Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

KAIDAH TAFSIR PADA MASA NABI DAN SAHABAT Amir Hamzah
Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan Vol 6 No 1 (2014): Volume 6 Nomor 1 Juni 2014
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-qalam.v6i1.111

Abstract

Kaidah tafsir dapat diartikan sebagai pedoman dasar yang digunakan secara umum guna mendapatkan pemahaman atas petunjuk-petunjuk al-Qur’an. Oleh karena penafsiran merupakan suatu aktivitas yang senantiasa berkembang, sesuai dengan perkembangan sosial, ilmu pengetahuan dan bahasa, kaidah-kaidah penafsiran akan lebih tepat jika dilihat sebagai suatu prosedur kerja. Dengan pengertian ini, kaidah tersebut tidak mengikat kepada mufasir lain agar menggunakan prosedur kerja yang sama. Setiap mufasir berhak menggunakan prosedur yang berbeda asalkan memiliki kerangka metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan. Tafsir Nabi dan sahabat harus tetap dilibatkan dalam penafsiran ayat-ayat al-Qur’an, bahkan dijadikan sebagai salah satu sumber penafsiran. kalaupun terjadi perbedaan penafsiran ulama kontemporer atau cendekiawan Islam dengan tafsir Nabi dan sahabat maka hal itu tidak harus divonis salah atau menyimpang akan tetapi harus memperhatikan latar belakang, metodologi, subtansi, subjek dan objek yang berbeda sehingga tidak mudah saling menyalahkan dan saling mengklaim kebenaran.
KONSEP NERAKA DALAM AL-QUR’AN Amir Hamzah
Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam dan Pendidikan Vol 6 No 2 (2014): Volume 6 Nomor 2 Desember 2014
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-qalam.v6i2.164

Abstract

Neraka adalah api yang menyala yang siap menjalankan tugas dari Rabbnya, yaitu membakar. Neraka menjadi tempat Allah memberi ganjarankepada hamba-hamba-Nya yang tidak mengikuti apa yang diperintahkan atau menjauhi larangan-Nya.Untuk itulah, maka neraka disebutkan juga sebagai tempat seburuk-buruknya bagi orang-orang yang lalai atas tugasnya sebagai hamba. Keberadaan neraka menjadi suatu yang pasti ada dan diyakini keberadaannya. Allah swt.telah menggambarkan tentang pedihnya siksaan-Nya dan dahsyatnya api neraka-Nya di dalam al-Quran dengan pensifatan yang sedemikian banyak dan pengulangan yang beraneka ragam. Seluruh hal tersebut Allah swt sifatkan tentang api Neraka dan apa yang Allah swt siapkan berupa siksaan dan kepedihan dan yang terkandung di dalamnya berupa makanan dari zaqqum, addhori’, air yang mendidih, belenggu, dan rantai yang membuat getar hati orang-orang beriman yang takut kepada Allah swt. yang maha perkasa lagi maha kuat.
KAIDAH-KAIDAH KEBAHASAAN Amir Hamzah
Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam dan Pendidikan Vol 7 No 1 (2015): Volume 7 Nomor 1 Juni 2015
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-qalam.v7i1.177

Abstract

Ilmu Tafsir bertujuan untuk memahami makna yang terkandung dalam Al-Qur’an. Disiplin ilmu yang menjadi syarat bagi para mufasir adalah Ilmu al-qawā’id al-lugawiyah karena bahasa Al-Qur’an adalah bahsa Arab, Sehubungan dengan itu, maka tulisan ini akan membahas tentang kaidah kebahasa-an yang diperlukan dalam menafsirkan makna Al-Qur’an. Hasil kajian menunjukkan bahwa, al-qawā’id al-Lugawiyah adalah kaidah kebahasaan (bahasa arab) yang dipergunakan oleh mufasir dalam memahami kandungan makna Al-Qur’an. Kaidah yang dimaksud di sini, bukan hanya sebatas kaidah tekstual (nahwu wa sharfu), akan tetapi seluruh kaidah bahasa Arab yang mencakup kaidah makna teks dan konteks; Mengetahui kaidah kebahasaan dalam ilmu tafsir adalah salah satu jalan agar terhindar dari pemahaman yang batil, sebab dalam memahami makna yang dikandung oleh Al-Qur’an, harus mengetahui lafal asli dari teks Al-Qu’an itu sendiri sehingga dapat mengkolaborasi antara makna bahasa dengan makna syara’ yang telah ditentukan. Penguasaan terhadap kaidah-kaidah kebahasaan, akan dapat memberikan kemampuan untuk menggunakan nash Al-Qur’an dalam istinbat hukum yang benar. Ketidaktahuan terhadap kaidah kebahasaan dapat menimbulkan ketidak pahaman terhadap kaidah hukum syara’ dan berpotensi terjadinya penyalahgunaan hukum syari’at yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
KAIDAH- KAIDAH DALAM MEMAHAMI AL-QUR'AN Amir Hamzah
Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan Vol 8 No 2 (2016): Volume 8 Nomor 2 Desember 2016
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-qalam.v8i2.240

Abstract

Alquran sebagai kitab yang paling banyak dirujuk untuk mereduksi hukum syar’i, oleh para ulama pengkaji Alquran telah merumuskan berbagai kaidah yang berkaitan dengan persoalan perintah dan larangan yang tertuang dalam Alquran, agar perintah dan larangan itu dapat diimplementasikan dalam kehidupan. Para ulama ketika mengkaji masalah ini berpatokan pada beberapa kaidah yang menyangkut tentang amr dan nahy. Hal ini didasarkan pada pemahaman mereka terhadap konteks pembicaraan dan penggunaan keduanya (amr dan nahy). Oleh sebab itu, kaidah-kaidah yang telah dirumuskan itu bertujuan sebagai barometer sesorang dalam mereduksi hukum yang bersumber dari, baik, Alquran maupun hadis/sunnah. Penggunaan amr dan nahy, baik dari segi bentuk (shigat) dan maknanya dalam Alquran berbeda-beda. Hal ini mengindikasikan bahwa hukum dari perintah dan larangan tidak selamanya berarti harus dimaknai sebagai makna asalnya, terutama, jika ada indikator yang menyertainya. Selain itu, juga mengindikasikan bahwa hukum syariat tidak selamanya bersifat kaku atau statis, tetapi ia lebih bersifat fleksibel dan dinamis yang tujuan utamanya adalah lebih kepada kemaslahatan dan menghindari kemudaratan.
KRITERIA PEMIMPIN MENURUT AL-QUR’AN Amir Hamzah
Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan Vol 10 No 2 (2018): Volume 10 Nomor 2 Desember 2018
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-qalam.v10i1.259

Abstract

Terjadinya perselisihan dalam memilih dan menentukan pemimpin di masa khulafā' al-rāsyidūn, dan hal tersebut berlangsung terus sampai masa dinasti-dinasti Islam, disebabkan adanya perbedaan konsepsi dalam memahami kriteria pemimpin yang disinggung oleh al-Qur'an. Sebagai gambaran awal, kriteria pemimpin yang dipahami dalam komunitas Syī'ah dan Sunni berbeda. Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (Library Research). Dalam penenlitian ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif, analisis deskriptif adalah suatu metode dengan mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasi, menganalisis dan menginterpretasikannya untuk mengkaji kriteria keemimpinan menurut al-qur`an suatu kajian tafsir maudhu`iy. Kriteria pemimpin menurut Al-Qur'an, adalah beriman, adil, amanah, dan berkepribadian rasuliy dengan syarat-syarat yang ketat, yakni berpengalaman, mampun memberantas kebatilan, dapat diteladani dan ditaati, toleran, siddīq, sabar, fathanah, tablīg, beribawah, sehat jasmani dan rohani, tidak cacat tubuh, berilmu, memiliki solidaritas, dan pengaruh besar di tengah-tengah masyarakat.
Perspektif Al-Qur'an Tentang Tadabbur Siar Nimah; Amir Hamzah
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4 No 1 (2019): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v4i1.61

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna tadabbur dalam pandangan al-Qur’an. Metode kajian yang digunakan adalah dengan kajian tematik, sebuah metode yang lazim digunakan untuk mengungkap perspektif al-Qur’an terkait sebuah tema. Setelah menetapkan tema tadabbur, penelusuran terhadap ayat-ayat terkait dilakukan guna untuk mengetahui makna tadabbur dengan akurat. Selanjutnya untuk melengkapi data dalam kajian ini, dikemukakan juga beberapa pendapat mufassir. Akhirnya, hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa al-Qur’an bukan hanya teks yang dibaca, namun lebih dari itu ia adalah firman Allah yang harus ditaddaburi. Artinya, setelah al-Qur’an dibaca, dihafal, atau bahkan ditafsirkan, sebagai muslim, sejatinya ketiga unsur ini diwujudkan dengan tindak laku sebagaimana yang diinginkan oleh ayat-ayat-Nya.
KAIDAH TAFSIR DAN APLIKASINYA PADA MASA NABI DAN SAHABAT Amir Hamzah; Asriadi Asriadi
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5 No 2 (2020): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v5i2.373

Abstract

Kaidah tafsir dapat sebagai pedoman dasar yang digunakan secara umum guna mendapatkan pemahaman atas petunjuk-petunjuk al-Qur’an. Oleh karena penafsiran merupakan suatu aktivitas yang senantiasa berkembang, sesuai dengan perkembangan sosial, ilmu pengetahuan dan bahasa, kaidah-kaidah penafsiran akan lebih tepat jika dilihat sebagai suatu prosedur kerja. Dengan pengertian ini, kaidah tersebut tidak mengikat kepada mufasir lain agar menggunakan prosedur kerja yang sama. Setiap mufasir berhak menggunakan prosedur yang berbeda asalkan memiliki kerangka metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan. Tafsir Nabi tetap diposisikan pada posisi utama dalam menafsirkan al-Qur’an dengan tetap memperhatikan hal-ihwal, peristiwa, kondisi, suasana dan masalah yang mengitari Nabi pada saat melakukan penafsiran terhadap al-Qur’an. Sedangkan tafsir sahabat dapat dipilah dan dipilih sesuai dengan kesesuaian dengan al-Qur’an dan sunnah. begitu juga kualitas status penafsirannya. Tafsir Nabi dan sahabat harus tetap dilibatkan dalam penafsiran ayat-ayat al-Qur’an, bahkan dijadikan sebagai salah satu sumber penafsiran. kalaupun terjadi perbedaan penafsiran ulama kontemporer atau cendekiawan Islam dengan tafsir Nabi dan sahabat maka hal itu tidak harus divonis salah atau menyimpang akan tetapi harus memperhatikan latar belakang, metodologi, subtansi, subjek dan objek yang berbeda sehingga tidak mudah saling menyalahkan dan saling mengklaim kebenaran
KORELASI HASIL BELAJAR ILMU TAJWID DENGAN TINGKAT KEMAMPUAN MEMBACA AL-QUR’AN MAHASISWA PRODI IAT IAI MUHAMMADIYAH SINJAI Siar Nimah; Firdaus; Amir Hamzah
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 6 No 1 (2021): Jurnal Al-Mubarak
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v6i1.491

Abstract

Pembelajaran ilmu tajwid penting dilakukan sebagai dasar mengukur kemampuan membaca Al-Qur’an. Idealnya, seorang yang mahir dalam ilmu tajwid, maka kemampuan membaca Al-Qur’annya pun baik, begitu sebaliknya. Penelitian ini mengambil populasi pada mahasiswa prodi IAT IAIM Sinjai dengan 38 sampel dari angkatan 2017, 2018, dan 2019. Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan perspektif korelasional. Pengumpulan datanya dengan teknik dokumentasi, observasi, dan tes. Data yang ada kemudian dianalisa dengan menggunakan alat bantu aplikasi SPSS 21. Hasilnya, terdapat korelasi yang signifikan antara variabel independen (pemahamn ilmu tajwid) dan variabel dependen (kemampuan membaca Al-Qur’an), dengan tingkat korelasi sedang atau cukup. Kesimpulan ini sesungguhnya memberikan alarm bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik selalu berbanding lurus dengan penguasaan keilmuan tajwid.
EKSISTENSI HADIS DALAM TAFSIR JAMI’ AL-BAYAN KARYA IBN JARIR AL-THABARY Firdaus Firdaus; Amir Hamzah
Jurnal Al-Mubarak: Jurnal Kajian Al-Qur'an dan Tafsir Vol 7 No 1 (2022): JURNAL AL MUBARAK
Publisher : LP2M IAIM Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/al-mubarak.v7i1.1057

Abstract

Tafsir Jami’ al-Bayan merupakan produk tafsir klasik yang ma’tsur. Ini ditandai dengan banyaknya hadis yang dijadikan sebagai sumber penafsiran. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) dengan menjadikan tafsir Jami’ al-Bayan karya al-Thabary sebagai sumber primer, sumber sekunder diambil dari buku-buku yang terkait dengan bahasan judul. Setelah data dikumpulkan, maka dilakukan analisis isi (content analysis) sebagai pisau analisa terhadap data yang dikumpulkan, sehingga didapatkan kesimpulan secara menyeluruh. Sebagai kesimpulan, penelitian ini menemukan bahwa: 1) Al-Thabary menggunakan dua metode dalam meriwayatkan hadis, yakni metode al-sama’ dan al-ijazah dengan bukti simbol periwayatan حدثنا , حدثنى , حدثت, 2) Al-Thabary menulis secara lengkap sanad dan matan hadis, tetapi tidak menelusuri kualitas daripada hadis tersebut, 3) Hadis-hadis dengan makna yang sama diuraikan oleh al-Thabary secara lengkap.
PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN KERJA GURU Asti Yuliarni; Muh Anis; Amir Hamzah
Jurnal Al-Ilmi: Jurnal Riset Pendidikan Islam Vol 1 No 2 (2021): Volume 01 Nomor 02 Maret 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IAI Muhammadiyah Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (940.085 KB) | DOI: 10.47435/al-ilmi.v1i2.537

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan : (1) Pengaruh Motivasi Kerja guru terhadap komitmen kerja guru MIN 2 Sinjai, (2). Pengaruh kepuasan kerja guru terhadap komitmen kerja guru MIN 2 Sinjai, (3). Pengaruh motivasi kerja dan kepuasan kerja guru terhadap komitmen kerja guru MIN 2 Sinjai. Penelitian ini merupakan penelitian ekspost facto menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan jumlah populasi 25 orang guru dan adapun yang menjadi sampel penelitian ini sebanyak 25 orang. Data yang diambil dengan menggunakan angket yang diberikan kepada guru MIN 2 Sinjai. Pengolahan data menggunakan teknik analisis regresi linear berganda dengan taraf signifikan 95%. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa : (1). Motivasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen kerja guru pada MIN 2 Sinjai. Hal ini ditunjukkan melalui hasil hipotesis untuk variabel motivasi kerja ditemukan nilai t=1,964 dan sig =0,002. Oleh karena nilai sig 0,002 < 0,05, maka H0 ditolak sedangkan H1 diterima yang artinya variabel motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen kerja guru pada MIN 2 Sinjai. (2). Kepuasan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap komitmen kerja guru pada MIN 2 Sinjai . Hal ini di tunjukkan melalui hasil uji hipotesis di temukan nilai t = 0,949 dan sig = 0,003. Oleh karena nilai sig 0,003 < 0,05 maka H0 ditolak sedangkan H1 diterima yang artinya variabel kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen kerja guru pada MIN 2 Sinjai. (3). Motivasi kerja dan kepuasan kerja berpengaruh signifikan secara simultan terhadap komitmen kerja guru pada MIN 2 Sinjai, hal ini ditunjukkan melalui hasil uji hipotesis secara simultan (uji F) di temukan nilai F hitung = 9,426 dan signifikansi 0,001. Oleh karena nilai sig 0,001 < 0,05 maka H0 ditolak sedangkan H1 diterima yang artinya terdapat pengaruh selanjutnya dari uji koefesien determinasi (R2) ditemukan nilai R Square = 0,461 artinya mampu mempengaruhi sebesar 46,1 % (pengaruh cukup).