Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

MODEL JARAK TANAM PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI (ORYZA SATIVA L) VARIETAS INTANI-2 Saptorini Saptorini
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 1, No 2 (2017): SEPTEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v1i2.320

Abstract

RINGKASAN             Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan beberapa model jarak tanam pada pertumbuhan dan hasil panen tanaman padi hibrida varietas Intani-2 Pelaksanaan penelitian di lahan sawah Desa Tunge Kecamatan Wates  Kabupaten  Kediri, mulai tanggal 12 Juni  20016  sampai  dengan 25 Oktober 2016. Rancangan perlakuan faktor tunggal dan rancangan lingkungan Acak Kelompok (RAK), diulang 5 kali.  Faktor model jarak yang dicobakan adalah: jarak tanam 20x20 cm (J1), 20x25 cm (J2); 25x25 cm (J3); 30x30 cm (J4); Jajar legowo 2:1 (10x20x40) (J5) dan Jajar legowo: 3:1 (10x20x40) (J6). Pada umur 50 hst, 100 hst dan saat panen dilakukan pengamatan, meliputi: 1.Tinggi tanaman (cm), 2.Jumlah anakan produktif 3.Umur berbunga 50% dan 80%; Panjang malai; jumlah bulir isi, bulir hampa dan total bulir per malai; Berat bulir isi dan berat bulir total per malai; Berat biji per petak dan berat produksi tanaman per hektar.            Model jarak tanam, pertumbuhan dan produksi tanaman padi Intani-2 dapat disimpulkan sebagai berikut: “Model jarak tanam berpengaruh pada pertumbuhan dan produksi tanaman padi”. Varietas Intani-2. Model jarak tanam bujur sangkar 30x30 cm menghasilkan pertumbuhan  per tanaman terbaik, yaitu tinggi tanaman paling tinggi, jumlah anakan  produktif paling banyak dan rerata berat bulir isi serta berat bulir total per rumpun paling berat, yaitu: 75.931 g  dan  67.139 g.Model jarak tanam jajar legowo 3:1 (10x20x40)cm (J6) menghasilkan rerata produksi tanaman per petak tertinggi (24,899 kg) dan produksi tanaman per hektar juga tertinggi ( 11, 211 ton/ha).Kata kunci: padi, jarak tanam, produksi.
Pengujian Pemberian Pupuk Za Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Bawang Merah Varietas Bauji Saptorini Saptorini; Supandji Supandji; Taufik Taufik
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 3, No 2 (2019): SEPTEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v3i2.731

Abstract

The shallot plants planted in the highlands produce small tubers and have a longer harvest life of 80 - 90 days. Therefore, shallot cultivation is recommended to be planted in the lowlands because in addition to the large bulbs produced, the harvesting age is short, namely 60-70 days depending on the variety. One of the factors that can affect the growth of shallots is ZA fertilizer. This study used a completely randomized design (CRD) method with one factor that was repeated three times. The data obtained were analyzed using variance and followed by the least significant difference (LSD) test with a level of 5%. The results showed that ZA fertilizer had a very significant effect on observations of plant height, number of leaves, number of tubers per hill, tuber wet weight per hill, tuber dry weight per hill and production per hectare. The highest yield was achieved in the fertilizer dose treatment of 400 kg ZA/ha (N4) for plant height of 32,599 cm, number of leaves as many as 35,513 pieces, number of tubers of 8,803 pieces, wet weight of tubers per clump of 37,513 grams per clump, weight of dry tubers of 31,279 grams per clump and production per hectare of 12,109 tons per hectare.Tanaman bawang merah yang ditanam di dataran tinggi menghasilkan umbi yang kecilkecil dan umur panenya lebih lama yaitu 80 - 90 hari. Oleh karena itu budidaya bawang merah dianjurkan untuk ditanam di dataran rendah sebab selain umbi yang dihasilkan besar besar, umur panennya pendek yaitu 60 - 70 hari tergantung dari varietasnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bawang merah yaitu pupuk ZA. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor yang diulang sebanyak tiga kali. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dengan taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk ZA terjadi pengaruh yang sangat nyata terhadap pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah umbi per rumpun, berat basah umbi per rumpun, berat kering umbi per rumpun dan produksi tiap hektar. Hasil tertinggi dicapai pada perlakuan dosis pupuk 400 kg ZA/ha (N4) untuk tinggi tanaman sebesar 32.599 cm, jumlah daun sebanyak 35.513 buah, jumlah umbi sebesar 8.803 buah , berat basah umbi per rumpun sebesar 37.513 gram per rumpun, berat umbi kering sebesar 31.279 gram per rumpun dan produksi tiap hektar sebesar 12.109 ton per hektar. 
Peningkatan Pertumbuhan Bibit Kelor (Moringa Oleifera Lam.) dengan Kombinasi Media Tanam dan Aplikasi Pupuk Organik Cair (POC) Saptorini Saptorini; Junaidi Junaidi; Nina Lisanty; Devi Oktaviana
AGRITROP Vol 19, No 2 (2021): Agritrop: Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32528/agritrop.v19i2.5977

Abstract

Kelor (Moringa oleifera lam.) merupakan tanaman yang mudah tumbuh. Meski demikian, penting adanya untuk memilih tanah yang terdrainase dengan baik untuk budidaya kelor sehingga tanah dapat mengevakuasi kelebihan air yang dapat diserap oleh akar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kombinasi media tanam yang sesuai dan konsentrasi pupuk organik cair (POC) Manutta terhadap pertumbuhan bibit tanaman kelor sebelum dipindahkan ke lapangan. Hipotesis penelitian menduga adanya pengaruh tanah, kompos, dan media tanam sekam bakar dengan perbandingan spesifik dan konsentrasi POC terhadap pertumbuhan bibit tanaman kelor. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan perlakuan terdiri dari dua faktorial dengan sembilan perlakuan dan tiga ulangan. Kombinasi masing-masing perlakuan yaitu: 1) perbandingan tanah, kompos, dan sekam bakar (2:1:1) dengan konsentrasi POC 5000 ppm; 2) perbandingan tanah, kompos, dan sekam bakar (1:2:1) dengan konsentrasi POC 4000 ppm; 3) dan perbandingan tanah, kompos, dan sekam bakar (1:1:1) dengan konsentrasi 10ml pupuk dicampur dengan 3 liter air (setara dengan 3300 ppm pupuk). Kombinasi perlakuan terbaik yang menghasilkan produksi daun tertinggi adalah perlakuan M2P2 dengan perbandingan komposisi tanah, kompos, dan sekam bakar (1:2:1) dan konsentrasi POC 4000 ppm. Kombinasi ini juga menghasilkan rata-rata bobot daun tertinggi.
Analysis of Production Factors Affecting Intercropping of Corn and Peanuts in The Pandemic Era (Case Study in Katikupialang, Patawang Village, Umalulu District, East Sumba, Indonesia) Wiwiek Andajani; I Gusti Gede Heru Marwanto; Tutut Dwi Sutiknjo; Saptorini
Journal of Sustainable Development Science Vol 3 No 1 (2021)
Publisher : Dwijendra University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.161 KB) | DOI: 10.46650/jsds.3.1.1058.17-25

Abstract

In national development in Indonesia, the agricultural sector is still a very decisive economic force, because around 100 million Indonesians work in the agricultural sector. During this pandemic, support is needed for economic recovery, including how to maintain the availability of sufficient food for the community. Efforts to support food security, among others, by increasing the use of land that is more optimal, and also reducing the risk of crop failure, including the intercropping farming system. The objectives of this study were (1) to determine the production factors that influenced the intercropping of corn and peanuts, (2) to determine the production factors (land area, seeds, fertilizers, drugs and labor) which had the most dominant influence on the intercropping of corn and peanuts. In determining the research area, East Nusa Tenggara deliberately chose East Nusa Tenggara, because it has criteria in accordance with the research objectives, namely Patawang Village, Umalulu District, East Sumba Regency, East Nusa Tenggara, where the staple food of most of the population is maize, and the sampling is done census, where the population is small so that all populations are taken as samples, namely 15 samples. The data analysis uses cost analysis, revenue analysis and income or profit analysis, while to test the hypothesis using: (1) multiple regression analysis, (2) multiple correlation analysis, and (3) partial correlation analysis. From the results of the discussion, it can be concluded that together the production factors of land area, seeds, fertilizer, medicines and labor affect the intercropping of corn and peanuts, and fertilizer is the production factor that most influences it. Suggestions for holding training in making good organic fertilizers, from livestock manure and can be an organic fertilizer business opportunity.