang dan merupakan bekas peninggalan Kesultanan Banten di Pulau Jawa. Dahulu Kawasan ini menjadi pusat peradaban dan perdagangan internasional di Pulau Jawa. Kawasan Banten Lama sendiri saat ini menjadi daya tarik wisata utama di Kota Serang dengan adanya Masjid Agung Banten yang menjadi destinasi Wisata Religi di Kota Serang. Bahkan pada tahun 2017, jumlah Wisatawan yang berkunjung ke Masjid Agung Banten mencapai 1,7 Juta orang. Berbeda nasibnya dengan Kawasan Pelabuhan Karangantu yang saat ini tidak berkembang sepesat Banten Lama. Padahal Pelabuhan Karangantu sendiri memiliki potensi wisata bahari dengan hasil alamnya dan akses ke objek wisata bahari di sekitarnya. Walaupun adanya keterkaitan sejarah antara Banten Lama dan Pelabuhan karangantu namun saat ini terjadi ketimpangan perkembangan antar kedua objek ini, dimana daerah Banten Lama jauh lebih berkembang daripada Pelabuhan Karangantu. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan usulan faktor-faktor yang dapat di integrasikan dari Wisata Reliji di Banten Lama dan Wisata Bahari di Pelabuhan Karangantu. Menggunakan metodologi deskriptif kualititatif. Analisis yang digunakan yaitu analisis kebijakan, analisis lokasi dan tapak, analisis nilai sejarah, analisis daya tarik wisata, analisis integrasi wisata. Hasil dari analisis ini adalah ditemukannya dua unsur yang dapat dipadukan untuk Pariwisata Banten Lama dan Karangantu yang lebih terpadu yaitu aksesibilitas antar objek wisata dan suasana.antar objek wisata.
PENATAAN KAMPUNG GUJI BARU DENGAN KONSEP KONSOLIDASI TANAH VERTIKAL Rani Rachmasari; Suryono Herlambang; Suryadi Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 3, No 2 (2021): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v3i2.12890

Abstract

Infrastructure Development The West Jakarta Administration has several plans, such as a plan to develop an activity center system that supports activity services and as a spatial structure builderGuji Baru Village will be improved with the Vertical Land Consolidation Concept, because this village has conditions that do not meet the requirements to be a good area, have irregular land, with land consolidation this village can be reorganized into a regular area complete with infrastructure, so that achieve optimal land use. The concept of land consolidation can systematically combine scattered and irregular land according to spatial planning, distribute existing consolidated land to landowners proportionally, regulate the form and layout of ownership parcels, increase economic value through the provision of environmentally friendly facilities and infrastructure. adequate on land donated by the owner. This concept has the principle of Cost & Benefit Sharing to the community and related stakeholders such as the government and developers. Land readjustment in the concept of Vertical Land Consolidation as a Multipurpose Technique can provide a number of benefits in urban development, including land assembly or consolidation, government land acquisition for public purposes, infrastructure development, legal implementation, fair distribution of costs and benefits, registration Land analysis, and timely land development. This study aims to implement improvements to the Guji Baru slum in order to create a good living environment according to the spatial plan, applying the concept of Vertical Land Consolidation. Key Word: GTRA; Vertical Land Consolidation, Village ImprovementAbstrakPengembangan Infrastruktur Kota Administrasi Jakarta Barat memiliki beberapa rencana seperti rencana pengembangan system pusat kegiatan yang menunjang pelayanan kegiatan dan sebagai pembentuk struktur ruang. Kampung Guji Baru akan diperbaiki dengan Konsep Konsolidasi Tanah Vertikal, karena kampung ini memiliki kondisi yang kurang memenuhi syarat untuk menjadi kawasan yang baik, memiliki lahan yang tidak teratur, dengan konsolidasi lahan maka kampung ini dapat ditata kembali menjadi kawasan yang teratur lengkap dengan prasarana, agar tercapai penggunaan lahan yang secara optimal. Konsep Konsolidasi Tanah dapat menggabungkan secara sistematis lahan yang berpencar-pencar dan tidak teratur disesuaikan dengan tata ruang, mendistribusikan lahan yang telah ada dikonsolidasikan kepada pemilik lahan secara proporsional, mengatur bentuk dan tata letak persil kepemilikan, meningkatkan nilai ekonomis melalui pengadaan sarana dan prasarana lingkungan yang memadai diatas lahan yang disumbangkan oleh pemilik. Konsep ini memiliki prinsip Cost & Benefit Sharing kepada masyarakat maupun stakeholder terkait seerti pemerintah dan developer. Penyesuaian kembali lahan dalan konsep Konsolidasi Tanah Vertikal sebagi Teknik multiguna dapat memberikan sejumlah manfaat dalam pembangunan perkotaan, termasuk perakitan atau konsolidasi tanah, pembebasan tanah pemerintah untuk tujuan umum, pembangunan infrastruktur, implementasi secara resmi, pembagian baiya dan manfaat yang adil, pendaftaran Analisa tanah, dan pengembangan tanah tepat waktu. Penlitian ini bertujuan untuk menerapkan perbaikan kampung kumuh Guji Baru agar tercipta lingkungan hidup yang baik sesuai rencana tata ruang, menerapkan konsep Konsolidasi Tanah Vertikal. 
STUDI TRANSFORMASI PENGGUNAAN PASAR PALMERAH (OBJEK STUDI: PASAR PALMERAH, KELURAHAN GELORA, KECAMATAN TANAH ABANG, JAKARTA PUSAT) Amelya Putri Sakie; Parino Rahardjo; Suryadi Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8870

Abstract

Palmerah Market is one of the traditional markets which was established since the time of Batavia and was managed by PD. Pasar Jaya in revitalization in 1999 and the usage period of Palmerah market has run out on July 2019. According to the survey results 10 years lately there is a decline of visitors often felt by traders in Palmerah market. Changes in the function of space affecting the activities and patterns of buying and selling in Palmerah market. The physical condition of market building suffered a lot of decline, causing Palmerah market to lose its existence. Palmerah Market is located in a crowded area with functions as a transfer point of public transportation so PD. Pasar Jaya In response to the right to use Pasar Palmerah and to improve the market image then planned market development in Palmerah market that combined with residential function. The purpose of this research is identified basic principle of re-planning (Redesign) Palmerah market with attention to changes/transformation pattern of buying and selling in Palmerah market and potential market location. A qualitative approach is used to describe the existing market conditions and identify the market aspects that are experiencing transformation. The final result showed a physical change and the transformation of Palmerah market activity in terms of sellers, buyers, and managers but among the stakeholders was not there coordinated in the reply transformation. The plan of changing market concept contradicts with City Planning and not yet there is a market that successfully terrorized the concept in Indonesia but because it is in a strategic location may be a PD plan. Pasar Jaya can be done at Palmerah market. Keywords:  Activity; PD. Pasar Jaya; Revitalization; Traditional market; Transformation AbstrakPasar Palmerah merupakan salah satu Pasar tradisional yang berdiri sejak zaman Batavia dan dikelolah olah PD. Pasar Jaya di revitalisasi pada tahun 1999 dan masa pakai Pasar Palmerah telah habis pada Juli 2019. Menurut hasil survey 10 tahun belakangan ini terjadi penurunan pengunjung yang kerap dirasakan oleh pedagang di Pasar Palmerah. Perubahan fungsi ruang yang terjadi mempengaruhi aktivitas dan pola jual beli di Pasar Palmerah. Kondisi fisik bangunan Pasar mengalami banyak penurunan, menyebabkan Pasar Palmerah semakin kehilangan eksistensinya. Pasar Palmerah berada di kawasan yang ramai dengan fungsi sebagai titik perpindahan moda transportasi umum sehingga PD. Pasar Jaya dalam menanggapi hak pakai Pasar Palmerah yang telah habis dan untuk memperbaiki citra Pasar maka direncanakan pengembangan Pasar di Pasar Palmerah yang dipadukan dengan fungsi hunian. Tujuan dari penelitian ini Teridentifikasi Prinsip Prinsip dasar perencangan kembali (Redesign) Pasar Palmerah dengan memperhatikan perubahan/ transformasi pola jual beli di Pasar Palmerah dan potensi lokasi Pasar. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan kondisi eksisting Pasar dan mengidentifikasi aspek pasar yang mengalami transformasi. Hasil akhir menunjukan terjadi perubahan secara fisik serta transformasi aktivitas Pasar Palmerah dari segi penjual , perubahan karakter pembeli , serta pengelola namun antar stakeholder tidak ada terkoordinasi dalam menaggapi transformasi . Rencana perubahan konsep pasar bertentangan dengan RDTR Kota serta belum terdapat pasar yang berhasil menerapaka konsep tersebut di Indonesia namun karena berada di lokasi yang strategis mungkin saja rencana PD.Pasar Jaya dapat dilakukan di Pasar Palmerah.
RENCANA PENATAAN KAWASAN DESTINASI WISATA PANTAI LASIANA KOTA KUPANG, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Misella Maria Fransiska Dampung; Suryono Herlambang; Suryadi Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8867

Abstract

Lasiana Beach is one of the beaches in Lasiana Sub-district, Kelapa Lima District, Kupang City, East Nusa Tenggara Province. The selection of the Lasiana Beach area is because this area is a tourist area that has become an icon of Kupang City with natural beauty (sea and beach) and agro-tourism (palm trees). As a superior beach, the needs of supporting tourist activities do not match the needs and desires of visitors. This study aims to plan the arrangement of tourist areas that are in accordance with the physical, social and cultural, and economic potential, as well as the needs and desires of visitors. The method used in this research is quantitative and qualitative methods. Has 5 (five) planning concepts, namely first: disaster mitigation (prone to tsunamis and tidal waves), second: environmental preservation (agro-tourism: palm trees and mangroves), third: coastal tourism development (division of coastal and cultural tourism zones), fourth: integration and connectivity within the area (circulation of vehicles and visitors), and fifth: the development of strategic coastal tourism areas on the north coast of Kupang City. With the arrangement will produce a better form of Lasiana Beach. Some of the analyzes conducted are policy / regulatory analysis, environmental carrying capacity analysis, location analysis, site analysis, competitiveness analysis, visitor perception analysis, best practice analysis, analysis of the attractiveness of cultural tourism in the city of Kupang, and analysis of space requirements. Keywords: beach tourism area; beach sports activities and cultural art festival/event; planning AbstrakPantai Lasiana adalah salah satu pantai di Kelurahan Lasiana, kecamatan Kelapa Lima, kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pemilihan kawasan Pantai Lasiana dikarenakan kawasan ini merupakan kawasan wisata yang menjadi icon Kota Kupang dengan keindahan alam (laut dan pantai) dan agrowisata (pohon lontar). Sebagai pantai unggulan, kebutuhan penunjang aktivitas wisata belum sesuai kebutuhan dan keinginan pengunjung. Penelitian ini bertujuan untuk perencanaan penataan kawasan wisata yang sesuai dengan potensi secara fisik, sosial dan budaya, dan ekonomi, serta kebutuhan dan keinginan pengunjung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Memiliki 5(lima) konsep perencanaan yaitu pertama: mitigasi bencana ( rawan bencana tsunami dan gelombang pasang), kedua: pelestarian lingkungan (agrowisata: pohon lontar dan mangrove), ketiga: pengembangan pariwisata pantai (pembagian zona wisata pantai dan budaya), keempat: integrasi dan konektivitas dalam kawasan (sirkulasi kendaraan dan pengunjung), dan kelima: pengembangan kawasan strategis wisata pantai di pesisir Utara Kota Kupang. Dengan adanya penataan akan menghasilkan wujud Pantai Lasiana yang lebih baik. Beberapa analisis yang dilakukan yaitu analisis kebijakan/regulasi, analisis daya dukung lingkungan, analisis lokasi, analisis tapak, analisis competitiveness, analisis persepsi pengunjung, analisis best practice, analisis daya tarik wisata budaya di Kota Kupang, dan analisis kebutuhan ruang.
STUDI TRANSFORMASI PASAR TRADISIONAL (OBJEK STUDI : PASAR KEBAYORAN LAMA, KELURAHAN KEBAYORAN LAMA UTARA, KECAMATAN KEBAYORAN LAMA, JAKARTA SELATAN) Julian Martin; Parino Rahardjo; Suryadi Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8874

Abstract

Kebayoran Lama Market is a market that build in the year 1987, managed by PD. Pasar Jaya and the rights usage life of Pasar Kebayoran Lama will be exhausted in March 2022. During 32 years old Kebayoran Market building stood, Pasar Kebayoran Lama has not been repaired thoroughly. The characteristic around Pasar Kebayoran Lama is dominated by residential and commercial area and adjacent to mass transportation mode. The activities that occur in the market and surrounding areas occur 24 hours a day and the activity of the activities to be three different locations in the building, around the site, and around the location and in the activities that occur there are 3 managers namely PD. Pasar Jaya, RW 01, and informal. For the physical condition of the market building has decreased in terms of function and aesthetics and caused Pasar Kebayoran Lama to lose its existence. In improving the image of traditional market then PD. Pasar Jaya responded by planning the market development associated with other functions to suit the development of the city at this time. The purpose of this research is to identify the basic principles of the re-planning (Redesign) Pasar Kebayoran Lama by observing the potential around the market, existing condition, and changes in the pattern of buying and selling in Kebayoran Lama market. In this study, use a qualitative approach to describe existing conditions and see the changes that occurred in Pasar Kebayoran Lama. The results of the research found that there were changes in the pattern of sellers and buyers who transact wholesale, and the market visitors are mostly domiciled from around the market that buys the needs of groceries. Keywords:  activity; development; revitalization; traditional market; transformation AbstrakPasar Kebayoran Lama merupakan pasar yang berdiri pada tahun 1987, dikelola oleh PD. Pasar Jaya dan Masa hak pakai Pasar Kebayoran Lama akan habis pada Maret 2022. Selama 32 tahun bangunan Pasar Kebayoran Lama berdiri, Pasar Kebayoran Lama belum pernah diperbaiki secara menyeluruh. Karakteristik di sekitar Pasar Kebayoran Lama didominasi oleh area hunian dan komersial serta berdekatan dengan moda transportasi massal. Aktivitas yang terjadi pada pasar dan sekitarnya terjadi 24 jam dalam sehari dan aktivitas kegiatan tebagi menjadi tiga lokasi berbeda yaitu dalam bangunan, sekitar tapak, dan sekitar lokasi serta pada kegiatan yang terjadi terdapat 3 pengelola yaitu PD. Pasar Jaya, RW 01, dan informal. Untuk kondisi fisik bangunan pasar sudah mengalami penurunan dari segi fungsi maupun estetika dan menyebabkan Pasar Kebayoran Lama semakin kehilangan eksistensinya. Dalam memperbaiki citra pasar tradisional maka PD. Pasar Jaya menanggapinya dengan merencanakan pengembangan Pasar yang dikaitkan dengan fungsi lain agar sesuai dengan perkembangan kota pada saat ini. Tujuan dari penelitian ini adalah Teridentifikasi Prinsip Prinsip dasar perencanaan kembali ( Redesign) Pasar Kebayoran Lama dengan memperhatikan potensi sekitar Pasar, kondisi eksisting, dan perubahan pola jual beli di Pasar Kebayoran Lama. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif untuk menggambarkan kondisi eksisting dan melihat perubahan yang terjadi pada Pasar Kebayoran Lama. Hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat perubahan pola penjual dan pembeli yang bertransaksi secara grosir, dan pengunjung pasar sebagian besar berdomisili dari sekitar pasar yang membeli kebutuhan bahan pangan.
STUDI TRANSFORMASI PASAR TRADISIONAL, OBJEK STUDI PASAR CIPUTAT, KOTA TANGERANG SELATAN Nelson Antonio Da Silva Pereira; Suryono Herlambang; Parino Rahardjo; Suryadi Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8848

Abstract

Ciputat Market is located at Jalan Aria Putra, near Flyover Ciputat. With land area of 5,670 m2 and building area 14,516 m2, Ciputat market has 4 levels, namely Basement, floor 1, 2nd Floor, and 3rd floor that contains mosque and market management office,  built by the local government of Tangerang Regency in 1992 and managed by the local Government of the trade and Perdindustrian,  of a total of 1,137 stalls and loss of only 441 stalls and 68 loss that are still selling,  the Occupancy rate of Ciputat market is 37%, it is,  estimated that as many as 698 stalls and 167 loss  are closed,  Most traders choose to sell on the ground floor or outside the market building,  ttested from the research is to know the problems that exist in the market of ciputat and know the factors that cause the number of stalls and Loss  are empty in Ciputat market , judging by the accessibility and location around the market, Ciputat market is strategic, Ciputat Market is a  traditional market that the activities of the sellers and their buyers are carried out directly in the form of retail in the meantime or remain with a limited level of service,  authors do some analysis such as policy analysis, location analysis, site analysis, visitor analysis,  management analysis, and  best Practice Analysis with Deskritif method and SWOT method, in orderto know that ciputat market is maintained or do transformation, with the method of transforming the market of Ciputat is the right decision to improve the quality of Ciputat market. Keywords:  traditional market; traditional market management; transformation of traditional marketsAbstrakPasar Ciputat terletak di Jalan Aria Putra, dekat Flyover Ciputat. Dengan luas tanah 5.670 m2 dan luas bangunan 14.516 m2, Pasar Ciputat memiliki 4 level lantai, yaitu lantai Basement, lantai 1, lantai 2, dan lantai 3 yang berisi masjid serta kantor pengelola pasar, Dibangun oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang pada tahun 1992 dan dikelola oleh Pemerintah daerah Dinas perdagangan dan Perdindustrian, Dari total 1.137 Kios dan loss hanya 441 kios dan 68 loss yang masih berjualan, Occupancy rate Pasar Ciputat ini adalah 37% saja, Diperkirakan sebanyak 698 kios dan 167 loss yang tutup, Kebanyakan pedagangg memilih untuk berjualan di lantai dasar atau di luar gedung pasar, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui permasalahan yang ada di  Pasar Ciputat dan mengetahui faktor yang menyebabkan  banyaknya kios dan loss yang kosong di Pasar Ciputat, dilihat dari aksesisibilitas  dan lokasi sekitar pasar, Pasar Ciputat cukup strategis, Pasar Ciputat adalah  Pasar tradisonal yang kegiatan para penjual dan pembelinya dilakukan secara langsung dalam bentuk eceran dalam waktu sementara atau tetap dengan tingkat pelayanan terbatas,  Penulis melakukan beberapa analisis seperti analisis kebijakan, analisis lokasi, analisis tapak, analisis pengunjung, analisis Pengelolaan, dan analisis best practice dengan metode deskritif dan metode SWOT, demi mengetahui apakah Pasar Ciputat tetap dipertahankan atau melakukan transformasi, dengan metode tersebut mentransformasi Pasar Ciputat adalah keputusan yang tepat untuk meningkatkan kualitas Pasar Ciputat.
EVALUASI KELAYAKAN HUTAN KOTA STUDI KASUS HUTAN KOTA SRENGSENG, JAKARTA BARAT Randy Kusuma Markho; Suryono Herlambang; Parino Rahardjo; Suryadi Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol 2, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v2i2.8918

Abstract

Urban forests are one of the most important parts in urban areas. With urban physical development that continues to occur makes it difficult and expensive to add urban forests. Whereas urban forests have important benefits for urban communities, such as providing a balance to ecosystems, as water catchment areas, and being a place of carbondioxide to oxygen cycles. One of the urban forests in Jakarta is Hutan Kota Srengseng. In this research, we want to find out whether Hutan Kota Srengseng meets the criteria so that it is worth mentioning as an urban forest. The method used in this research is qualitative, field observations and literature studies. The results of this study will find out the ecosystem services provided by the Hutan Kota Srengseng and the potential that exists in the Hutan Kota Srengseng so that they can make optimal plans for developing and managing Hutan Kota Srengseng in the future. Keywords: Ecosystem Services; Urban; Urban ForestAbstrak Hutan kota merupakan salah satu bagian terpenting di perkotaan. Dengan perkembangan fisik perkotaan yang terus terjadi membuat sulit dan mahal untuk menambah hutan kota. Padahal hutan kota mempunyai memberikan manfaat yang penting untuk masyarakat kota, seperti memberikan keseimbangan bagi ekosistem, sebagai areal resapan air, dan menjadi tempat daur karbondioksida menjadi oksigen. Salah satu hutan kota yang ada di Jakarta adalah Hutan Kota Srengseng. Pada penelitian kali ini ingin mengetahui apakah Hutan Kota Srengseng telah memenuhi kriteria sehingga layak disebut sebagai sebuah hutan kota. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif, observasi lapangan dan studi literatur. Hasil penelitian ini akan mengetahui layanan ekosistem yang diberikan oleh Hutan Kota Srengseng dan potensi yang ada di Hutan Kota Srengseng sehingga dapat membuat rencana pengembangan dan pengelolaan Hutan Kota Srengseng yang optimal kedepannya.
STUDI KEBERHASILAN PENGELOLAAN WISATA BERBASIS COMMUNITY BASED TOURISM (CBT) (STUDI KASUS: DESA WISATA PANDANSARI, KECAMATAN PAGUYANGAN, KABUPATEN BREBES, JAWA TENGAH) Dimas Rizky Aprianto; Suryadi Santoso; B. Irwan Wipranata
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.22369

Abstract

Indonesia is famous for being a country rich in infinite natural beauty and has great potential to advance Indonesia's tourism sector. Currently, the tourism sector plays an important role in increasing the economic income of the country and regions. The development of the tourism sector, namely tourism villages in the regions, is expected to advance the economy of the surrounding community due to the participation of the surrounding community in managing their own tourism villages. Pandansari Tourism Village located in Brebes Regency is one of the tourist villages managed by the local community by adhering to the concept of Community Based Tourism (CBT) by forming a tourism awareness group or what is often called Pokdarwis. The concept of CBT is a community-based tourism management concept characterized by community participation in terms of planning, implementing, supervising and utilizing the results obtained. In the management of Pandansari Tourism Village, it is not yet known the suitability of the criteria used in the success of this village referring to the ASEAN CBT Performance Principles Standard. Therefore, the purpose of this study is firstly to assess the suitability of the award criteria obtained by Pandansari Tourism Village, secondly to find out whether there are criteria that can be increased in the management of Pandansari Tourism Village which refers to the ASEAN CBT Performance Standards, thirdly assess the success of pandansari tourism village management with visitor perceptions. This research is based on descriptive research through qualitative and quantitative approaches. Qualitative data collection was obtained by direct survey in Pandansari Tourism Village and conducting interviews with authorized parties, for qualitative data collection was carried out by filling out questionnaires by direct visitors, where the questionnaire compilation refers to the ASEAN CBT performance standards. The results of the study found that in terms of criteria, it was in accordance with applicable standards and confirmed by visitors' perceptions of the successful management of Pandansari Tourism Village. Keywords: Community Based Tourism (CBT); Pandansari Tourism Village Management; Pandansari Tourism Village; Success Abstrak Indonesia terkenal dengan negara yang kaya akan keindahan alam yang tak terhingga dan memiliki potensi besar untuk memajukan sektor pariwisata Indonesia. Saat ini, sektor pariwisata berperan penting dalam meningkatkan pendapatan ekonomi negara maupun daerah. Perkembangan sektor pariwisata yaitu desa wisata di daerah diharapkan dapat memajukan perekonomian masyarakat sekitar dikarenakan keikutsertaan masyarakat sekitar dalam mengelola desa wisata mereka sendiri. Desa Wisata Pandansari yang berlokasi di Kabupaten Brebes merupakan salah satu desa wisata yang dikelola oleh masyarakat setempat dengan menganut konsep Community Based Tourism (CBT) dengan membentuk kelompok sadar wisata atau yang kerap disebut Pokdarwis. Konsep CBT merupakan konsep pengelolaan wisata berbasis masyarakat yang ditandai dengan partisipasi masyarakat dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemanfaatan hasil yang diperoleh. Dalam pengelolaan Desa Wisata Pandansari belum diketahui kesesuaian kriteria yang digunakan dalam keberhasilan desa ini mengacu pada Standard Prinsip Kinerja CBT ASEAN. Maka dari itu, tujuan dari penelitian ini pertama adalah untuk menilai kesesuaian kriteria penghargaan yang didapat oleh Desa Wisata Pandansari, kedua untuk mengetahui apakah ada kriteria yang bisa ditigkatkan dalam pengelolaan Desa Wisata Pandansari yang mengacu pada Standard Kinerja CBT ASEAN, ketiga menilai keberhasilan pengelolaan Desa Wisata Pandansari dengan persepsi pengunjung. Penelitian ini berbasis penelitian deskriptif melalui pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data kualitatif didapatkan dengan cara survey langsung di Desa Wisata Pandansari dan melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang berwenang, untuk pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan pengisian kuisioner oleh pengunjung langsung, dimana penyususnan Kuisioner mengacu pada Standard kinerja CBT ASEAN. Hasil penelitian didapatkan bahwa dari segi kriteria sudah sesuai dengan standard yang berlaku dan terkonfirmasi dengan persepsi pengunjung mengenai keberhasilan pengelolaan Desa Wisata Pandansari.
STUDI KEBERHASILAN PENGELOLAAN DESA WISATA BERBASIS COMMUNITY BASED TOURISM (OBJEK STUDI: DESA WISATA CIBUNTU, KECAMATAN PASAWAHAN, KABUPATEN KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT) Alyaa Syabrina Nabiila; B. Irwan Wipranata; Suryadi Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.22436

Abstract

Tourism has the potential for both national and regional income sources, because it causes economic growth rates by creating demand for consumption or investment. Therefore, it needs to be developed better in order to have optimal results for the government and society. One of the management of community-based tourism or Community Based Tourism (CBT). CBT is a tourism activity in which the community has a role in managing at the community level which aims for welfare. One of the villages that implements CBT is the Cibuntu Tourism Village, which is located in Pasawahan District, Kuningan Regency, West Java Province. Cibuntu Tourism Village in its management involves BUMDes and Pokdarwis. Cibuntu Tourism Village has received several awards both at the national and international levels. Therefore, the main objective in this study is to identify the suitability of the award criteria obtained by referring to the standard ASEAN CBT performance criteria, secondly to know the criteria that can be improved on the management that is owned by referring to the ASEAN CBT performance criteria standards and thirdly to assess the success of tourism village management through visitor perceptions and preferences. This research uses qualitative and quantitative methods. The qualitative method was obtained by conducting a survey to the location and conducting interviews with related parties, while the quantitative method was obtained by distributing questionnaires to visitors to the Cibuntu Tourism Village. The results of this study are expected to obtain conformity of the award criteria with the ASEAN CBT performance criteria standards, knowing the criteria from the ASEAN CBT performance criteria standards that can be improved on their management, the existence of a questionnaire design that refers to the ASEAN CBT performance criteria standards used to determine perceptions and preferences visitors to the successful management of Cibuntu Tourism Village. Keywords: Tourism Village Management; Cibuntu Tourism Village; Community Based Tourism; Success Abstrak Pariwisata memiliki potensi baik bagi sumber pendapatan nasional maupun daerah, karena menyebabkan timbulnya laju pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan permintaan baik itu dikonsumsi atau investasi. Oleh karenanya, perlu dikembangkan lebih baik agar memiliki hasil yang optimal untuk pemerintah maupun masyarakat. Salah satu pengelolaan wisata berbasis masyarakat atau Community Based Tourism (CBT). CBT merupakan aktivitas pariwisata yang mana masyarakat memiliki peran dalam mengelola pada tingkat komunitas yang bertujuan untuk kesejahteraan. Salah satu desa yang mengimplementasikan CBT adalah Desa Wisata Cibuntu yang berlokasi di Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat. Desa Wisata Cibuntu dalam pengelolaannya melibatkan BUMDes dan Pokdarwis. Desa Wisata Cibuntu telah mendapat beberapa penghargaan baik itu ditingkat nasional maupun internasional. Maka dari itu, tujuan utama dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi kesesuaian kriteria penghargaan yang didapatkan dengan mengacu kepada standard kriteria kinerja CBT ASEAN, kedua mengetahui kriteria yang dapat ditingkatkan terhadap pengelolaan yang dimiliki mengacu pada standard kriteria kinerja CBT ASEAN dan ketiga menilai keberhasilan pengelolaan desa wisata melalui persepsi dan preferensi pengunjung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif diperoleh dengan melakukan survey ke lokasi dan melakukan wawancara dengan pihak terkait, sedangkan metode kuantitatif diperoleh dengan penyebaran kuesioner ke pengunjung Desa Wisata Cibuntu. Hasil dari penelitian ini diharapkan mendapatkan kesesuaian kriteria penghargaan yang dengan standard kriteria kinerja CBT ASEAN, mengetahui kriteria dari standard kriteria kinerja CBT ASEAN yang dapat ditingkatkan terhadap pengelolaan yang dimiliki, adanya desain kuesioner yang mengacu kepada standard kriteria kinerja CBT ASEAN digunakan untuk mengetahui persepsi dan preferensi pengunjung terhadap keberhasilan pengelolaan Desa Wisata Cibuntu.
STUDI KEBERHASILAN PENGELOLAAN DESA WISATA BERBASIS COMMUNITY BASED TOURISM (OBJEK STUDI: DESA WISATA TINALAH, KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULON PROGO, PROVINSI D.I YOGYAKARTA) Cahyo Satrio Pinilih Bagus Prabowo; B. Irwan Wipranata; Suryadi Santoso
Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa) Vol. 4 No. 2 (2022): OKTOBER
Publisher : Jurusan Arsitektur dan Perencanaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/stupa.v4i2.22439

Abstract

Tourism Village is a form of integration of accommodation, attractions, and other supporting facilities that are in an order of social life that blends with existing traditions and procedures. According to the 2016 ASEAN Community Based Tourism Standard, Community Based Tourism means a tourism activity that is managed directly by the community. One of the tourism management systems is the Community Based Tourism (CBT) system, which is located in the Tinalah Tourism Village in Purwoharjo Village (Village), Samigaluh District, Kulon Progo Regency, Yogyakarta D.I Province. There is a good synergy between the managers of the Tourism Village, Pokdarwis and the local government, making the Tinalah Tourism Village receive several awards. The main objective of this research is the first to identify the suitability of the award criteria obtained by referring to the ASEAN CBT performance criteria standards, then the second to determine the criteria that can be improved on the management of the Tinalah Tourism Village which refers to the ASEAN CBT performance criteria standards and the third is to assessing the success of tourism village management through visitor perceptions and preferences. This research uses qualitative and quantitative methods. Qualitative data was obtained from conducting field surveys to locations and conducting interviews with related parties, while quantitative data was obtained from the results of distributing questionnaires to visitors. The results of this study are expected to determine the suitability of the award criteria obtained with the ASEAN CBT performance criteria standards, to find out the criteria that can be improved on the management owned by the Tinalah Tourism Village referring to the ASEAN CBT performance criteria standards, and to know the perceptions and preferences of visitors to the success of the management. Tinalah Tourism Village through a questionnaire design that refers to the standard performance criteria of ASEAN CBT. Keywords: Community-Based Tourism; Management Tourism Village; Success; Tinalah Tourism Village Abstrak Desa Wisata merupakan bentuk integrasi dari akomodasi, atraksi, serta fasilitas pendukung lainnya yang berada dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat yang menyatu dengan tradisi dan tata cara yang ada. Menurut Buku ASEAN Community Based Tourism Standard tahun 2016, Community Based Tourism berarti suatu kegiatan pariwisata yang dikelola langsung oleh masyarakat. Salah satu pengelolaan wisata dengan sistem Commnunity Based Tourism (CBT), yaitu terdapat pada Desa Wisata Tinalah di Kalurahan (Desa) Purwoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D.I Yogyakarta. Adanya sinergi yang baik antara pengelola Desa Wisata, Pokdarwis dan pemerintah setempat, menjadikan Desa Wisata Tinalah mendapatkan beberapa penghargaan. Tujuan utama dalam penelitian ini yang pertama adalah untuk mengidentifikasi kesesuaian kriteria penghargaan yang didapatkan dengan mengacu kepada standard kriteria kinerja CBT ASEAN, lalu yang kedua untuk mengetahui kriteria yang dapat ditingkatkan terhadap pengelolaan Desa Wisata Tinalah yang mengacu pada standard kriteria kinerja CBT ASEAN serta yang ketiga untuk menilai keberhasilan pengelolaan desa wisata melalui persepsi dan preferensi pengunjung. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif didapat dari melakukan survei lapangan ke lokasi serta melakukan wawancara dengan pihak terkait, sedangkan data kuantitatif didapat dari hasil penyebaran kuesioner ke pengunjung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kesesuaian kriteria penghargaan yang didapatkan dengan standard kriteria kinerja CBT ASEAN, dapat mengetahui kriteria yang dapat ditingkatkan terhadap pengelolaan yang dimiliki oleh Desa Wisata Tinalah mengacu pada standard kriteria kinerja CBT ASEAN, serta dapat mengetahui persepsi dan preferensi pengunjung terhadap keberhasilan pengelolaan Desa Wisata Tinalah melalui adanya desain kuisioner yang mengacu kepada standard kriteria kinerja CBT ASEAN.